BABII LANDASAN TEOK.i 2.1 Supply Chain Management( SCM) 2.1.1 i>engertian SuppiyCilain Definisi supply chain menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002, pS) adalah : suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang pelanggan. Rantai ini juga berhubungan yang produksi dan jasanya kepada para merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Supply Chain is the sequence of business processes and information that provides a product or service from suppliers through manufacturing and distribution to the ultimate consumer. (Roger G. Schroeder 2006, p189). Supply chain adalah proses bisnis dan informasi yang menyediakan produk atau jasa dari pemasok (supplier) melalui manufaktur dan distribusi kepada konsumen akhir. Supply chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman, penyimpanan,distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan akan produk tersebut. Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses dan kegiatan yang terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ketangan konsumen. Semua itu termasuk proses produksi pada manufaktur, system transportasi yang menggerakkan produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer, gudang tempat penyimpanan produk tersebut, pusat distribusi (tempat dimana pengiriman dalam jumlah besar dibagi kedalam jumlah kecil untuk dikirim kembali ke took) dan akhirnya sampai ke retai!eryang menjual produk tersebut (Ir. Srihartati, http:!lwww.qsl.or.id/keuntunqandarisuwfvchain). "management supply chain'; 6 2.1.2 Pengertian Supply Chain Management(SCM) Menurut I Nyoman Pujawan (2005, p22), Supply Chain Management adalah : metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk,informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier,pabrik,jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik. Menurut Yolanda M Siagian (2005, p6), Supply Chain Management menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran, produksi pada suatu perusahaan. Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan penurunan biaya dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama antara pengadaan bahan baju dan pendistribusiannya. Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2004, p412) Supply Chain Management, merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui system distribusi. Supply chain management is Planning, design and control of the now of information and materials along the supply chain in order to meet customer requirements in an efficient mannenow and in the future. (Roger G.Schroeder,2006, p189). Supply chain management merupakan perencanaan, desain dan control dari aliran informasi dan material sepanjang rantai pasokan dalam pemesanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara efisien,sekarang dan di masa depan. Menurut Lee dan Whang (2000) manajemen rantai pasokan didefinisikan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi,dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. 7 Supply chain management is the strategic coordination of business functions within a business organizaion and throughout its supply chain for the purpose of integrating supply and demand management Supply chain management merupakan strategi penggabungan dari fungsi bisnis dengan bisnis organisasi dan seluruh rantai pasokan untuk tujuan mengintegrasikan pasokan dan management permintaan. Supply Chain Management tidak hanya sekedar memangkas biaya dan meningkatkan efisiensi operasional, tapi juga telah berkembang menuju nilai-nilai konsumen, mulai dari memahami apa yang dibutuhkan dan menciptakan dan mendistribusikan produk berdasarkan kebutuhan konsumen. Supply Chain Management juga tidak hanya berorientasi pada urusan internal suatu perusahaan, melainkan urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan partner. Perusahaan yang berada pada supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir mereka. Secara singkat Supply Chain Management merupakan pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok awal dan berakhir di konsumen akhir dengan menggunakan pendekatan integrasi dengan tujuan yang sama. Menurut Laura Rock Kopczak dan M. Eric Johnson Manajemen dan Kewirausahaan menjelaskan bahwa menyebabkan hadirnya enam pendefinisian paradigma perusahaan. manajemen rantai perubahan besar dalam fokus bisnis dari sudut pandang (2003) dalam Jurnal pasokan bisnis yang memaksa manajemen rantai pasokan 8 2.1.3 Model Supply Chain Management(SCM) Model supply chain dikembangkan dengan cukup baik pada tahun 1994 oleh A.T. Kearney,seperti berikut : Suppliers customers company I Customers Wholesaler end users . Gambar 2.1Model supply cham Sumber : Indrajit,Eko (2002,p8) Keterangan : Wholesaler telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama mengumpulkan atau mencari langkah, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan akhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan atau mata rantai tersebut. Dan pergerakan barang yang efektif dan efisian yang menghasilkan kepuasan maksimal para pelanggan. Model dari Supply Chain dibagi menjadi dua macam,yaitu : 1. Push Based Supply Chain Yaitu model supply chain yang dilaksanakan di dalam pengantisipasian permintaan konsumen. 2. Pull Based Supply Chain Yaitu model dari supply chain yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan konsumen. Penentuan model dari supply chain sangat berguna pada saat pertimbangan keputusan strategic yang berkaitan dengan tahap strategi supply chain. 