BABII LANDASAN TEOK.i 2.1 Supply Chain Management( SCM) 2.1

advertisement
BABII
LANDASAN TEOK.i
2.1
Supply Chain Management( SCM)
2.1.1
i>engertian SuppiyCilain
Definisi supply chain menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002, pS) adalah : suatu
sistem tempat organisasi menyalurkan barang
pelanggan. Rantai ini juga
berhubungan
yang
produksi dan jasanya
kepada para
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling
mempunyai
tujuan
yang
sama,
yaitu
sebaik
mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Supply Chain is the sequence of business processes and information that provides
a product or service from suppliers through manufacturing and distribution to the
ultimate consumer. (Roger G. Schroeder 2006, p189). Supply chain adalah proses bisnis
dan informasi yang menyediakan produk atau jasa dari pemasok (supplier) melalui
manufaktur dan distribusi kepada konsumen akhir.
Supply chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman,
penyimpanan,distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan akan
produk tersebut. Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses dan kegiatan yang
terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ketangan konsumen. Semua itu
termasuk proses produksi pada manufaktur, system transportasi yang menggerakkan
produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer, gudang tempat penyimpanan produk
tersebut, pusat distribusi (tempat dimana pengiriman dalam jumlah besar dibagi kedalam
jumlah kecil untuk dikirim kembali ke took) dan akhirnya sampai ke retai!eryang menjual
produk
tersebut
(Ir.
Srihartati,
http:!lwww.qsl.or.id/keuntunqandarisuwfvchain).
"management
supply
chain';
6
2.1.2
Pengertian Supply Chain Management(SCM)
Menurut I
Nyoman Pujawan (2005, p22), Supply Chain Management adalah
: metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk,informasi dan
uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang
terdiri dari supplier,pabrik,jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik.
Menurut Yolanda M Siagian (2005, p6), Supply Chain Management menegaskan
interaksi antar fungsi pemasaran, produksi pada suatu perusahaan. Memanfaatkan
kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan penurunan biaya dapat dilakukan
melalui
koordinasi
dan
kerjasama
antara
pengadaan
bahan
baju
dan
pendistribusiannya.
Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2004, p412) Supply Chain Management,
merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses
dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui system
distribusi.
Supply chain management is Planning, design and control of the now of
information and materials along the supply chain in order to meet customer
requirements in an efficient mannenow and in the future. (Roger G.Schroeder,2006,
p189). Supply chain management merupakan perencanaan, desain dan control dari
aliran informasi dan material sepanjang rantai pasokan dalam pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan secara efisien,sekarang dan di masa depan. Menurut
Lee dan Whang (2000) manajemen rantai pasokan didefinisikan sebagai integrasi
proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa,
informasi,dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan.
7
Supply chain management is the strategic coordination of business functions
within a business organizaion and throughout its supply chain for the purpose of
integrating supply and demand management Supply chain management merupakan
strategi penggabungan dari fungsi bisnis dengan bisnis organisasi dan seluruh rantai
pasokan
untuk
tujuan mengintegrasikan pasokan dan
management permintaan.
Supply Chain Management tidak hanya sekedar memangkas biaya dan meningkatkan
efisiensi operasional, tapi juga telah berkembang menuju nilai-nilai konsumen, mulai
dari memahami apa yang dibutuhkan dan menciptakan dan mendistribusikan produk
berdasarkan kebutuhan konsumen.
Supply Chain Management juga tidak hanya berorientasi pada urusan internal
suatu perusahaan, melainkan urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan
perusahaan partner. Perusahaan yang berada pada supply chain pada intinya ingin
memuaskan konsumen
akhir
mereka.
Secara singkat
Supply Chain Management
merupakan pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok awal dan
berakhir di konsumen akhir dengan menggunakan pendekatan integrasi dengan tujuan
yang sama.
Menurut Laura
Rock Kopczak dan
M. Eric Johnson
Manajemen dan Kewirausahaan menjelaskan bahwa
menyebabkan hadirnya enam
pendefinisian paradigma
perusahaan.
manajemen rantai
perubahan besar dalam fokus
bisnis dari
sudut
pandang
(2003) dalam Jurnal
pasokan
bisnis yang memaksa
manajemen rantai
pasokan
8
2.1.3
Model Supply Chain Management(SCM)
Model supply chain dikembangkan dengan cukup baik pada tahun 1994 oleh
A.T. Kearney,seperti berikut :
Suppliers
customers
company
I
Customers
Wholesaler
end users
.
Gambar 2.1Model supply cham
Sumber : Indrajit,Eko (2002,p8)
Keterangan :
Wholesaler telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari
sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama
mengumpulkan atau mencari
langkah, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan akhir.
Salah satu faktor
kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan
atau mata rantai tersebut. Dan pergerakan barang yang efektif dan efisian yang
menghasilkan kepuasan maksimal para pelanggan.
Model dari Supply Chain dibagi menjadi dua macam,yaitu :
1. Push Based Supply Chain
Yaitu model supply chain yang dilaksanakan di dalam pengantisipasian
permintaan konsumen.
2. Pull Based Supply Chain
Yaitu model dari supply chain yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
konsumen.
Penentuan model dari supply chain sangat berguna pada saat pertimbangan
keputusan strategic yang berkaitan dengan tahap strategi supply chain.
9
Model supply chain juga dapat dilukiskan pada denah "The Interenterprise
Supply Chain Moder. Model ini merupakan suatu mata rantai supply,yang dinamakan
"model empat langkah" (the four step model},yang terdiri dari unsur- unsur :
1.
Suppliers (dan sub-suppliers atau suppliers'suppliers)
2.
Manufactures (plant, yang terdiri dari beberapa unit)
3.
Distributors(terdiri dari distribution center, wholesaler, dan sebagainya)
4.
Retailers (yang sangat banyak jumlahnya).
.Suppliers
plants
distributors
retailers
Q[]Q:[]=.. Q[]:
Inventory
inventory
I I
!inventory
I
inventory
I Forecast
M:f:::::
...
