58 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN 4.1

advertisement
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1
Sejarah Umum Rumkital Marinir Cilandak
Berawal dari sebuah klinik kecil di Cilandak, yang menempati suatu ruang di
Mess Bintara KKO, kelak menjadi sebuah rumah sakit yang kemudian menjadi
Rumah Sakit Marinir Cilandak saat ini.
Sesuai kebijaksanaan TNI AL pada saat itu, dengan pertimbangan
diperlukannya sebuah rumah sakit untuk melayani prajurit-prajurit KKO, maka
kemudian Balai Pengobatan dikembangkan menjadi rumah sakit dengan status
Rumah Sakit Korps Komando TNI AL (RS KO) berdasarkan Skep Panglima KKO
AL NO. 45401/5/1968 tanggal 22 Maret 1968. Tahun 1977, Menhankam/Pangab
menetapkan RS AL Lanmar sebagai Rumah Sakit ABRI Tingkat IV dengan Skep No.
226/II/1977 tanggal 25 Februari 1977. Seiring berjalannya waktu, Rumah Sakit kian
berkembang, pada periode sekitar tahun 1980 lahir Skep Menhankam/Pangab No.
226a/II/1980 tanggal 17 Juli 1980 tentang peningkatan Status Rumah Sakit menjadi
RS ABRI Tingkat III. Berbagai upaya dilakukan untuk dapat meningkatkan
kemampuan sarana , prasarana serta kemampuan layanan di Rumkital Marinir. 1968.
Tahun 1987 berbagai upaya perbaikan dan peningkatan fasilitas fisik
bangunan mulai dilaksanakan secara bertahap. Demikian pula halnya dengan sumber
daya manusia yang ada mulai ditingkatkan, untuk mengantisipasi peningkatan
58
59
kualitas layanan rumah sakit yang telah mampu memiliki sendiri tenaga medis di 5
bidang spesialisasi. Peran serta Rumah Sakit Marinir Cilandak dalam lingkup
perumahsakitan di Jakarta mulai nampak. Berbagai bentuk penghargaan khususnya
dalam kebersihan serta keindahan taman telah diraih oleh Rumah Sakit Marinir
Cilandak, hal ini turut memberi kontribusi dalam pembentukan citra rumah sakit.
Sejalan dengan upaya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses
penyembuhan pasien, 24 Agustus 1990 ditetapkan Rumah Sakit Marinir Cilandak
sebagai kawasan bebas rokok. Langkah ini merupakan langkah awal, dimana Rumah
Sakit Marinir Cilandak merupakan rumah sakit pelopor di Indonesia yang
mencanangkan RS sebagai kawasan bebas rokok.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasal Tahun 1996 tentang Penyempurnaan
Klasifikasi, Standarisasi dan Dislokasi Fasilitas Kesehatan Di Lingkungan TNI AL
diputuskan Rumah Sakit Marinir Cilandak yang semula Tingkat III A diubah menjadi
Tingkat II B. Tahun 1998 dilaksanakan alih bina Rumah Sakit Marinir Cilandak dari
Pangkalan Korps Marinir Jakarta menjadi dibawah Korps Marinir.
Komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik Rumah Sakit
Marinir Cilandak telah terwujud di Akreditasi Rumah Sakit pada tahun 2010 , yakni
evaluasi pada 5 (lima) bidang pelayanan, Berbagai rangkaian pembangunan secara
bertahap dilakukan guna terus mengupayakan terciptanya peningkatan kualitas
pelayanan. Sesuai dengan Visi Rumah Sakit Marinir Cilandak maka manajemen dan
seluruh staf medis Rumah Sakit Marinir Cilandak senantiasa memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan profesi. Seminggu sekali diadakan
60
rapat staff untuk membahas kasus-kasus medik, kasus sulit dan kasus kematian yang
tidak diketahui penyebabnya dibahas dan dipelajari oleh para Dokter Spesialis.