9 Model supply chain juga dapat dilukiskan pada denah "The Interenterprise Supply Chain Moder. Model ini merupakan suatu mata rantai supply,yang dinamakan "model empat langkah" (the four step model},yang terdiri dari unsur- unsur : 1. Suppliers (dan sub-suppliers atau suppliers'suppliers) 2. Manufactures (plant, yang terdiri dari beberapa unit) 3. Distributors(terdiri dari distribution center, wholesaler, dan sebagainya) 4. Retailers (yang sangat banyak jumlahnya). .Suppliers plants distributors retailers Q[]Q:[]=.. Q[]: Inventory inventory I I !inventory I inventory I Forecast M:f::::: ... ¢:::: 1 Orders Goods Gambar 2.2 The Interenterprise Supply Chain model Sumber : Indrajit,Eko (2002,plO) 2.1.4 Elemen Supply Chain Management(SCM) Menurut Drs.Amin Widjaja (2010, p87) Supply Chain Managementterdiri atas 3 elemen yang saling terkait satu sama lain,yaitu : 1. Struktur jaringan supply chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya. 2. Proses bisnis supply chain 10 Aktivitas- aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan. 3. Komponen manajemen supply chain Variable - variable manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain. 2.1.5 Komponen Supp/yChainManagement(SCM) Menurut Turban (2004, p301) komponen supply chain managementterdiri dari 3 komponen utama,yaitu : 1. Upstream Supply Chain Bagian ini meliputi supplier tingkat pertama (dapat berupa perakitan) beserta supplier mereka. Hubungan ini dapat manufaktur atau diperluas meliputi beberapa perusahaan hingga ke supplier material asli (seperti barang tambang, hasil panen). Aktifitas utama pada segmen ini adalah pembelian dan pengiriman. 2. Internal Supply Chain Bagian ini meliputi semua proses yang digunakan perusahaan dalam mengubah input dari supplier menjadi output, sejak bahan baku masuk ke perusahaan sehingga menjadi barang jadi dan didistribusikan ke luar perusahaan. Aktifitas pada bagian ini meliputi penanganan bahan baku, penyimpanan, produksi, dan pengendalian kualitas. 3. Downstream Supply Chain Bagian ini meliputi semua proses yang terdapat dalam pendistribusian dan pengiriman produk ke konsumen akhir. Secara lebih jauh, supply chain berakhir ketika produk tidak lagi digunakan konsumen setelah diterima oleh konsumen. Aktifitas segmen ini meliputi beberapa pihak distributor (agen dan pengecer). 11 2.1.6 Proses Supply Chain Management(SCM) Menurut supply chain dari perusahaan mencakup fasilitas - fasilitas dimana bahan mentah,produk setengah jadi,dan produk jadi diperoleh,diubah,disimpan dan dijual. Fasilitas - fasilitas ini terhubung oleh mata rantai transportasi sepanjang arus produk dan material. Keuangan : term pernbayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasl : kapasitas, status pengirlman Supplier y Distributor Supplier Ti r2 Tier 1 I Manufactu rer H Reta il Outlets I Keuangan : term pembayaran Material : bahan baku, kamponen, produk jadl Informasl : kapasltas, status penglrlrnan Gambar 2.3 Proses dari Supply Chain dan 3 macam aliran yang dikelola Sumber : I Nyoman Pujawan (2005,pS) Pada gambar tersebut, terlihat bahwa supply chain management adalah koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan di antara perusahaan yang berpartisipasi. • Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai,sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. • Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan. • Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat - syarat kredit, jadwal 12 pembayaran,dan penetapan kepemilikan dan pengiriman. 13 2.1.7 Konsep Supply Chain Management(SCM) Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistic lebih sebagai persoalan intern masing - masing perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing - masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Supply chain dapat dikatakan sebagai logistic network. Dalam ada beberapa pemain utama yang merupakan hubungan ini, perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama,yaitu : a. Suppliers b. Manufacturer c. Distribution d. Retail outlets e. Customers Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu antara lain sebagai berikut: • Chain 1: suppliers Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga suppliers' suppliers atau sub-suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau 14 sedikit,tetapi suppliers'suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai yang pertama. • Chain 1- 2 : Suppliers- Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau plaints atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, mengkonversikan, ataupun memfabrikasi, mengasembling, merakit, menyelesaikan barang ( finishing ). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya,inventoris bahan baku,bahan setengah jadi,dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory caring cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan dapat di peroleh. • Chain 1- 2 - 3 : Supplier- Manufacturer- Distribution Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. • Chain 1- 2 - 3 - 4 : Suppliers- Manufacturer- Distribution -Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya 15 gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturermaupun ke toko pengecer ( Retail outlets). • Chain 1- 2 - 3 - 4 - 5 : Suppliers- Manufacturer- Distribution -Retail Outlets -Customers Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets tadi) ke real customers atau real user_ karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud. 2.1.8 Tujuan SupplyChainManagement(SCM) Menurut Miranda ST (2002,p87), tujuan supply chain adalah memaksimalkan persaingan dan keuntungan perusahaan beserta seluruh anggotanya, termasuk pelanggannya. Tujuan dari supply chain management adalah mencapai biaya yang minimum dan service level mempertimbangkan semua yang fasilitas maksimum. yang Supply chain management berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan dan biaya yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan customer. 