¢:::: 1
Orders
Goods
Gambar 2.2 The Interenterprise Supply Chain model
Sumber : Indrajit,Eko (2002,plO)
2.1.4
Elemen Supply Chain Management(SCM)
Menurut Drs.Amin Widjaja (2010, p87) Supply Chain Managementterdiri atas 3
elemen yang saling terkait satu sama lain,yaitu :
1. Struktur jaringan supply chain
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya.
2.
Proses bisnis supply chain
10
Aktivitas- aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
3.
Komponen manajemen supply chain
Variable - variable
manajerial dimana
proses bisnis disatukan dan disusun
sepanjang supply chain.
2.1.5
Komponen Supp/yChainManagement(SCM)
Menurut Turban (2004, p301) komponen supply chain managementterdiri dari
3 komponen utama,yaitu :
1.
Upstream Supply Chain
Bagian
ini meliputi supplier tingkat pertama (dapat berupa
perakitan) beserta
supplier mereka.
Hubungan ini dapat
manufaktur atau
diperluas meliputi
beberapa perusahaan hingga ke supplier material asli (seperti barang tambang,
hasil
panen). Aktifitas
utama
pada
segmen
ini
adalah
pembelian dan
pengiriman.
2.
Internal Supply Chain
Bagian ini meliputi semua proses yang digunakan perusahaan dalam mengubah
input dari supplier menjadi output, sejak bahan baku masuk ke perusahaan
sehingga menjadi barang jadi dan didistribusikan ke luar perusahaan. Aktifitas
pada bagian ini meliputi penanganan bahan baku, penyimpanan, produksi, dan
pengendalian kualitas.
3.
Downstream Supply Chain
Bagian ini meliputi semua proses yang terdapat dalam
pendistribusian dan
pengiriman produk ke konsumen akhir. Secara lebih jauh, supply chain berakhir
ketika produk tidak lagi digunakan konsumen setelah diterima oleh konsumen.
Aktifitas segmen ini meliputi beberapa pihak distributor (agen dan pengecer).
11
2.1.6 Proses Supply Chain Management(SCM)
Menurut supply chain dari perusahaan mencakup fasilitas - fasilitas dimana
bahan mentah,produk setengah jadi,dan produk jadi diperoleh,diubah,disimpan dan
dijual. Fasilitas - fasilitas ini terhubung oleh mata rantai transportasi sepanjang arus
produk dan material.
Keuangan : term pernbayaran
Material : bahan baku, komponen, produk jadi
Informasl : kapasitas, status pengirlman
Supplier
y
Distributor
Supplier
Ti r2
Tier 1
I
Manufactu
rer
H
Reta
il
Outlets
I
Keuangan : term pembayaran
Material
: bahan baku, kamponen, produk jadl
Informasl : kapasltas, status penglrlrnan
Gambar 2.3 Proses dari Supply Chain dan 3 macam aliran yang dikelola
Sumber : I Nyoman Pujawan (2005,pS)
Pada gambar tersebut, terlihat bahwa supply chain management adalah koordinasi
dari material, informasi dan arus keuangan di antara perusahaan yang berpartisipasi.
•
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai,sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur
ulang dan pembuangan.
•
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan.
•
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat - syarat kredit, jadwal
12
pembayaran,dan penetapan kepemilikan dan pengiriman.
13
2.1.7
Konsep Supply Chain Management(SCM)
Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik.
Konsep lama
melihat
logistic
lebih sebagai
persoalan
intern
masing - masing
perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern di
perusahaan masing - masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai
masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar
sampai
barang jadi yang
dipakai
konsumen akhir, yang
merupakan mata rantai
penyediaan barang.
Supply chain dapat dikatakan sebagai logistic network. Dalam
ada
beberapa
pemain
utama
yang
merupakan
hubungan ini,
perusahaan yang
mempunyai
kepentingan yang sama,yaitu :
a.
Suppliers
b.
Manufacturer
c.
Distribution
d.
Retail outlets
e.
Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu antara lain sebagai berikut:
•
Chain 1: suppliers
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan
bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan
pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
bahan
dagangan, subassemblies, suku
cadang,
dan sebagainya.
Sumber
pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga
suppliers' suppliers atau
sub-suppliers. Jumlah
suppliers bisa banyak
atau
14
sedikit,tetapi suppliers'suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata
rantai yang pertama.
•
Chain 1- 2 : Suppliers- Manufacturer
Rantai
pertama
dihubungkan
dengan
rantai
yang
kedua,
yaitu
manufacturer atau plaints atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang
melakukan pekerjaan
membuat,
mengkonversikan, ataupun
memfabrikasi, mengasembling, merakit,
menyelesaikan barang
( finishing ). Hubungan
dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan. Misalnya,inventoris bahan baku,bahan setengah jadi,dan bahan
jadi
yang
berada
di
pihak
suppliers, manufacturer, dan
tempat transit
merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar
40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory caring cost di mata
rantai
ini.
Dengan
menggunakan
konsep
supplier partnering
misalnya,
penghematan dapat di peroleh.
•
Chain 1- 2 - 3 : Supplier- Manufacturer- Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus
disalurkan kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini
biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang
distributor atau
wholesaler atau pedagang
besar dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.
•
Chain 1- 2 - 3 - 4 : Suppliers- Manufacturer- Distribution -Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat
juga menyewa dari pihak lain.
Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan
untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya
15
gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang
baik dari gudang manufacturermaupun ke toko pengecer ( Retail outlets).
•
Chain 1- 2 - 3 - 4 - 5 : Suppliers- Manufacturer- Distribution -Retail Outlets
-Customers
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya
langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang
termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko
koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir
melakukan pembelian. Walaupun
secara
fisik
dapat
dikatakan bahwa
ini
merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai
lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets tadi) ke real customers
atau real user_ karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata
rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba
di pemakai
langsung
(pemakai yang sebenarnya) barang
atau jasa
yang
dimaksud.