4.1.2
Visi dan Misi Rumkital Marinir Cilandak
1)
Visi
Menjadikan Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan
dukungan kesehatan pada operasi dan latihan militer serta pelayanan kesehatan yang
profesional bagi seluruh prajurit Angkatan Laut, PNS dan keluarganya, khususnya
Prajurit Marinir se – Indonesia.
2)
Misi

Meningkatkan Sumber Daya yang profesional dan handal di bidang
kesehatan.

Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan
pelayanan kesehatan khususnya di bidang Trauma.

Menyelenggarakan pengembangan pendidikan, latihan dan penelitian di
bidang kesehatan guna menunjang dukungan dan pelayanan kesehatan
yang optimal.

Melaksanakan kerjasama bidang kesehatan baik dengan instansi militer
maupun non militer sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
61
3)
Motto
Motto Rumkital Marinir Cilandak adalah “ Keselamatan Pasien, Prioritas
Kami “
4.1.3
Sumber Daya Manusia Rumkital Marinir Cilandak
Sesuai dengan Alih bina Rumkital Marinir Cilandak dari rumah sakit tingkat
III A menjadi rumah sakit tingkat II B pada tahun 2012 dari dibawah pangkalan
Koprs Marinir (Lanmar) menjadi dibawah korps Marinir (Kormar) langsung dengan
jumlah personil sebesar 633 orang, sesuai dengan Perpang TNI Nomor 8 Tahun 2012
tanggal 2 April 2012 dan Perkasal Nomor Perkasal/21/V/2012 tanggal 1 Mei 2012
yang dapat dirinci sebagai berikut :
URAIAN
DSP
RIIL
Medis :
a. Militer
74
22
b. PNS
12
16
a. Militer
-
2
b. PNS
-
3
Dr. Depkes
-
1
Apoteker :
62
Paramedis :
a. Militer
202
94
b. PNS
210
169
Non Medis
a. Militer
-
Marinir
-
65
-
Lain – lain
91
19
44
87
633
478
-
161
b. PNS
Total
PHL
4.1.4
Pola Ketenagaan Frontliner Rumkital Marinir Cilandak
Frontliner di Rumkital Marinir Cilandak terdiri dari unit pendaftaran rawat
jalan maupun rawat inap dan unit informasi yang seluruhnya terdiri dari 18 anggota
serta memiliki fungsi dan tugas masing – masing sesuai petunjuk kerja yang telah
ditetapkan. Dipimpin oleh Kabagminmed yang dijabat oleh Perwira Menengah TNI
AL yang membantu Kepala Sekretariat (Kaset) serta membawahi beberapa bagian
diantaranya :
1)
Kasubbag Data
Berfungsi dan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengelolaan dan
pengawasan serta pengembangan assembling dan filling rekam medis rumah sakit.
63
2)
Kaur Komputer dan Pulahta
Melaksanakan sensus harian rawat jalan serta coding, indexing rawat inap
serta bertanggung jawab kepada Kasubbag Data Med.
3)
Kaur Yan Med
Berfungsi dan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengelolaan, dan
pengawasan serta pengembangan pelaporan dan analisa data rekam medik rumah
sakit.
4)
Kaur Admission
Bertanggung jawab atas semua kegiatan penerimaan dan keluarnya pasien
rawat inap serta memberikan informasi kepada keluarga pasien yang menyangkut
tentang peraturan/kebijakan rumah sakit yang berkaitan dengan pasien rawat inap.
5)
Ur Evajian
Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dasar pelaporan yang
diterima dari unit produksi (rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, gizi, penunjang
klinis, farmasi, kamar operasi, klinik luar, RS Lain).
6)
Ur File
Melakukan assembling (menyusun) rekam medis rawat inap baru (dewasa,
Obsgyn, bayi anak) dan menyiapkan rekam medis sesuai informasi dari Front Office
atau unit pelayanan lain.
7)
Ur Yan
Melaksanakan kegiatan pencarian file data rekam medis pasien darurat, rawat
jalan, rawat inap. Khusus bagi file yang dikategorikan file aktif.
64
8)
Ur Register
- Menerima surat – surat masuk
- Mengadakan BRM di bagian rekam medis dan menyiapkan BRM yang baru
- Mengirim surat keluar
- Mengarsipkan surat masuk dan keluar ketempat pengarsipan surat.