16 Tujuan dari dihasilkan untuk supply chain adalah memaksimalkan nilai memenuhi kebutuhan dan keseluruhan yang permintaan pelanggan. Di sisi lain, tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya keseluruhan. Supply chain management mempunyai tujuan untuk mendapatkan barang atau service yang tepat, ditempat yang tepat, waktu diinginkan, selama Kontribusi itu memberikan kontibusi yang berupa minimal total biaya yang tepat, dan keadaan yang besar kepada system dan suatu perusahaan. memuaskan kebutuhan pelanggan. 2.1.9 Keuntungan Supply Chain Management(SC.M) Keuntungan supply chain adalah laba total untuk dibagikan melalui semua tingkatan rantai. Semakin tinggi keuntungan supply chain semakin sukses supply chain itu. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari supply chain menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002,pp4-5) adalah : 1. Mengurangi inventori dengan berbagai cara a. Inventori merupakan bagian paling besar dari asset perusahaan,yang berkisar antara 30%-40%. b. Sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan. c. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang dalam gudang agar biaya dapat ditekan menjadi sesedikit mungkin. 2. Menjamin kelancaran penyediaan barang 17 a. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal, supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer, sampai final customers. b. Jadi,rangkaian perjalanan dari bahan baju sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai atau pelanggan merupakan suatu mata rantai yang panjang yang perlu dikelola dengan baik. 3. Menjamin mutu a. Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya. b. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik. 2.1.10 Pentingnya Supply Chain Management(SCM) Menurut Andi Ilham (2006,p3) Semakin banyak perusahaan yang menerapkan SCM. Terutama manufaktur yang distribusi produknya meliputi wilayah yang sangat luas, penerapan SCM sudah tidak dapat ditawar lagi demi memenangkan persaingan atau bahkan hanya untuk mempertahankan eksistensi dengan alasan : 1. Situasi Geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan Bisa dibayangkan betapa mengirimkan barang beberapa moda rumitnya perusahaan yang ke Papua. Mereka transportasi, dan pabriknya di harus melewati beberapa jenis birokrasi. Dengan Aceh, pelabuhan, begitu, untuk menjamin kecepatan dan ketepatan pengiriman perlu biaya tinggi dan ketepatan informasi dengan akurasi yang tinggi. Untuk itu, diperlukan metode kerja yang 18 mampu mengintegrasikan seluruh elemen yang berada dalam jaringan yang menghubungkan mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen akhir. 2. Perubahan paradigma persaingan Dari yang tadinya bersaing antarjaringan. Contohnya antarperusahaan, berubah adalah persaingan dalam menjadi ritel antara bersaing A/fa dan Indomaret Sesungguhnya yang bersaing bukanlah mereka, melainkan jaringan SCM di belakangnya. Harga barang keduanya bisa berbeda, meskipun lokasinya berhadapan. Salah satunya bisa terjadi karena tingkat efisiensi dan kerja sama yang dibangun jaringannya. Dan pemenangnya adalah yang didukung SCM yang lebih baik. 3. Semakin canggihnya dukungan teknologi informasi Konsep integrasi arus barang dan informasi dari pemasok ke konsumen sebenarnya sudah lama dikemukakan. Masalahnya memang wacana memungkinkan karena sulit diterapkan. Sekarang lebih masih sebatas dengan tersedianya dukungan teknologi seperti tersedianya berbagai macam perangkat lunak ERP. Demikian pula dengan kemajuan sistem komunikasi seperti internet dan intranet yang bisa menghubungkan tempat terpencil dan jauh sekalipun dengan sangat cepat. 2.1.11 Strategi Supply Chain Management(SCM) Di dalam tahap ini, perusahaan menentukan strategi kompetitif perusahaan dan strategi supply chain perusahaan. Kemudian mereka melakukan penyesuain strategi supply chain dengan strategi kompetitif perusahaan. Penyesuaian strategi ini berarti bahwa strategi kompetitif dan strategi supply chain mempunyai tujuan yang sama. 19 Terdapat 3 langkah untuk mencapai kesesuaian strategi,yaitu : 1. Mengerti konsumen Untuk mengerti konsumen, perusahaan harus mengidentifikasi segmentasi dari kebutuhan konsumen yang dilayani. Terdapat beberapa point yang perlu diperhatikan untuk mengerti konsumen, yaitu : • Jumlah dari produk yang dibutuhkan dalam setiap segmen • Waktu respon yang konsumen bersedia ditolerir • Variatas produk yang dibutuhkan • Level pelayanan yang dibutuhkan • Harga produk • Tingkat keinginan inovasi produk. Setelah mengetahui keinginan konsumen, perusahaan dapat menentukan tingkat permintaan konsumen termasuk yang mana. 2. Mengerti supply chain Kita menentukan tingkat daya tanggap dari supply chain. Tingkat daya tanggap supply chain termasuk kemampuan untuk melakukan hal - hal sebagai berikut : • Tanggap terhadap permintaan pada rentang yang Iebar • Waktu tenggang yang singkat • Mengatasi sejumlah besar variasi produk • Membangun produk yang berinovasi tinggi • Mampu melakukan layanan pada tingkat yang sangat tinggi. Semakin banyak kemampuan yang dapat dilakukan oleh supply chain maka supply chain tersebut akan semakin tanggap. 