2.1.8
Tujuan SupplyChainManagement(SCM)
Menurut Miranda ST (2002,p87), tujuan supply chain adalah memaksimalkan
persaingan dan
keuntungan perusahaan beserta
seluruh
anggotanya, termasuk
pelanggannya. Tujuan dari supply chain management adalah mencapai biaya yang
minimum
dan
service
level
mempertimbangkan semua
yang
fasilitas
maksimum.
yang
Supply
chain
management
berpengaruh terhadap
produk yang
dihasilkan dan biaya yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan customer.
16
Tujuan dari
dihasilkan untuk
supply chain
adalah
memaksimalkan nilai
memenuhi kebutuhan dan
keseluruhan yang
permintaan pelanggan. Di sisi lain,
tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya keseluruhan.
Supply chain management mempunyai tujuan untuk mendapatkan barang atau
service yang tepat, ditempat yang tepat, waktu
diinginkan, selama
Kontribusi itu
memberikan kontibusi yang
berupa
minimal
total
biaya
yang tepat, dan keadaan yang
besar kepada
system
dan
suatu
perusahaan.
memuaskan kebutuhan
pelanggan.
2.1.9
Keuntungan Supply Chain Management(SC.M)
Keuntungan supply chain adalah
laba total
untuk
dibagikan melalui semua
tingkatan rantai. Semakin tinggi keuntungan supply chain semakin sukses supply chain
itu.
Beberapa
keuntungan yang
diperoleh dari supply chain
menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2002,pp4-5) adalah :
1.
Mengurangi inventori dengan berbagai cara
a. Inventori merupakan bagian paling besar dari asset perusahaan,yang
berkisar antara 30%-40%.
b. Sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar antara 20%-40% dari
nilai barang yang disimpan.
c. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan
penimbunan barang dalam gudang agar biaya dapat ditekan menjadi
sesedikit mungkin.
2.
Menjamin kelancaran penyediaan barang
17
a. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal,
supplier,
perusahaan
sendiri,
wholesaler, retailer,
sampai
final
customers.
b. Jadi,rangkaian perjalanan dari bahan baju sampai menjadi barang jadi
dan diterima oleh pemakai atau pelanggan merupakan suatu mata
rantai yang panjang yang perlu dikelola dengan baik.
3.
Menjamin mutu
a. Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang
tersebut, tetapi juga
oleh
mutu
bahan
mentahnya
dan
mutu
keamanan dalam pengirimannya.
b. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian
mata rantai panjang
yang harus dikelola dengan baik.
2.1.10 Pentingnya Supply Chain Management(SCM)
Menurut Andi Ilham (2006,p3) Semakin banyak perusahaan yang menerapkan
SCM. Terutama manufaktur yang distribusi produknya meliputi wilayah yang sangat
luas, penerapan SCM sudah tidak dapat ditawar lagi demi memenangkan persaingan
atau bahkan hanya untuk mempertahankan eksistensi dengan alasan :
1.
Situasi Geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan
Bisa dibayangkan betapa
mengirimkan barang
beberapa
moda
rumitnya perusahaan yang
ke Papua. Mereka
transportasi,
dan
pabriknya di
harus melewati beberapa
jenis
birokrasi. Dengan
Aceh,
pelabuhan,
begitu, untuk
menjamin kecepatan dan ketepatan pengiriman perlu biaya tinggi dan ketepatan
informasi dengan akurasi yang tinggi. Untuk itu, diperlukan metode kerja yang
18
mampu mengintegrasikan seluruh elemen yang berada dalam jaringan yang
menghubungkan mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen akhir.
2.
Perubahan paradigma persaingan
Dari
yang
tadinya
bersaing
antarjaringan. Contohnya
antarperusahaan, berubah
adalah
persaingan dalam
menjadi
ritel
antara
bersaing
A/fa dan
Indomaret Sesungguhnya yang bersaing bukanlah mereka, melainkan jaringan
SCM di belakangnya. Harga barang keduanya bisa berbeda, meskipun lokasinya
berhadapan. Salah satunya bisa terjadi karena tingkat efisiensi dan kerja sama
yang dibangun jaringannya. Dan pemenangnya adalah yang didukung SCM yang
lebih baik.
3.
Semakin canggihnya dukungan teknologi informasi
Konsep integrasi arus
barang
dan
informasi dari pemasok ke konsumen
sebenarnya sudah lama dikemukakan. Masalahnya
memang
wacana
memungkinkan
karena
sulit
diterapkan. Sekarang
lebih
masih sebatas
dengan
tersedianya dukungan teknologi seperti tersedianya berbagai macam perangkat
lunak ERP. Demikian pula dengan kemajuan sistem komunikasi seperti internet
dan intranet yang bisa menghubungkan tempat terpencil dan jauh sekalipun
dengan sangat cepat.
2.1.11 Strategi Supply Chain Management(SCM)
Di dalam tahap ini, perusahaan menentukan strategi kompetitif perusahaan dan
strategi supply chain perusahaan. Kemudian mereka melakukan penyesuain strategi
supply chain dengan strategi kompetitif perusahaan. Penyesuaian strategi ini berarti
bahwa strategi kompetitif dan strategi supply chain mempunyai tujuan yang sama.
19
Terdapat 3 langkah untuk mencapai kesesuaian strategi,yaitu :
1. Mengerti konsumen
Untuk mengerti konsumen, perusahaan harus mengidentifikasi segmentasi dari
kebutuhan konsumen yang dilayani. Terdapat beberapa point yang perlu
diperhatikan untuk mengerti konsumen, yaitu :
• Jumlah dari produk yang dibutuhkan dalam setiap segmen
• Waktu respon yang konsumen bersedia ditolerir
• Variatas produk yang dibutuhkan
•
Level pelayanan yang dibutuhkan
•
Harga produk
• Tingkat keinginan inovasi produk.
Setelah mengetahui keinginan konsumen, perusahaan dapat
menentukan tingkat permintaan konsumen termasuk yang mana.
2. Mengerti supply chain
Kita menentukan tingkat daya tanggap dari supply chain. Tingkat daya tanggap
supply chain termasuk kemampuan untuk melakukan hal - hal sebagai berikut :
•
Tanggap terhadap permintaan pada rentang yang Iebar
•
Waktu tenggang yang singkat
•
Mengatasi sejumlah besar variasi produk
•
Membangun produk yang berinovasi tinggi
•
Mampu melakukan layanan pada tingkat yang sangat tinggi.