4.2
Hasil Penelitian
Pada tahap penulisan makalah ini, peneliti mulai mengamati ke lapangan,
dalam
mengamati apa saja yang terjadi di bagian frontliner dan untuk meneliti
makna gaya pesan komunikasi antara frontliner dan pasien serta apa saja yang
terlihat atau terjadi di lapangan sebagai pembahasan selanjutnya.
4.2.1. Komunikasi
Proses komunikasi yang terjadi di bagian frontliner berlangsung secara
komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah terjadi secara vertikal, horizontal, dan
diagonal :
1)
Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang alirannya berlangsung dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Secara Struktural, bagian pendaftaran atau Frontliner
Rumkital Marinir Cilandak memiliki Atasan Langsung yaitu Kabagminmed yang
memiliki tanggung jawab mengatur jalannya pelayanan di bagian pendaftaran dan
informasi. Seperti hasil wawancara penulis dengan Tn. Karmawan anggota Frontliner
yang mengatakan :
65
“ Kami sering berdiskusi tentang hal pelayanan baik sesama rekan kerja atau
dengan atasan. Atasan kami juga sangat bisa diandalkan jika kami mempunyai
kendala yang sulit diatasi “.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan organisasi di bagian frontliner berjalan
baik dengan terciptanya saling berkomunikasi antara bawahan dan atasan begitupun
sebaliknya.
2)
Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang berlangsung antara
komunikator dengan komunikan yang mempunyai tingkat, kedudukan, dan
wewenang yang sama yaitu komunikasi antar sesama personil frontliner. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan salah satu anggota Frontliner yaitu Tn. Karmawan
mengatakan :
“ Hubungan kerja dengan seluruh Frontliner sangat kondusif, ada kerjasama
yang tercipta sehingga pelayanan kesehatan di bagian pendaftaran berjalan lancar “.
Penulis mengamati bahwa kegiatan berkomunikasi di bagian pendaftaran terlihat
aktif, tidak mengandalkan hanya beberapa orang tetapi seluruhnya berperan aktif
dalam melayani pasien. Kerjasama antar rekan mutlak diperlukan apalagi jumlah
pasien yang berkunjung ke Rumkital Marinir terus bertambah seiring dengan
Program BPJS.
3)
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang berlangsung antara komunikator
dengan komunikan yang tingkat, kedudukan, serta wewenangnya berbeda yaitu
66
dengan satuan kerja yang levelnya sama yakni perawat, Laborat, Radiografer dan
Tenaga Paramedis lainnya dan tentunya dengan Pasien itu sendiri. Dari hasil
wawancara dengan Tn. Karmawan anggota frontliner mengatakan bahwa :
“ Hubungan kerja dengan rekan sejawat cukup kondusif, ada kerjasama yang
tercipta sehingga pelayanan pasien berjalan lancar, seperti kami saling koordinasi
dengan ruang perawatan menanyakan apakah masih ada tempat tidur yang kosong
atau menanyakan ke poli keberadaan dokter pada hari itu “.
Adanya kerjasama dengan bagian lain mutlak diperlukan oleh setiap Rumah
Sakit karena sifatnya yang saling integrasi antar bagian. Kaitannya dengan
komunikasi dengan pasien berlangsung secara dua arah dan diharapkan ada timbal
balik atau reaksi terhadap penjelasan yang disampaikan. Seperti hasil wawancara
penulis dengan Serda Naeni anggota frontliner :
“ Kami biasanya tidak memaksa pasien mengikuti apa yang kita kehendaki
tetapi cenderung mengarahkan dan menjelaskan sesuai dengan prosedur atau
ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit “.