3. Mencapai kesesuaian strategi 20 Pada tahap ini, perusahaan melakukan penyesuaian strategi untuk memastikan bahwa supply chain sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tingkat responsifitas dari supply chain haruslah konsisten dengan tingkat permintaan konsumen. 2.1.12 Prinsip Dasar Supply Chain Management(SCM) Supply Chain Managementadalah pengelolaan informasi,barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama. Berdasarkan itu,maka prinsip dasar SCM seharusnya meliputi 5 hal,yaitu : 1. Prinsip Integrasi Semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip Jejaring Artinya semua elemen berada dalam hubungan kelja yang selaras. 3. Prinsip ujung ke ujung Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir. 4. Prinsip saling tergantung Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kelja sama yang salng menguntungkan. 5. Prinsip komunikasi Artinya keakuratan data menjadi daerah dalam jaringan untuk menjadikan ketepatan informasi dan material. 21 2.1.13 Penggerak Supply Chain Management(SCM) Supply Chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu sendiri. Menurut Copra dan Meindl (2004,p51- 64) penggerak supply chain adalah sebagai berikut : 1. Inventory Inventory adalah semua bahan - bahan mentah, dalam proses, dan barang yang telah diselesaikan f barang jadi. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat merubah secara drastis tingkat respond an efisiensi supply chain. (Copra dan Meindl,2004,p.S) Menurut Copra dan Meindl (2004, p.57-p58) komponen dari keputusan mengenai inventory adalah : a. Circle Inventory adalah jumlah rata - rata dari inventory yang digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misal dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku,perusahaan bias saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan setiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang diterapkan oleh perusahaan (responsive atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost(biaya pesan) dan holding cost(biaya penyimpanan). b. Safety Inventory Safety inventory ini dibuat untuk berjaga- jaga terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan, biasanya digunakan untuk mengatasi ketidakpastian akan permintaan yang tinggi. 22 c. Seasional Inventory Merupakan inventory yang dibuat untuk mengatasi yang dapat diprediksi dalam permintaan. keragaman Perusahaan yang menggunakan seasional inventory akan membangun inventory mereka pada periode permintaan akan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan akan barang menjadi tinggi,dimana pada saat permintaan tinggi dimana mereka tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan. 2. Transportasi Transportasi yaitu memindahkan inventory dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi terdiri dari banyak kombinasi dari model dan bentuk,yang memiliki keunggulan masing - masing. Pemilihan transportasi mempunyai dampak yang besar dalam tingkat respontifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl, 2004,p.52). Menurut Chopra dan Meindl (2004, p59 - 60) Komponen dari keputusan mengenai transportasi adalah : 1. Mades of transportation Merupakan cara dimana suatu produk dipindahkan dari satu lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lain. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih,yaitu : .- Udara -> merupakan cara yang paling tepat, tetapi memiliki biaya yang mahal. .- Truk -> truk cara yang paling efektif dan mudah dengan fleksibilitas tinggi. 23 .I Kereta -> merupakan cara yang mudah digunakan untuk jumlah barang yang besar. I , Kapal -> merupakan cara yang paling sering menjadi pilihan yang paling lambat, namun ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah besar ke luar negeri. .I Pipa saluran -> merupakan cara yang biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas. 2. Routes and network selection Route merupakan jalur dimana suatu produk dikirimkan dan network merupakan kumpulan lokasi dan route dimana produk dapat dikilimkan. Perusahaan tersebut membuat beberapa keputusan mengenai route pada saat langkah desain supply chain. 3. In house or outsource Secara tradisional, kebanyakan fungsi transportasi dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan ke perusahaan lain (outsourced). 3. Fasilitas Fasilitas merupakan tempat - tempat supply chain dimana inventory banyak disimpan, dirakit dan diproduksi. Dua jenis umum fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopbra dan Meindl,2004,pp61-62) Komponen dan keputusan mengenai fasilitas adalah (Chopra dan Meindl, 2004, pp61- 62): 24 pekerjaan khusus atau untuk memuaskan konsumen dengan tipe khusus secara bersama. ,/ Crossdocking Merupakan metode dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam gudang perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap hari membawa jenis yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas perusahaan, kemudian dipecah menjadi bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk yang berisi barang yang beragam dari truk sebelumnya. 