Semakin banyak kemampuan yang dapat dilakukan oleh supply chain maka
supply chain tersebut akan semakin tanggap.
3. Mencapai kesesuaian strategi
20
Pada tahap ini, perusahaan melakukan penyesuaian strategi untuk memastikan
bahwa supply chain sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tingkat responsifitas
dari supply chain haruslah konsisten dengan tingkat permintaan konsumen.
2.1.12 Prinsip Dasar Supply Chain Management(SCM)
Supply Chain Managementadalah pengelolaan informasi,barang dan jasa mulai
dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan
pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama. Berdasarkan itu,maka
prinsip dasar SCM seharusnya meliputi 5 hal,yaitu :
1.
Prinsip Integrasi
Semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM dalam satu kesatuan yang
kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan.
2.
Prinsip Jejaring
Artinya semua elemen berada dalam hubungan kelja yang selaras.
3.
Prinsip ujung ke ujung
Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu
sampai ke konsumen yang paling hilir.
4.
Prinsip saling tergantung
Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat
bersaing diperlukan kelja sama yang salng menguntungkan.
5.
Prinsip komunikasi
Artinya keakuratan data menjadi daerah dalam jaringan untuk menjadikan
ketepatan informasi dan material.
21
2.1.13 Penggerak Supply Chain Management(SCM)
Supply Chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa
supply chain itu sendiri. Menurut Copra dan Meindl (2004,p51- 64) penggerak supply
chain adalah sebagai berikut :
1. Inventory
Inventory adalah semua bahan - bahan mentah, dalam proses, dan barang
yang
telah
diselesaikan
f barang jadi.
Inventory merupakan salah satu
penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory
dapat merubah secara drastis tingkat respond an efisiensi supply chain. (Copra
dan Meindl,2004,p.S)
Menurut
Copra
dan
Meindl
(2004, p.57-p58) komponen
dari
keputusan
mengenai inventory adalah :
a.
Circle Inventory adalah jumlah rata - rata dari inventory yang
digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misal
dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku,perusahaan
bias saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau
bisa memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa
memesan
1 truk bahan baku yang dipesan setiap 3 hari. Ini
tergantung dari strategi supply chain apa yang diterapkan oleh
perusahaan (responsive atau efisiensi) dengan memperhitungkan
ordering cost(biaya pesan) dan holding cost(biaya penyimpanan).
b.
Safety Inventory
Safety inventory ini dibuat untuk berjaga- jaga terhadap perkiraan
akan kelebihan permintaan, biasanya digunakan untuk mengatasi
ketidakpastian akan permintaan yang tinggi.
22
c.
Seasional Inventory
Merupakan inventory yang dibuat untuk mengatasi
yang
dapat
diprediksi dalam
permintaan.
keragaman
Perusahaan
yang
menggunakan seasional inventory akan membangun inventory
mereka
pada
periode
permintaan akan
barang
rendah
dan
menyimpannya untuk periode permintaan akan barang menjadi
tinggi,dimana pada saat permintaan tinggi dimana mereka tidak
dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan.
2. Transportasi
Transportasi yaitu memindahkan inventory dari titik ke titik dalam supply chain.
Transportasi terdiri dari banyak kombinasi dari model dan bentuk,yang memiliki
keunggulan masing - masing. Pemilihan transportasi mempunyai dampak yang
besar dalam tingkat respontifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl,
2004,p.52).
Menurut Chopra dan Meindl (2004, p59 - 60) Komponen dari keputusan
mengenai transportasi adalah :
1.
Mades of transportation
Merupakan cara dimana suatu produk dipindahkan dari satu lokasi
dalam jaringan supply chain ke tempat lain. Terdapat 5 cara dasar
transportasi yang dapat dipilih,yaitu :
.- Udara
->
merupakan cara
yang
paling
tepat, tetapi
memiliki biaya yang mahal.
.- Truk -> truk cara yang paling efektif dan mudah dengan
fleksibilitas tinggi.
23
.I
Kereta -> merupakan cara yang mudah digunakan untuk
jumlah barang yang besar.
I ,
Kapal -> merupakan cara yang paling
sering
menjadi
pilihan
yang
paling
lambat, namun
ekonomis untuk
pengiriman dalam jumlah besar ke luar negeri.
.I
Pipa saluran -> merupakan cara yang biasanya digunakan
untuk menyalurkan minyak dan gas.
2.
Routes and network selection
Route merupakan jalur
dimana
suatu
produk dikirimkan dan
network merupakan kumpulan lokasi dan route dimana produk
dapat
dikilimkan.
Perusahaan
tersebut
membuat
beberapa
keputusan mengenai route pada saat langkah desain supply chain.
3.
In house or outsource
Secara tradisional, kebanyakan fungsi transportasi dilakukan oleh
perusahaan itu sendiri, namun
pada saat ini banyak yang telah
dilimpahkan ke perusahaan lain (outsourced).
3. Fasilitas
Fasilitas merupakan tempat - tempat supply chain dimana inventory banyak
disimpan, dirakit dan diproduksi. Dua jenis
umum fasilitas
adalah tempat
produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memiliki tingkat efisiensi
yang
tinggi, maka
memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas
mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply
chain. (Chopbra dan Meindl,2004,pp61-62)
Komponen dan keputusan mengenai fasilitas adalah (Chopra dan Meindl, 2004,
pp61- 62):
24
pekerjaan khusus atau untuk memuaskan konsumen dengan
tipe khusus secara bersama.
,/
Crossdocking
Merupakan metode dimana barang sebenarnya tidak disimpan
dalam gudang perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap
hari membawa jenis yang berbeda dari barang yang dipesan
diangkut menuju fasilitas
perusahaan, kemudian dipecah
menjadi bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer
menggunakan truk yang berisi barang yang beragam dari truk
sebelumnya.