Kegiatan di bagian pendaftaran atau informasi Rumkital Marinir Cilandak
berjalan lancar cenderung padat imbas dari Program BPJS. Seluruh Prajurit TNI AL
otomatis menjadi anggota BPJS serta melayani pasien BPJS dari kalangan umum
seperti Askes, KJS, Jamsostek dan BPJS Mandiri. Proses komunikasi dua arah yang
terjadi antara Frontliner berlangsung lebih lama dari biasanya, hal ini dikarenakan
prosedur BPJS yang lebih rumit dikarenakan si Pasien wajib membawa berkas
67
administrasi berupa surat rujukan, kartu BPJS dan kartu indentitas. Di samping itu
setiap Frontliner bukan saja menjelaskan mengenai prosedur pelayanan tetapi
menyeleksi administrasi pasien apakah sudah lengkap atau belum dan mengecek
tanggal berlaku surat rujukan tersebut.
Kemampuan berkomunikasi yang baik mutlak diperlukan oleh seorang
Frontliner apalagi ketika menghadapi Anggota TNI yang tidak membawa surat
rujukan dan kartu identitas, sering terjadi kesalah pahaman karena anggota TNI
tersebut tidak mengerti mengenai prosedur pasien BPJS. Hal ini disebabkan karena
pada aturan sebelumnya anggota TNI beserta keluarga lebih mudah mendapatkan
pelayanan kesehatan tanpa harus membawa surat rujukan dan tanpa melalui klinik
PPK I terlebih dahulu. Seperti hasil wawancara penulis dengan Mayor Anis selaku
pimpinan frontliner :
“Setiap frontliner harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam
menjelaskan aturan BPJS yang lebih rumit dibandingkan sebelumnya, pada awalnya
program ini begitu banyak kendala tetapi tetap harus kita hadapi. Saya pun memberi
penekanan khusus terhadap prosedur BPJS agar frontliner mengerti dan paham
sehingga dapat memberikan solusi yang baik kepada pasien”.
Faktor lain adalah kurangnya sosialisasi mengenai Program BPJS di tiap –
tiap satuan kerja masing – masing. Disini pentingnya setiap Frontliner memberikan
penjelasan dan pemahaman mengenai prosedur pelayanan kesehatan yang berlaku di
Rumkital Marinir Cilandak sehingga calon pasien dapat menerima penjelasan dari
68
frontliner dengan baik. Seiring dengan begitu padatnya kegiatan di bagian
pendaftaran terkadang Frontliner cenderung terburu – buru dalam melayani pasien
akibat panjangnya antrian bahkan ada pasien sampai menunggu diluar karena sudah
penuhnya tempat pendaftaran. Rumkital Marinir Cilandak memang menjadi salah
satu Rumah Sakit Pemerintah di wilayah Jakarta Selatan yang menjadi Rumah Sakit
Rujukan bagi peserta BPJS tentunya harus siap melayani dan menghadapi berbagai
kendala dari program BPJS tersebut.
Dampak dari sesaknya tempat pendaftaran berimbas pada perubahan
psikologis calon pasien , ada yang gelisah, bingung, rasa bosan, kesal dan suasana
yang kurang kondusif maka setiap frontliner ditantang mengerti dan memahami
gesture pasien. Contoh : antrian yang sangat panjang, ada pasien yang kesal karena
dokter yang ditunggu terlambat datang ke poli karena ada keperluan, status pasien
yang belum tiba di poli padahal dokternya sudah datang, pasien kesal karena harus
kembali melengkapi berkas administrasi yang belum lengkap dan sebagainya.
Setiap frontliner memiliki kiat tersendiri didalam menghadapi permasalahan
yang terjadi di bagian pendaftaran seperti kejadian diatas khususnya dalam
menangani pasien yang marah atau komplain, dari hasil wawancara penulis terhadap
Serda Naeni yang mengatakan :
“ Hal yang pertama kali dilakukan adalah meminta maaf atas
ketidaknyamanan yang dialami pasien, tidak menyela pembicaraan pasien dan kita
harus menjadi pendengar yang baik dan sebisa mungkin memberikan solusi yang
69
terbaik demi kelancaran pelayanan “.
Pasien terkadang merasa malu, tidak berani dalam mengungkapkan
perasaannya terhadap Frontliner. Disini pentingnya peranan dari frontliner dalam
mengkomunikasikan permasalahan pasien dengan sikap dan bahasa yang baik melalui
komunikasi Verbal dan Non Verbal.