4. Informasi Informasi terdiri dari data dan analisis yang inventory, berkaitan dengan transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain. (Chopra dan Meindl,2004,p62- 64) Menurut Chopra dan Meindl, 2004 (p62 - 64) komponen keputusan mengenai informasi adalah : ,/ Push versus Pull Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan,sedangkan tipe pull menggunakan sehingga tersebut. informasi atas permintaan actual konsumen, perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan . 25 ./ Cordinating and Information Sharing Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri - sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atas keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap bagian dalam supply chain itu sendiri. ./ Forecasting and Aggregate Planning Forecasting adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai kebutuhan di masa depan Umumnya digunakan dalam menciptakan peramalan, pengambilan perusahaan dan kondisinya. keputusan. aggregate Setelah plannina mengubah peramalan menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan. ./ Enabling Technologies Untuk mencapai informasi sharing dan integrasi dalam supply chain, maka terdapat teknologi- teknologi yang digunakan,yaitu : • Electronic Data Interchange (EDI) EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI. • The Internet 26 Internet mendukung penggunaan EDI karena dengan internet maka akan menjadi sebuah faktor yang penting dalam supply chain. • Enterprise Resources Planning (ERP) Sistem ERP menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang "cerdas". • Supply Chain Management (SCM) Softrware Merupakan program yang menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan dalam penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap informasi. 2.1.14 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Management(SCM) Menurut INyoman Pujawan (2005, p17 - 19) dalam mengelola supply chain terdapat dua tantangan terbesar, yaitu : 1. Kompleksitas Kompleksitas muncul akibat banyaknya pihak yang terlibat pacta supply chain 2. Ketidakpastian Ketidakpastian bisa berasal dari arah permintaan, dari maupun internal perusahaan. arah supplier, 27 2.1.15 Hambatan dalam Mencapai Kesesuaian Strategi Seringkali perusahaan menemukan hambatan dalam mencapai kesesuaian strategi. Hambatan- hambatan itu antara lain (Chopra,2001,p60) : 1. Meningkatnya keanekaragaman produk Meningkatnya tingkat keanekaragaman produk menyulitkan supply chain yaitu pembuatan peramalan dengan pertemuannya dengan permintaan akan menjadi lebih sulit. 2. Menurunkan siklus hidup produk Penurunan siklus hidup produk akan membuat pekeJjaan penyesuaian strategi akan menjadi lebih sulit. Siklus hidup yang semakin pendek akan meningkatkan ketidakpastian. Peningkatan ketidakpastian dikombinasikan dengan kesempatan yang kecil akan menambah tekanan terhadap supply chain untuk berkoordinasi dan menciptakan pasangan yang baik antara permintaan dan penawaran. 3. Meningkatnya permintaan konsumen Peningkatan permintaan konsumen akan berpengaruh terhadap meningkatnya waktu tunggu, biaya, dan daya guna produk. Permintaan konsumen sekarang kualitas dan daya ini adalah guna yang pemenuhan produk yang lebih cepat, lebih baik untuk harga yang sama. Pertumbuhan permintaan konsumen yang sangat hebat ini berarti supply chain harus menyediakan lebih daripada sendiri. 4. Pemecahan kepemilikan supply chain mempertahankan bisnis itu 28 Dengan pemecahan kepemilikan kepada banyak pemilik, setiap pemilik mempunyai kepentingan dan kebijakan politiknya sendiri, supply chain akan lebih sulit untuk dikoordinasi. 5. Globalisasi Globalisasi menambah tingkat stress supply chain karena fasilitas di dalam supply chain terpisah lebih jauh, membuat koordinasi menjadi lebih sulit. Globalisasi juga meningkatkan kompetisi. Situasi yang kompetitif ini akan menambah hambatan kepada supply chain. 6. Kesulitan dalam melaksanakan strategi baru Bagaimanapun, sebuah strategi yang baik telah diformulasikan, sebenarnya melaksanakan strategi menjadi lebih sulit. Yang harus diingat adalah pelaksanaan yang mahir dari strategi sama pentingnya dengan strategi itu sendiri. 2.1.16 Rekayasa Ulang Perbaikan pada Supply Chain Management(SCM) Teknik rekayasa ulang (reengineering) merupakan sebuah proses yang ditujukan pada perubahan produksi yang berubah sangat cepat. Michael Hammer dan James Champy mendefinisikannya sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang dramatis dalam ukuran zaman sekarang yang kritis dari kineJja seperti biaya, kualitas pelayanan dan kecepatan. 28 Dengan pemecahan kepemilikan kepada banyak pemilik, setiap pemilik mempunyai kepentingan dan kebijakan politiknya sendiri, supply chain akan lebih sulit untuk dikoordinasi. 5. Globalisasi Globalisasi menambah tingkat stress supply chain karena fasilitas di dalam supply chain terpisah lebih jauh, membuat koordinasi menjadi lebih sulit. Globalisasi juga meningkatkan kompetisi. Situasi yang kompetitif ini akan menambah hambatan kepada supply chain. 6. Kesulitan dalam melaksanakan strategi baru Bagaimanapun, sebuah strategi yang baik telah diformulasikan, sebenarnya melaksanakan strategi menjadi lebih sulit. Yang harus diingat adalah pelaksanaan yang mahir dari strategi sama pentingnya dengan strategi itu sendiri. 