4. Informasi
Informasi terdiri dari data dan analisis yang
inventory,
berkaitan dengan
transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Menyajikan pihak
manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan
efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply
chain. (Chopra dan Meindl,2004,p62- 64)
Menurut Chopra dan Meindl, 2004 (p62 - 64) komponen keputusan mengenai
informasi adalah :
,/ Push versus Pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal
produksi,
jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan
banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan,sedangkan tipe pull
menggunakan
sehingga
tersebut.
informasi
atas
permintaan
actual
konsumen,
perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan
. 25
./
Cordinating and Information Sharing
Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari
supply
chain
bekerja
menuju
tujuan
yang
memaksimalkan
keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri
- sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang
besar atas keuntungan supply chain.
Ini bisa dilakukan dengan
pertukaran data antara tiap bagian dalam supply chain itu sendiri.
./
Forecasting and Aggregate Planning
Forecasting adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat
rencana
mengenai kebutuhan di masa depan
Umumnya
digunakan dalam
menciptakan
peramalan,
pengambilan
perusahaan
dan kondisinya.
keputusan.
aggregate
Setelah
plannina
mengubah peramalan menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi
permintaan yang telah diperhitungkan.
./
Enabling Technologies
Untuk mencapai informasi sharing dan integrasi dalam supply chain,
maka terdapat teknologi- teknologi yang digunakan,yaitu :
•
Electronic Data Interchange (EDI)
EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga
menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai
ke konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih
cepat dibandingkan tanpa EDI.
•
The Internet
26
Internet
mendukung penggunaan EDI
karena
dengan
internet maka akan menjadi sebuah faktor yang penting
dalam supply chain.
•
Enterprise Resources Planning (ERP)
Sistem
ERP
menyediakan
pelacakan
transaksi
dan
kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari
tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply chain
membuat keputusan yang "cerdas".
•
Supply Chain Management (SCM) Softrware
Merupakan program yang menyediakan dukungan terhadap
analisis keputusan dalam penambahan kemampuan melihat
secara keseluruhan terhadap informasi.
2.1.14 Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Management(SCM)
Menurut INyoman Pujawan (2005, p17 - 19) dalam mengelola supply chain
terdapat dua tantangan terbesar, yaitu :
1.
Kompleksitas
Kompleksitas muncul akibat banyaknya pihak yang terlibat pacta supply
chain
2.
Ketidakpastian
Ketidakpastian bisa berasal dari arah permintaan, dari
maupun internal perusahaan.
arah supplier,
27
2.1.15 Hambatan dalam Mencapai Kesesuaian Strategi
Seringkali perusahaan menemukan hambatan dalam
mencapai kesesuaian
strategi. Hambatan- hambatan itu antara lain (Chopra,2001,p60) :
1.
Meningkatnya keanekaragaman produk
Meningkatnya tingkat keanekaragaman produk menyulitkan supply chain
yaitu
pembuatan peramalan dengan
pertemuannya dengan
permintaan
akan menjadi lebih sulit.
2.
Menurunkan siklus hidup produk
Penurunan siklus hidup produk akan membuat pekeJjaan penyesuaian
strategi akan menjadi lebih sulit. Siklus hidup yang semakin pendek akan
meningkatkan ketidakpastian. Peningkatan ketidakpastian dikombinasikan
dengan kesempatan yang kecil akan menambah tekanan terhadap supply
chain untuk berkoordinasi dan menciptakan pasangan yang baik antara
permintaan dan penawaran.
3.
Meningkatnya permintaan konsumen
Peningkatan
permintaan
konsumen
akan
berpengaruh
terhadap
meningkatnya waktu tunggu, biaya, dan daya guna produk. Permintaan
konsumen sekarang
kualitas
dan
daya
ini adalah
guna
yang
pemenuhan produk yang lebih cepat,
lebih
baik
untuk
harga
yang
sama.
Pertumbuhan permintaan konsumen yang sangat hebat ini berarti supply
chain
harus
menyediakan lebih
daripada
sendiri.
4.
Pemecahan kepemilikan supply chain
mempertahankan bisnis itu
28
Dengan pemecahan
kepemilikan kepada
banyak pemilik, setiap pemilik
mempunyai kepentingan dan kebijakan politiknya sendiri, supply chain
akan lebih sulit untuk dikoordinasi.
5.
Globalisasi
Globalisasi menambah tingkat stress supply chain karena fasilitas di dalam
supply chain terpisah lebih jauh, membuat koordinasi menjadi lebih sulit.
Globalisasi juga meningkatkan kompetisi. Situasi yang kompetitif ini akan
menambah hambatan kepada supply chain.
6.
Kesulitan dalam melaksanakan strategi baru
Bagaimanapun,
sebuah
strategi
yang
baik
telah
diformulasikan,
sebenarnya melaksanakan strategi menjadi lebih sulit. Yang harus diingat
adalah pelaksanaan yang mahir dari strategi sama pentingnya dengan
strategi itu sendiri.
2.1.16 Rekayasa Ulang Perbaikan pada Supply Chain Management(SCM)
Teknik
rekayasa
ulang
(reengineering) merupakan
sebuah
proses
yang
ditujukan pada perubahan produksi yang berubah sangat cepat. Michael Hammer dan
James Champy mendefinisikannya sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan
rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang
dramatis dalam ukuran zaman sekarang yang kritis dari kineJja seperti biaya, kualitas
pelayanan dan kecepatan.
28
Dengan
pemecahan kepemilikan kepada
banyak
pemilik, setiap pemilik
mempunyai kepentingan dan kebijakan politiknya sendiri, supply chain
akan lebih sulit untuk dikoordinasi.
5.
Globalisasi
Globalisasi menambah tingkat stress supply chain karena fasilitas di dalam
supply chain terpisah lebih jauh, membuat koordinasi menjadi lebih sulit.
Globalisasi juga meningkatkan kompetisi. Situasi yang kompetitif ini akan
menambah hambatan kepada supply chain.
6.
Kesulitan dalam melaksanakan strategi baru
Bagaimanapun,
sebuah
strategi
yang
baik
telah
diformulasikan,
sebenarnya melaksanakan strategi menjadi lebih sulit. Yang harus diingat
adalah
pelaksanaan yang mahir
dari strategi sama pentingnya dengan
strategi itu sendiri.