Dalam praktiknya, perlu ada kesesuaian antara pesan verbal dengan pesan
nonverbal agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, baik sebagai
pengirim pesan maupun sebagai penerima, seseorang harus memperhatikan pesan
pesan nonverbal disamping pesan pesan verbalnya sendiri. Bahkan sebenarnya pesan
pesan nonverbal yang paling jelas dan paling kuat mengkomunikasikan aneka
perasaan, seperti senang atau tidak senang, penerimaan atau penolakan, minat
perhatian atau rasa bosan seperti hasil wawancara berikut ini dengan Serda Naeni :
“ Selain respons yang antusias ketika pertama kali pasien datang, kami juga
harus memberikan senyuman tulus kepada setiap pasien tentunya dengan sikap yang
baik, sopan, dan melayani. Atasan kami menekankan terus sabar apabila ada
perkataan pasien yang kasar dan cenderung menyinggung perasaan ”.
Frontliner Rumkital Marinir Cilandak menerapkan komunikasi antar pribadi
melalui proses komunikasi dua arah dengan menerima saran masukan dan keluhan
sehingga diharapkan timbul kepuasan dari pasien.
70
4.2.2
Komunikasi Verbal
1)
Bahasa secara fungsional
a.
:
Dari Pimpinan TNI bahasa yang ditetapkan untuk memberikan salam
hormat kepada atasan bila bertemu atau menghadap, ucapkan salam
dengan posisi tangan hormat : “ Selamat Pagi ...... (menyebutkan
pangkat atau jabatannya), Selamat Siang, dan seterusnya. Dari Hasil
Penelitian, Frontliner mengucapkan salam kepada setiap calon pasien “
Selamat Pagi, Siang ada yang bisa Kami Bantu “. Khusus kepada
pejabat TNI AL memberikan salam penghormatan dengan tangan
kanan apabila posisi frontliner dalam keadaan berdiri. Seperti hasil
wawancara dengan Serda Naeni sebagai Frontliner :
“ Ya, kami wajib menyapa pasien dengan selamat pagi atau
selamat siang dan menanyakan kebutuhannya. Bagi anggota militer
yang secara kepangkatan lebih tinggi atau misalkan perwira, kami
memberikan salam penghormatan secara militer “.
b.
Bila masuk ruangan bahasa salam yang digunakan dengan posisi
tangan kanan hormat (bila ada pimpinan pangkat yang lebih tinggi)
ucapkan,
“Mohon izin masuk, selamat pagi, atau siang, dan
seterusnya“. Frontliner ketika memasuki ruang atasan melakukan
salam penghormatan terhadap atasan, apabila bertemu dengan sejawat
71
atau level sama cukup mengucapkan selamat pagi, siang dan
seterusnya. Berkut hasil wawancara kami dengan Tn. Karmawan
selaku Frontliner :
“ Kami memiliki tata cara tersendiri ketika memasuki ruangan
atasan
dengan
mengetuk
pintu
terlebih
dahulu,
kemudian
mengucapkan mohon ijin masuk dan melakukan salam penghormatan
militer apabila yang dihadapi adalah Perwira “.
c.
Dan ucapan salam pada waktu menerima telepon, bahasa yang
ditetapkan dari aturan baku TNI AL ucapkan, “ Selamat pagi, atau
siang dan seterusnya, sebutkan nama dan pangkat kita, ruangan mana,
mohon izin dengan siapa saya bicara ?”, tunggu jawaban penelepon
dan ucapkan “ada yang bisa saya bantu (menyebutkan pangkatnya,
nama, atau bapak atau Ibu dan seterusnya)?” . Selesai menelepon
ucapkan salam “ “Siap selamat pagi, terima kasih” (bila ada pesan )
“Siap nanti saya akan sampaikan, ucapkan salam lagi “Selamat pagi
atau siang dan seterusnya”. Dari hasil penelitian, frontliner melakukan
hal tersebut dengan mengucapkan “Selamat Pagi dengan (Nama
Pangkat dan Bagian Yang Bersangkutan) ada yang bisa dibantu”.