2.1.16 Rekayasa Ulang Perbaikan pada Supply Chain Management(SCM) Teknik rekayasa ulang (reengineering) merupakan sebuah proses yang ditujukan pada perubahan produksi yang berubah sangat cepat. Michael Hammer dan James Champy mendefinisikannya sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang dramatis dalam ukuran zaman sekarang yang kritis dari kineJja seperti biaya, kualitas pelayanan dan kecepatan. 30 2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Persediaan Menurut Nasution, Arman Hakim (2003, p103), persediaan adalah sumber daya yang menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur,kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Persediaan merupakan sumber daya disamping yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi merupakan contoh dari persediaan. Semua organisasi memiliki tipe- tipe sistem pengendalian dan perencanaan persediaan. Perusahaan selalu berusaha mengurangi biaya dan mengurangi tingkat persediaan ditangan (on hand), sementara itu disisi lain pelanggan menjadi sangat tidak puas ketika jumlah persediaan mengalami kehabisan. Oleh karena itu,perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat layanan pelanggan dan minimisasi biaya merupakan faktor penting dalam membuat keseimbangan ini. Persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu : persediaan bahan baku persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. (http:1/www.scribd.com/doc/24339279/ManajemenPersediaan#) Persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Dalam perusahaan dagang pada dasarnya hanya ada satu golongan persediaan,yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut persediaan barang dagangan. Persediaan ini merupakan persediaan barang yang 31 selalu dalam perputaran, yang salalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. (http:/ldansite.wordpress.com/2009/03/31/pengertian- persediaan-inventorv/) Manajemen persediaan merupakan perusahaan. hal yang sangat penting bagi Pada satu sisi, pengurangan biaya persediaan dengan suatu menurunkan tingkat persediaan dapat dilakukan perubahan, tetapi pada sisi lainnya, konsumen akan tidak puas apabila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan kepada konsumen harus dapat dicapai. Manajemen persediaan merupakan hal yang keunggulan kompetitif jangka panjang. Mutu, mendasar dalam rekayasa, produk, penetapan harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, lead time dan profitabilitas keseluruhan adalah hal - hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebi tinggi cenderung berada dalam posisi kompetitif yang dari pesaing lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif. Menurut Arnold dan Chapman dalam Business Strategy Journal menjelaskan bahwa persediaan merupakan material dan pasokan yang dibawa atau institusi, baik untuk menjual maupun oleh perusahaan untuk menyediakan masukkan atau pasokan untuk proses produksi. (Hendi,et al,2006,p81) Menurut Skousen, persediaan secara umum Stice dalam jurnal ditujukan untuk akutansi barang menjelaskan bahwa - barang yang kata dimiliki oleh perusahaan, baik berupa bahasa usaha grosir maupun ritel, ketika barang - barang 32 tersebut telah dibeli dan ada pada saat kondisi untuk dijual. (Syahparuddin & Naleni, 2010, pl) Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan sejumlah barang yang dipesan dalam suatu tempat guna memenuhi kegiatan usaha dan untuk bahan baku produksi. 2.2.2 Fungsi Persediaan Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas operasi dari suatu perusahaan, antara lain (http://www.scribd.com/doc/24339279/ManajemenPersediaan#) 1. Untuk memberikan stok agar dapat memenuhi penmintaan yang diantisipasi akan terjadi. 2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi 3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon. 4. Untuk hedgingterhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu,ketidak tepatan pengiriman. 6. 2.2.3 Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses. Sistem Persediaan Menurut Baroto (2002, P54), mengenai bagaimana mengelola sistem persediaan adalah suatu mekanisme masukan - masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian 33 kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi,barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal, dan pada waktu yang optimal. Kriteria optimal adalah meminimalisasi biaya total yang terkait dengan persediaan,yaitu biaya penyimpanan, pemesanan dan biaya kekurangan persediaan. Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam variable kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut : 1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan? 2. Kapan pemesanan harus dilakukan? 3. Berapa jumah persediaan pengaman? 4. Bagaimana mengendalikan persediaan? Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamiin kelancaran pengolahan persediaan adalah sebagai berikut: 1. Jenis barang yang akan dimiliki 2. Dimana barang tersebut berada 3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan 4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing- masing item. Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu. 34 2.2.4 Biaya dalam Sistem Persediaan Menurut Baroto (2002, p55), biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian,biaya pemesanan,biaya penyimpanan,biaya kekurangan persediaan. 1. Harga Pembelian Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan persediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa model pengendalian sistem persediaan, biaya ini tidak dimasukkan sebagai dasar untuk membuat keputusan. 