2.1.16 Rekayasa Ulang Perbaikan pada Supply Chain Management(SCM)
Teknik
rekayasa
ulang
(reengineering)
merupakan sebuah
proses
yang
ditujukan pada perubahan produksi yang berubah sangat cepat. Michael Hammer dan
James Champy mendefinisikannya sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan
rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang
dramatis dalam ukuran zaman sekarang yang kritis dari kineJja seperti biaya, kualitas
pelayanan dan kecepatan.
30
2.2
Persediaan
2.2.1
Pengertian Persediaan
Menurut Nasution, Arman Hakim (2003, p103), persediaan adalah sumber daya
yang menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan
produksi pada sistem manufaktur,kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun
kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. Persediaan merupakan sumber
daya disamping yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan sekarang dan
yang akan datang. Bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi merupakan
contoh dari persediaan. Semua organisasi memiliki tipe- tipe sistem pengendalian dan
perencanaan persediaan. Perusahaan selalu berusaha mengurangi biaya dan
mengurangi tingkat persediaan ditangan (on hand), sementara itu disisi lain pelanggan
menjadi sangat tidak puas ketika jumlah persediaan mengalami kehabisan. Oleh
karena itu,perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi
persediaan dan tingkat layanan pelanggan dan minimisasi biaya merupakan faktor
penting dalam membuat keseimbangan ini.
Persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses
selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak
memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang
sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu : persediaan bahan baku
persediaan
barang
dalam
proses
dan
persediaan
barang
jadi.
(http:1/www.scribd.com/doc/24339279/ManajemenPersediaan#)
Persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari pelanggan. Dalam perusahaan dagang pada dasarnya hanya ada satu
golongan persediaan,yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut
persediaan barang dagangan. Persediaan ini merupakan persediaan barang yang
31
selalu dalam perputaran, yang salalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses
lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari
barang
yang
bersangkutan. (http:/ldansite.wordpress.com/2009/03/31/pengertian-
persediaan-inventorv/)
Manajemen persediaan merupakan
perusahaan.
hal yang
sangat
penting
bagi
Pada satu sisi, pengurangan biaya persediaan dengan
suatu
menurunkan
tingkat persediaan dapat dilakukan perubahan, tetapi pada sisi lainnya, konsumen
akan tidak puas apabila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu keseimbangan
antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan kepada konsumen harus
dapat
dicapai.
Manajemen persediaan merupakan hal yang
keunggulan kompetitif jangka
panjang.
Mutu,
mendasar
dalam
rekayasa, produk,
penetapan
harga, lembur,
kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, lead
time dan profitabilitas keseluruhan adalah hal - hal yang dipengaruhi oleh tingkat
persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebi tinggi
cenderung berada dalam posisi kompetitif yang
dari pesaing
lemah. Kebijaksanaan manajemen
persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif.
Menurut Arnold dan Chapman dalam Business Strategy Journal menjelaskan
bahwa persediaan merupakan material dan pasokan yang dibawa
atau
institusi, baik
untuk menjual maupun
oleh perusahaan
untuk menyediakan masukkan
atau
pasokan untuk proses produksi. (Hendi,et al,2006,p81)
Menurut
Skousen,
persediaan secara
umum
Stice
dalam
jurnal
ditujukan untuk
akutansi
barang
menjelaskan bahwa
- barang
yang
kata
dimiliki oleh
perusahaan, baik berupa bahasa usaha grosir maupun ritel, ketika barang - barang
32
tersebut telah dibeli dan ada pada saat kondisi untuk dijual. (Syahparuddin & Naleni,
2010, pl)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan
sejumlah barang yang dipesan dalam suatu tempat guna memenuhi
kegiatan usaha dan untuk bahan baku produksi.
2.2.2
Fungsi Persediaan
Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas
operasi
dari
suatu
perusahaan,
antara
lain
(http://www.scribd.com/doc/24339279/ManajemenPersediaan#)
1.
Untuk memberikan stok agar dapat memenuhi penmintaan yang diantisipasi
akan terjadi.
2.
Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi
3.
Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam
jumlah banyak biasanya ada diskon.
4.
Untuk hedgingterhadap inflasi dan perubahan harga.
5.
Untuk
menghindari
kekurangan stok
yang
dapat
terjadi karena
cuaca,
kekurangan pasokan, mutu,ketidak tepatan pengiriman.
6.
2.2.3
Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
Sistem Persediaan
Menurut
Baroto
(2002, P54),
mengenai bagaimana mengelola
sistem
persediaan
adalah
suatu
mekanisme
masukan - masukan yang sehubungan dengan
persediaan menjadi output, dimana
untuk
itu diperlukan umpan balik agar output
memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian
33
kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus
dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan.
Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi,barang
dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal, dan pada waktu yang
optimal. Kriteria optimal adalah meminimalisasi biaya total yang terkait dengan
persediaan,yaitu biaya penyimpanan, pemesanan dan biaya kekurangan persediaan.
Variabel
keputusan
dalam
pengendalian persediaan tradisional
dapat
diklasifikasikan ke dalam variable kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, variabel
keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut :
1.
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan?
2.
Kapan pemesanan harus dilakukan?
3.
Berapa jumah persediaan pengaman?
4.
Bagaimana mengendalikan persediaan?
Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian
persediaan yang akan menjamiin kelancaran pengolahan persediaan adalah sebagai
berikut:
1.
Jenis barang yang akan dimiliki
2.
Dimana barang tersebut berada
3.
Berapa jumlah barang yang sedang dipesan
4.
Siapa saja yang menjadi pemasok masing- masing item.
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal
terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan optimalisasi pengendalian
persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu.
34
2.2.4 Biaya dalam Sistem Persediaan
Menurut Baroto (2002, p55), biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan
kerugian yang
timbul sebagai
akibat
persediaan.
Biaya tersebut adalah
harga
pembelian,biaya pemesanan,biaya penyimpanan,biaya kekurangan persediaan.
1.