Tidak mengucapkan kat “Hallo” ketika menerima telepon. Seperti
hasil wawancara dengan Serda Naeni :
72
“ Kami memiliki aturan ketika menerima telepon dengan tidak
mengucapkan kata halo, diawali dengan selamat pagi atau selamat
siang kemudian menyebutkan pangkat dan bagian kami dan
mengucapkan ada yang bisa kami bantu”
d.
Jika bertemu teman sejawat atau atasan sedang melakukan istirahat
makan, ucapkan salam dan “Mohon ijin selamat makan..?!” (kalau
kepada atasan sambil melakukan hormat)
30
. Frontliner mengucapkan
selamat makan bukan hanya dengan atasan tetapi juga dengan rekan
sejawat.
2)
Bahasa secara formal :
Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti. Di bagian pendaftaran tempat frontliner
melaksanakan tugas pokok, bahasa yang digunakan adalah bahasa secara formal dari
pimpinan Rumkital Marinir Cilandak untuk menyambut atau melayani calon pasien
yang datang berkunjung ke Rumkital Marinir Cilandak kemudian mengucapkan
salam sambil tersenyum ramah, “Selamat pagi Pak, atau Bu, dan seterusnya, untuk
pasien militer disebutkan pangkatnya apa, dan meminta kartu berobat, tanyakan mau
berobat kemana? dan kemudian mengucapkan, “Silahkan duduk kembali, di tunggu
30
Kabagminmed RSMC, Tanggal 18-08-2015, jam 10:30
73
ya Pak, atau Bu dan seterusnya (untuk militer sebutkan pangkatnya).
31
Seperti hasil
wawancara dengan Serda Naeni salah satu frontliner :
“ Kami rasa seorang frontliner harus memiliki kemampuan bahasa yang baik
dalam melayani apalagi rumah sakit ini termasuk instansi Militer tentunya mengacu
kepada aturan pengormatan militer yang berlaku disini dengan mengucapkan salam
penghormatan dan kata mohon izin di awal kalimat. Selain itu bahasa yang baik
akan memudahkan pasien dalam menerima penjelasan.
Disamping itu penulis mewawancarai Tn. Ferry, 40 Th selaku pasien
mengenai sambutan pelayanan dari para frontliner :
“ Ya, mereka selalu menyapa setiap pasien yang datang, saya rasa respons
mereka cukup baik pada saat saya datang. Dan mereka tahu apa saya butuhkan di
rumah sakit ini “.
Unsur bahasa dalam komunikasi verbal yang digunakan di Instansi Rumkital
Marinir Cilandak adalah Unsur fonologi yaitu : Pengetahuan tentang bunyi –bunyi
dalam bahasa.
a.
Volume suara keras, saat frontliner memanggil nama pasien yang akan
mendaftar berdasarkan system nomor antrian, dan selanjutnya pasien
diberi arahan ke poliklinik yang dituju.
b.
Volume suara jelas, pada saat melayani pasien. Seperti hasil wawancara
penulis dengan frontliner Tn. Karmawan :
31
Serda APM, Naeni, hasil wawancara tanggal 18-08-2015, jam 13:30
74
“ Suara kami sudah cukup jelas didengar pasien, tetapi khusus
untuk pasien tertentu kami memang memang ada sedikit
hambatan dengan menaikkan volume suara. “
Hal ini didukung oleh pernyataan dari Tn. Ferry selaku pasien
dari hasil wawancara :
“ Menurut saya volume suara dari Frontliner cukup jelas
didengar”.
c.
Sumber bunyi dari monitor sistem antrian berupa panggilan pasien dan
nomor antrian untuk kategori pasien BPJS, Anggota TNI AL dan Pasien
Umum. Sumber bunyi lainnya berasal dari alat yang digunakan sebagai
kode perintah atau kode informasi sebuah alat tiup (pluit) yang
digunakan dengan cara ditiup sesuai keperluan dengan nada yang
berbeda – beda, bunyi dari alat pluit dari bahan logam tersebut di pakai
untuk menandakan waktu apel pagi siang, kenaikan bendera, kode salam
selamat datang dari pintu penjagaan kalau ada pimpinan tinggi atau
atasan datang, berita informasi, dan lain –lain.
