Minoritas Islam di Zambia (Berdakwah melalui Masjid, Pendidikan dan Ekonomi) Z ambia, adalah sebuah negara yang terletak dibagian selatan benua Afrika. Awalnya bernama Zambezia Utara dan Rhodesia Utara. Memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada 24 Oktober 1964. Negara yang terkurung daratan dan tidak memiliki garis pantai itu, berbatasan dengan 8 negara tetangganya. Di utara berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo, di timur laut dengan Tanzania, di timur dengan Malawi, di selatan dengan Mozambique, Zimbabwe, Botswana, di selatan dengan Namibia, dan di barat dengan Angola. Berpenduduk sekitar 9.4 juta jiwa (sensus – 2000). Beribu kota di Lusaka, dan beriklim tropis. Kedatangan Islam di Zambia Menurut catatan sejarah, sebenarnya Islam telah datang di Zambia sekitar abad ke-4 Hijriyah. Lebih awal daripada agama Kristen. Ketika itu, sedang berdiri Emirat di sisi timur Afrika. Para pedagang Arab, masuk ke Zambia melalui Tanzania, Malawi, dan Mozambique yang menjadi pusat-pusat perdagangan saat itu. Pada masa kolonial, Islam masuk melalui penduduk Muslim yang berasal dari India dan sekitarnya. Mereka datang dan kemudian menetap di daerah Livingstone hingga ke Lusaka. Catatan ini, dibenarkan oleh Felix Phiri (seorang misionaris di Afrika), dalam sebuah wawancaranya di Catholic Radio and Television Network (CRTN). Ia mengatakan, bahwa pada awalnya para pedagang Arab itu tidak membawa misi untuk menambah populasi Muslim. Mereka datang benarbenar dengan niat berdagang. Namun seiring perjalanan waktu, keberadaan para pedagang ini menjadi permanen di kawasan sekitar Zambia. Mereka juga menjalin hubungan baik dengan penduduk lokal. Asimilasi budaya dan transformasi agamapun terjadi, terutama dengan suku Yao dari Malawi. Perkembangan Islam kemudian Walaupun telah lama hadir di Zambia, perkembangan Islam di negara yang sebagian besar warganya masih berada dibawah garis kemiskinan, baru terlihat dalam 3 dekade terakhir ini. Umat 66 MPA 315 / Desember 2012 Islam kian gencar melakukan dakwah melalui jalur pendidikan, kesejahteraan, dan perdagangan. Sebagai agama minoritas yang mulai berkembang, wajar bila komunitas Muslim disana menerima banyak kri­ ti­ kan dari lingkungan sekitarnya. Mes­ kipun Konstitusi Zambia yang diamandemen tahun 1996, menetapkan agama Kristen sebagai agama resmi negara, sebagaimana juga dinyatakan oleh Presiden Fredrick Chiluba. Akan tetapi, negara itu memberikan kebebasan kepada penduduknya untuk memilih dan mempercayai agamanya masing-masing. Bahkan pada April 2010, pada Konferensi Nasional yang membahas konstitusi, ada tambahan klausul baru yang semakin menegaskan bahwa ada kebebasan bagi warga negara Zambia untuk berpindah agama dan melakukan kegiatan keagamaan, seperti kegiatan beribadah atau mengajarkan agama tertentu. Tetapi dijalur pendidikan, negara memutuskan bahwa sekolah negeri tetap menggunakan tradisi Kristen dan Katolik. Sedangkan, nilai-nilai ajaran Islam hanya bisa diberlakukan atau diajarkan di sekolah-sekolah swasta. Kini, ajaran Islam sudah mulai memberi kontribusi yang nyata di negeri itu. Salah satunya di bidang ekonomi. Tahun 2010 lalu, bank di Zambia sudah membuka diri dengan sistem keuangan syari’ah. Upaya itu bertujuan untuk membuka jalan bagi investor Muslim agar bisa berinvestasi di Zambia. Gubernur Bank Zambia Caleb Fundanga, mengatakan bahwa dengan sistem keuangan syari’ah, masyarakat di negara itu bisa mendapatkan kredit untuk membuka usaha tanpa harus membayar bunga pada saat pengembaliannya. Pakar ekonomi Zambia Chama Mwanya, menilai bahwa sistem keuangan syari’ah dianggap mampu mendorong naiknya pinjaman modal di bank oleh masyarakat. Apalagi sudah beberapa tahun ini, sektor pinjaman di Zambia kembang kempis. Tingginya bunga yang harus dibayar peminjam membuat bankbank terjepit masalah kredit macet. Boleh jadi, Zambia merupakan salah satu negara yang mayoritas penuduknya beragama Kristen, tetapi berdasarkan survei yang dilakukan oleh bank-bank tersebut terhadap pasar Zambia, di temukan bahwa 80 % responden menginginkan adanya sistem keuangan syari’ah pada bank-bank di Zambia. Berdasar sensus penduduk tahun 2000, populasi Muslim di negara tersebut tidak lebih dari satu persen saja (41.932 orang dari 9.4 juta penduduk). Tetapi menurut Bunyamin (seorang pendeta Katolik), ternyata mencapai sekitar 3%. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Islam di Zambia sungguh luar biasa. Banyak warga Zambia yang beralih memeluk Islam. Berdasarkan laporan Frontline Fellowship (sebuah organisasi Kristen), yang dikutip dari ”www.newsfromafrica. org”, pertumbuhan Islam di Afrika, khususnya di Zambia, dua kali lipat dari pertumbuhan Kristen di tempat yang sama. Indikatornya tampak antara lain dari meningkatnya jumlah pembangunan masjid, baik didaerah yang mayoritas Muslim, maupun di daerah lain yang justru lebih banyak dihuni penduduk Kristen. Pertumbuhan itu dinilai karena adanya dukungan dana yang besar dari negara-negara Arab. Selain itu, Muslim Zambia juga banyak membangun sekolah-sekolah dasar dan menengah pertama, yang disediakan secara gratis bagi siapapun. Dampaknya, pemeluk Kristen pun banyak yang menyekolahkan anaknya ke sekolahsekolah Islam ini. Dengan pertimbangan, selain dapat meringankan biaya hidup dari segi ekonomi, mereka juga berharap pendidikannya memiliki kualitas yang lebih baik. Kondisi ini, cukup membuat kekhawatiran pihak Katolik dan Kristen disana. Meskipun demikian, berdasarkan laporan Pemerintah Amerika Serikat terhadap kebebasan beragama di Zambia tahun 2010, tidak ditemukan adanya kekerasan ataupun diskriminasi atas nama agama di negeri itu. Kini, agama Islam menjadi agama alternatif bagi masyarakat Zambia, disamping agama Kristen, Katholik, dan kepercayaan lokal. (diolah dari islam digest republika 2011 dan muslim world almanac 2008) - Ahar