Harga Pembelian
Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya
sama dengan harga perolehan persediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada
beberapa
model
pengendalian sistem
persediaan, biaya ini tidak dimasukkan
sebagai dasar untuk membuat keputusan.
2.
Biaya pemesanan (ordering cost}
Biaya
pemesanan
adalah
biaya
pemesanan kepada pemasok,
yang
harus
dikeluarkan untuk
melakukan
yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah
pemesanan. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi,upah,
biaya
telepon/fax, biaya
dokumentasi/ transaksi, biaya
pengepakan, biaya
pemeriksaan,dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
3.
Biaya penyiapan (set up cost}
Biaya penyiapan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan
produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli
dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan, produksi,biaya mempersiapkan
(set up) mesin,
biaya mempersiapkan gambar kerja,
biaya mempersiapkan
tenanga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi dan biaya
lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi.
4.
Biaya penyimpanan (holding cost}
35
Merupakan biaya yang dikeluarkan dalam penyimpanan material, semi finished
product, sub assembly, ataupun produk jadi. Biaya simpan biasanya dinyatakan
dalam biaya per unit per periode. Biaya penyimpanan meliputi :
a.
Biaya
kesempatan. Penumpukan
modal.
Padahal modal ini dapat
bisnis
lain.
Biaya modal
barang
di
gudang
berarti penumpukan
diinvestasikan pada tabungan
merupakan opportunity cost yang
bank atau
hilang
karena
menyimpan persediaan.
b.
Biaya simpan, yang termasuk biaya simpan adalah biaya sewa gudang,
asuransi, pajak, administrasi, biaya pemindahan dan biaya kerusakan atau
penyusutan.
c.
Biaya keusangan. Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai.
d.
Biaya - biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah
item.
5.
Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Biaya perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan,maka akan terjadi
stock out
Stock out menimbulkan kerugian
berupa biaya akibat
kehilangan
kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan yang kecewa.
Biaya ini sulit diukur karena berhubungan dengan goodwill perusahaan. Biaya ini
dihitung dari hal - hal :
•
Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan
yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan.
•
Waktu
pemenuhan. Lamanya
produksi
terhenti
atau
keuntungan, sehingga
gudang
lamanya
waktu
sebagai uang yang hilang.
kosong
berarti
perusahaan
tidak
menganggur tersebut
lamanya
proses
mendapatkan
dapat
diartikan
37
2.2.6 Tujuan Persediaan
Menurut Benard W. Taylor (2001, p130) untuk mengahadapi ketidakpastian
dalam
pengadaan persediaan, pihak
perusahaan harus
melakukan manajemen
persediaan proaktif, dalam arti mampu mengantisipasi keadaan maupun menghadapi
tantangan dalam manajemen persediaan. Tantangan tersebut berkaitan erat dengan
tujuan diadakannya persediaan,yaitu :
• Untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan
• Untuk memperlancar proses produksi
• Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan persediaan
• Untuk menghadapi fluktuasi harga
2.3
Economic Order Quantity(EOQ)
2.3.1 Sejarah EconomicOrderQuantity(EOQ)
Menurut Zulfikarizah (2005,p99),pada tahun 1915 FW. Harris mengembangkan
rumus
yang cukup terkenal yaitu
Economic Order Quantity. Rumus ini banyak
digunakan di perusahaan atas usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan yang
bernama Wilson. Oleh karena itu rumus ini sering disebut dengan
Walaupun
yang
mengembangkannya adalah
FW. Harris
penentu persediaan tertua, namun dengan variasinya
perusahaan untuk permintaan independent dalam
dan
EOQ Wilson.
merupakan teknik
yang banyak digunakan di
manajemen persediaan karena
relatif mudah digunakan.
Menurut Schroeder (2000, p326) kuantitas pesanan ekonomis atau Economic
Order Quantity dikembangkan oleh FW. Harris pada tahun 1915. Kemudian rumus ini
bertambah
luas
penggunaannya di
dalam
industri melalui
seorang
konsultan
38
yangbernama Wilson. Oleh sebab itu, rumus ini lebih disebut sebagai EOQ Wilson.
Walaupun diikembangkan Economic
Order
Quantity
dan
variasinya
masih
digunakansecara luas di dalam industri bagi manajemen persediaan untuk permintaan
bebas.
Menurut Baroto (2002,p57) metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford
Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para
pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan
lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variable dan biaya tetap
dari proses produksi atau pemesanan barang.
2.3.2
Model Dasar EconomicOrderQuantity(EOQ)
Berdasarkan pendapat Pardede, Pontas M (2005, p422), menyatakan bahwa
Economic Order Quantity menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk
tiap kali pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
Menurut Reksohadiprodjo,Sukanto (2000,p200) berpendapat bahwa EOQ merupakan
volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap
kali pembelian.
Menurut Heizer & Render (2005, p68) model kuantitas pesanana ekonomis
merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling
dikenal secara luas. Teknik ini relatif mudah untuk digunakan tetapi berdasarkan
beberapa asumsi :
1.
Tingkat permintaan diketahui,dan bersifat konstan.
2.
Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahuai dan bersifat konstan.
39
3.
Persediaan ditelima dengan
segera.
Dengan
kata
lain,
persediaan yang
dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk,pada satu waktu.
4.
Tidak mungkin diberikan diskon (potongan harga)
5.
Biaya valiabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau biaya pemesanan
(setup cost) dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu.
6.
Kondisi
kehabisan
stock
dapat
dihindali sepenuhnya
jika
pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
Menurut Herjanto, Eddy (2007,p245) ada beberapa kelemahan metode analisis
Economic Order Quatity(EOQ) diantaranya :
1.
Penggunaan
EOQ diasumsikan bahwa
permintaan setiap
periode
selalu
konstan sehingga apabila terjadi fluktuasi permintaan secara tiba - tiba maka
akan menimbulkan kekurangan produk.
2.
Metode EOQ mengasumsikan setiap barang yang akan dibeli selalu tersedia
di pasar tetapi, pada kenyataan
pasar tidak
selalu tersedia
bahan yang
dibutuhkan.
3.