4.2.3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal ( non verbal communication) menempati porsi
penting.. Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat,
ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.
75
Setiap Frontliner dapat mengetahui bagaimana perasaan atau kondisi psikologis
pasien melalui komunikasi Non Verbal. Diantaranya :
1)
Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk bersalaman, menggenggam tangan, berciuman,
sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Dari hasil penelitian,
frontliner tidak melakukan kegiatan sentuhan dengan pasien kecuali apabila pasien
ingin bersalaman untuk sekedar mengucapkan terima kasih. Dari hasil wawancara
dengan Tn. Karmawan :
“ Kami mengucapkan salam pada awal kedatangan pasien tanpa bersalaman
apalagi terhadap yang lawan jenis, kecuali apabila si pasien yang duluan meminta
bersalaman “.
2)
Kinestik
Dalam komunikasi nonverbal, kinestik atau gerakan tubuh meliputi kontak
mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Dari hasil penelitian, ditemukan :
a. Frontliner bersikap ramah dengan ekspresi wajah senyum dengan kontak
mata menatap pasien langsung. Seperti hasil wawancara dengan Tn. Ferry
selaku pasien :
“ Ya. Mereka selalu tersenyum melayani saya dan bersikap ramah”
76
b. Frontliner memperhatikan gesture pasien perihal penjelasan mengenai
prosedur pelayanan di Rumkital Marinir Cilandak. Berikut hasil
wawancara dengan Tn. Karmawan, anggota frontliner :
“ Ya, setidaknya bahasa tubuh seseorang dapat mencerminkan
perilaku seseorang, kita bisa mengetahui apakah pasien merasa puas
menerima penjelasan kita atau tidak bisa dilihat dari bahasa tubuh
pasien”.
c. Frontliner melakukan penghormatan dengan tangan ketika menghadapi
pasien berpangkat Perwira TNI AL. Dari hasil wawancara dengan Serda
Naeni yang merupakan anggota militer di bagian Frontliner :
“ Kami melakukan penghormatan militer kepada pasien yang
memiliki kepangkatan lebih tinggi dengan salam penghormatan dengan
tangan kanan apabila posisi berdiri, dan dengan badan tegak apabila
posisi kami duduk “
d. Ekspresi Wajah terlihat kelelahan sambil memaksa untuk senyum ketika
Frontliner memasuki jam 10.00 WIB ke atas mendekati waktu istirahat.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya kunjungan pasien.
e. Ekspresi Frontliner grogi, gugup ketika menghadapi pasien dari negara
asing. Hal ini disebabkan karena faktor kurangnya kemampuan berbahasa
Inggris yang baik.
77
f. Pasien ada yang menunjukan isyarat wajah bosan dan kelelahan akibat
lama mengantri. Hal ini dikarenakan karena prosedur BPJS yang
tergolong rumit dibanding sebelumnya. Seperti hasil wawancara dengan
Mayor Anis selaku Pimpinan Frontliner yang menyebutkan :
“ Saya selalu memberikan penekanan khusus kepada Frontliner
agar memberikan penjelasan yang baik kepada para pasien mengenai
prosedur BPJS agar mengeri dan paham mengenai situasi di Rumkital
Marinir Cilandak “.
g. Pasien dari anggota Marinir ada yang menunjukkan ekspresi wajah marah
sambil bertolak pinggang karena tidak membawa surat rujukan dari klinik
PPK I, atau tidak membawa kartu BPJS. Dari hasil wawancara dengan
Serda Naeni anggota Frontliner mengatakan :
“ Pada awalnya memang banyak anggota militer yang komplain
dan marah mengenai aturan BPJS, ada yang mengerti dengan penjelasan
dari kami dan yang tidak. Untuk yang kurang berkenan dengan
penjelasan kami, kami arahkan ke atasan secara berjenjang “.
h. Pasien menunjukkan wajah cemas menunggu dokter yang diharapkan
datang tepat waktu di poliklinik.