2. Biaya pemesanan (ordering cost} Biaya pemesanan adalah biaya pemesanan kepada pemasok, yang harus dikeluarkan untuk melakukan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi,upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/ transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan,dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan. 3. Biaya penyiapan (set up cost} Biaya penyiapan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan, produksi,biaya mempersiapkan (set up) mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenanga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi dan biaya lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi. 4. Biaya penyimpanan (holding cost} 35 Merupakan biaya yang dikeluarkan dalam penyimpanan material, semi finished product, sub assembly, ataupun produk jadi. Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit per periode. Biaya penyimpanan meliputi : a. Biaya kesempatan. Penumpukan modal. Padahal modal ini dapat bisnis lain. Biaya modal barang di gudang berarti penumpukan diinvestasikan pada tabungan merupakan opportunity cost yang bank atau hilang karena menyimpan persediaan. b. Biaya simpan, yang termasuk biaya simpan adalah biaya sewa gudang, asuransi, pajak, administrasi, biaya pemindahan dan biaya kerusakan atau penyusutan. c. Biaya keusangan. Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai. d. Biaya - biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah item. 5. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) Biaya perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan,maka akan terjadi stock out Stock out menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan yang kecewa. Biaya ini sulit diukur karena berhubungan dengan goodwill perusahaan. Biaya ini dihitung dari hal - hal : • Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan. • Waktu pemenuhan. Lamanya produksi terhenti atau keuntungan, sehingga gudang lamanya waktu sebagai uang yang hilang. kosong berarti perusahaan tidak menganggur tersebut lamanya proses mendapatkan dapat diartikan 37 2.2.6 Tujuan Persediaan Menurut Benard W. Taylor (2001, p130) untuk mengahadapi ketidakpastian dalam pengadaan persediaan, pihak perusahaan harus melakukan manajemen persediaan proaktif, dalam arti mampu mengantisipasi keadaan maupun menghadapi tantangan dalam manajemen persediaan. Tantangan tersebut berkaitan erat dengan tujuan diadakannya persediaan,yaitu : • Untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan • Untuk memperlancar proses produksi • Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan persediaan • Untuk menghadapi fluktuasi harga 2.3 Economic Order Quantity(EOQ) 2.3.1 Sejarah EconomicOrderQuantity(EOQ) Menurut Zulfikarizah (2005,p99),pada tahun 1915 FW. Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu Economic Order Quantity. Rumus ini banyak digunakan di perusahaan atas usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan yang bernama Wilson. Oleh karena itu rumus ini sering disebut dengan Walaupun yang mengembangkannya adalah FW. Harris penentu persediaan tertua, namun dengan variasinya perusahaan untuk permintaan independent dalam dan EOQ Wilson. merupakan teknik yang banyak digunakan di manajemen persediaan karena relatif mudah digunakan. Menurut Schroeder (2000, p326) kuantitas pesanan ekonomis atau Economic Order Quantity dikembangkan oleh FW. Harris pada tahun 1915. Kemudian rumus ini bertambah luas penggunaannya di dalam industri melalui seorang konsultan 38 yangbernama Wilson. Oleh sebab itu, rumus ini lebih disebut sebagai EOQ Wilson. Walaupun diikembangkan Economic Order Quantity dan variasinya masih digunakansecara luas di dalam industri bagi manajemen persediaan untuk permintaan bebas. Menurut Baroto (2002,p57) metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variable dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang. 2.3.2 Model Dasar EconomicOrderQuantity(EOQ) Berdasarkan pendapat Pardede, Pontas M (2005, p422), menyatakan bahwa Economic Order Quantity menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin. Menurut Reksohadiprodjo,Sukanto (2000,p200) berpendapat bahwa EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Menurut Heizer & Render (2005, p68) model kuantitas pesanana ekonomis merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling dikenal secara luas. Teknik ini relatif mudah untuk digunakan tetapi berdasarkan beberapa asumsi : 1. Tingkat permintaan diketahui,dan bersifat konstan. 2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahuai dan bersifat konstan. 39 3. Persediaan ditelima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk,pada satu waktu. 4. Tidak mungkin diberikan diskon (potongan harga) 5. Biaya valiabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau biaya pemesanan (setup cost) dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu. 6. Kondisi kehabisan stock dapat dihindali sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Menurut Herjanto, Eddy (2007,p245) ada beberapa kelemahan metode analisis Economic Order Quatity(EOQ) diantaranya : 1. Penggunaan EOQ diasumsikan bahwa permintaan setiap periode selalu konstan sehingga apabila terjadi fluktuasi permintaan secara tiba - tiba maka akan menimbulkan kekurangan produk. 