Harga
pada
setiap
kenyataannya kondisi
seperti
kenaikan
barang
selalu
perekonomian Negara
BBM yang dapat
1
konstan
tidak
berubah.
mungkin terjadi
Pada
perubahan
menyebabkan perubahan harga pada
barang.
4.
Biaya atau
unit
diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam
prrakteknya
seringkali ada potongan kuantitas untuk pembelian yang besar. Dalam kasus
ini membutuhkan suatu
dasar.
modifikasi dari
model
Economic Order
Quantity
40
5.
Biaya pemesanan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataan biaya ini
sering dapat dikurangi.
Menurut Herjanto (2007, p245 - 246) grafik persediaan dalam model ini
berbentuk gigi gergaji,seperti terlihat dalam gambar 2.4 karena permintaan dianggap
konstan, persediaan berkurang dalam jumlah yang sama dari waktu ke waktu. Pada
saat tingkat persediaan mencapai nol, pesanan untuk kelompok baru tepat diterima,
sehingga tingkat persediaan naik kembalisampai Q.
Q
\- ----
-1\ - - - -h----- -----
+---\- :\- ---\----0
i
\
Tlngkat P J!i .I!J o!l
Rata-rata
\
5JmJ!l,e};_ HaliaiJto. Eddy (2007, p246)
Gambar 2.4 Grafik Persediaan dalam Model EOQ
Untuk menghitung EOQ dapat dilakukan dengan rumus :
HUQ =
Keterangan :
Q
= Jumlah pemesanan
D
= Permintaan
S
= Biaya pemesanan
H
= Biaya Penyimpanan
tahunan barang persediaan dalam unit 1tahun
untuk setiap pesanan
per unit/ tahun
41
F = Frekuensi Pemesanan
T
= Masa waktu setiap pemesanan
TC
= Biaya
total persediaan
Jika 1 tahun sama dengan 365 hari,maka jangka waktu antar tiap pesanan adalah :
T = ]:_u: m:i_a
_ h hari ker:j a :pc_ertahun
frekuensi pesanan
Menurut jurnal akutansi,Metode Economic Order Quantity (EOQ) bertujuan
untuk menentukan seberapa besar persediaan barang dagangan yang akan dipesan
dan kapan waktu pemesanan akan dilakukan sehingga dapat mengoptimalkan biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan.
(http:(/blogti a ra.word press.com/2010/04/22/ju rna1-akunta nsi/)
2.3.3
ReorderPointdan Safety Stock
2.3.3.1 ReorderPoint
Dalam Jurnal Akuntansi menjelaskan bahwa Reorder Point ialah saat
atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga
kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu tepat waktu dimana
persediaan diatas safety stocksama dengan nol. Dalam penentuan/ penetapan
reorder point harus memperhatikan faktor- faktor sebagai berikut :
1.
Penggunaan barang selama tenggang waktu mendapatkan barang
2.
Besarnya safety stock
Reorder Poli1tdapat ditetapkan dengan berbagai cara,antara lain :
• Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah
persentase tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar
42
50% dari penggunaan selama lead time dan ditetapkan bahwa lead
timenya adalah 6 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap harinya
adalah 3 unit/hari.
•
Dengan
menetapkan penggunaan
penggunaan selama
kebutuhan
periode
lead time dan
ditambah
dengan
tertentu sebagai safety stock, misalkan
selama
4
hari.
(http:/lb logtia ra.word press.coml2010104/22/ju rna1-a ku nta ns ill
Berdasarkan pendapat Render dan Heizer (2001,p324), titik pemesanan
ulang adalah tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali.
Dan dapat dilakukan dengan rumus :
Reorder Point= d x L
Keterangan :
L =lead time
d
= pemakaian rata
-rata per hari (Ave10ge Usage)
2.3.3.2 Safety Stock
Dalam jurnal Business St10tegy (Hendi, 2006, p81) menjelaskan bahwa
safety stock merupakan cadangan inventori yang selalu dipegang perusahaan
sebagai cadangan terhadap ketidakpastian pasokan, permintaan, dan lain lain. Safety stockdipengaruhi oleh beberapa hal,antara lain :
1.
Ketidakpastian permintaan -7 jika tingkat permintaan tinggi, maka
diperlukan safety stock yang tinggi pula untuk tetap memberikan tingkat
servis yang tinggi pada pelanggan.
43
2.
Ketidakpastian pasokan tingkat ketidakpastian pasokan dipengaruhi
oleh waktu,jumlah dan kualitas pengiriman pemasok.
Menurut Assauri (2004,p186) safety stock adalah persediaan tambahan
yang diadakan untuk melindungi untuk menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
disebabkan karena penggunaan bahan baku yang terlalu besar dari perkiraan
semula, atau keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan.
Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah
mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan
tetapi sebaliknya akan menambah carrying cost Oleh karena itu, pengadaan
persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi
kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi pada saat itu
diusahakan agar carrying costadalah serendah mungkin.
Menurut Keown, et al (2000, p54) safety stock adalah persediaan yang
dipegang untuk mengakomodasikan penggunaan yang luar biasa dan tidak
bisa diharapkan selama waktu pengiriman.
Untuk menghitung besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif
teliti yaitu dengan Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan rata - rata.
Metode ini dilakukan untuk menghitung selisih tersebut dikalikan dengan lead
time.
Safety stock= (Pemakaian Maksimal- Pemakaian rata-rata)
* Lead time
44
Menurut Herjanto, Eddy (2007, p248-249) untuk menghitung stok
pengaman dapat difakukan dengan rumus :
Reorder Point= (d x L) + Safety Stock
Keterangan :
L =lead time
d =Average usage (pemakaian rata-rata per hari)
SS
= safety stock
45
2.4
Kerangka Pemikiran
Data
Wawancara
Obserasi
Kondisi Perusahaan
Kondisi Pasar
Keterbatasan Produk
Produk yang dibutuhkan
tidak ada
Tingginya Permintaan Konsumen
Permintaan tinggi
Sistem Supply Chain Management
yang panjang
Tingkat persediaan yang
sesuai permintaan
Evaluasi SCM yang sedang
berjalan
Sistem SCM yang
dikembangkan
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, November 2010
Download