2. Metode EOQ mengasumsikan setiap barang yang akan dibeli selalu tersedia di pasar tetapi, pada kenyataan pasar tidak selalu tersedia bahan yang dibutuhkan. 3. Harga pada setiap kenyataannya kondisi seperti kenaikan barang selalu perekonomian Negara BBM yang dapat 1 konstan tidak berubah. mungkin terjadi Pada perubahan menyebabkan perubahan harga pada barang. 4. Biaya atau unit diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam prrakteknya seringkali ada potongan kuantitas untuk pembelian yang besar. Dalam kasus ini membutuhkan suatu dasar. modifikasi dari model Economic Order Quantity 40 5. Biaya pemesanan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataan biaya ini sering dapat dikurangi. Menurut Herjanto (2007, p245 - 246) grafik persediaan dalam model ini berbentuk gigi gergaji,seperti terlihat dalam gambar 2.4 karena permintaan dianggap konstan, persediaan berkurang dalam jumlah yang sama dari waktu ke waktu. Pada saat tingkat persediaan mencapai nol, pesanan untuk kelompok baru tepat diterima, sehingga tingkat persediaan naik kembalisampai Q. Q \- ---- -1\ - - - -h----- ----- +---\- :\- ---\----0 i \ Tlngkat P J!i .I!J o!l Rata-rata \ 5JmJ!l,e};_ HaliaiJto. Eddy (2007, p246) Gambar 2.4 Grafik Persediaan dalam Model EOQ Untuk menghitung EOQ dapat dilakukan dengan rumus : HUQ = Keterangan : Q = Jumlah pemesanan D = Permintaan S = Biaya pemesanan H = Biaya Penyimpanan tahunan barang persediaan dalam unit 1tahun untuk setiap pesanan per unit/ tahun 41 F = Frekuensi Pemesanan T = Masa waktu setiap pemesanan TC = Biaya total persediaan Jika 1 tahun sama dengan 365 hari,maka jangka waktu antar tiap pesanan adalah : T = ]:_u: m:i_a _ h hari ker:j a :pc_ertahun frekuensi pesanan Menurut jurnal akutansi,Metode Economic Order Quantity (EOQ) bertujuan untuk menentukan seberapa besar persediaan barang dagangan yang akan dipesan dan kapan waktu pemesanan akan dilakukan sehingga dapat mengoptimalkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan. (http:(/blogti a ra.word press.com/2010/04/22/ju rna1-akunta nsi/) 2.3.3 ReorderPointdan Safety Stock 2.3.3.1 ReorderPoint Dalam Jurnal Akuntansi menjelaskan bahwa Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu tepat waktu dimana persediaan diatas safety stocksama dengan nol. Dalam penentuan/ penetapan reorder point harus memperhatikan faktor- faktor sebagai berikut : 1. Penggunaan barang selama tenggang waktu mendapatkan barang 2. Besarnya safety stock Reorder Poli1tdapat ditetapkan dengan berbagai cara,antara lain : • Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah persentase tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 42 50% dari penggunaan selama lead time dan ditetapkan bahwa lead timenya adalah 6 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap harinya adalah 3 unit/hari. • Dengan menetapkan penggunaan penggunaan selama kebutuhan periode lead time dan ditambah dengan tertentu sebagai safety stock, misalkan selama 4 hari. (http:/lb logtia ra.word press.coml2010104/22/ju rna1-a ku nta ns ill Berdasarkan pendapat Render dan Heizer (2001,p324), titik pemesanan ulang adalah tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Dan dapat dilakukan dengan rumus : Reorder Point= d x L Keterangan : L =lead time d = pemakaian rata -rata per hari (Ave10ge Usage) 2.3.3.2 Safety Stock Dalam jurnal Business St10tegy (Hendi, 2006, p81) menjelaskan bahwa safety stock merupakan cadangan inventori yang selalu dipegang perusahaan sebagai cadangan terhadap ketidakpastian pasokan, permintaan, dan lain lain. Safety stockdipengaruhi oleh beberapa hal,antara lain : 1. Ketidakpastian permintaan -7 jika tingkat permintaan tinggi, maka diperlukan safety stock yang tinggi pula untuk tetap memberikan tingkat servis yang tinggi pada pelanggan. 43 2. Ketidakpastian pasokan tingkat ketidakpastian pasokan dipengaruhi oleh waktu,jumlah dan kualitas pengiriman pemasok. Menurut Assauri (2004,p186) safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya kekurangan bahan disebabkan karena penggunaan bahan baku yang terlalu besar dari perkiraan semula, atau keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah carrying cost Oleh karena itu, pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi pada saat itu diusahakan agar carrying costadalah serendah mungkin. Menurut Keown, et al (2000, p54) safety stock adalah persediaan yang dipegang untuk mengakomodasikan penggunaan yang luar biasa dan tidak bisa diharapkan selama waktu pengiriman. Untuk menghitung besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif teliti yaitu dengan Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan rata - rata. Metode ini dilakukan untuk menghitung selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Safety stock= (Pemakaian Maksimal- Pemakaian rata-rata) * Lead time 44 Menurut Herjanto, Eddy (2007, p248-249) untuk menghitung stok pengaman dapat difakukan dengan rumus : Reorder Point= (d x L) + Safety Stock Keterangan : L =lead time d =Average usage (pemakaian rata-rata per hari) SS = safety stock 45 2.4 Kerangka Pemikiran Data Wawancara Obserasi Kondisi Perusahaan Kondisi Pasar Keterbatasan Produk Produk yang dibutuhkan tidak ada Tingginya Permintaan Konsumen Permintaan tinggi Sistem Supply Chain Management yang panjang Tingkat persediaan yang sesuai permintaan Evaluasi SCM yang sedang berjalan Sistem SCM yang dikembangkan Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, November 2010