3)
Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu
78
cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara,
kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Seperti hasil wawancara
dengan Tn. Ferry selaku Pasien :
“ Menurut saya suara dari Frontliner cukup jelas didengar dengan cara yang
ramah”
Nada bicara dari Frontliner Rumkital Marinir Cilandak cenderung pelan
dengan kecepatan berbicara yang normal dan sistematis apabila pasien kooperatif dan
menerima penjelasan dengan baik. Nada suara frontliner agak keras apabila pasien
sulit mendengar dengan jelas terutama pasien dari kalangan orang tua yang sudah
uzur.
4)
Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam
komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi
durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap
patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
Frontliner melakukan kegiatan berkomunikasi lebih lama dari sebelumnya
dikarenakan prosedur BPJS yang lebih rumit dibandingkan sebelumnya. Terkadang
pasien melihat jam tangannya menandakan waktu terlalu lama. Seperti wawancara
dengan Kabagminmed, Mayor Anis selaku pimpinan Frontliner :
“ Saat ini pelayanan terhadap satu orang pasien BPJS lebih lama
dibandingkan sebelum adanya program tersebut. Kalau dulu satu orang cukup 5
79
menit, sekarang memakan waktu sampai dengan 15 menit per pasien karena anggota
kami harus detail dalam memeriksa kelengkapan administrasi pasien “
5)
Prokemik
Prokemik menandakan adanya kedekatan/kejauhan hubungan antara orang
yang berkomunikasi. Jarak komunikasi antara Frontliner dengan Pasien bersifat
personal, tidak sedekat jarak intim. Dibatasi oleh meja pendaftaran.
6)
Pakaian
Pakaian merupakan komunikasi nonverbal yang paling umum. orang yang
berpakaian tertutup misalnya mengkomunikasikan bahwa ia orang baik-baik, bisa
juga ia adalah orang yang menutup diri. Warna pakaian juga menggambarkan
komunikasi, warna merah cenderung berani, warna pink seolah-olah imut, manis.
Dari penelitian, Frontliner berpenampilan rapi, bersih, bermake up sederhana
khususnya wanita dan menggunakan seragam putih krem tidak menyilaukan mata.
Seperti hasil wawancara dengan Serda Naeni, anggota Frontliner berikiut ini :
“ Ya. Kami jelas memperhatikan penampilan. Pasien akan menilai seseorang
mempunyai kemampuan atau tidak dari kesan pertama yang diciptakan yaitu
penampilan. Setidaknya kita sudah memberikan kesan positif kepada pasien dalam
hal berpenampilan “.
Penulis juga mewawancarai Tn. Ferry , 40 Th selaku pasien perihal pendapat
mengenai penampilan atau pakaian dari Frontliner :
80
“ Sudah baik dan sudah menggambarkan seorang Frontliner yang bisa
bekerja melayani pasien dengan optimal “.
4.2.4. Gaya Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian, gaya komunikasi yang diterapkan oleh
Frontliner Rumkital Marinir Cilandak lebih condong ke gaya The Equalitarian Style.
Gaya komunikasi ini adalah yang paling ideal diantara gaya komunikasi yang lain
karena dalam gaya komunikasi ini dilakukan secara terbuka, setiap pasien yang ingin
mendaftar dapat menanyakan hal – hal yang kurang dimengerti, mengungkapkan
pendapat, dalam suasana rileks sehingga dalam suasana tersebut frontliner dan pasien
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama sehingga diharapkan pasien merasa
puas dengan pelayanan yang diberikan Rumkital Marinir Cilandak. Frontliner di
bagian pendaftaran maupun informasi sudah banyak mengacu pada gaya komunikasi
the equalitarian style hal ini dilihat dari hasil observasi selama penelitian penulis
yang melihat secara langsung suasana, hubungan frontliner dengan pasien, rekan
sejawat dan atasannya. Dan dari hasil wawancara dengan salah satu Frontliner, Tn.
Karmawan, yang mengatakan bahwa beliau sudah menjalin hubungan yang baik
dengan para pasien yang dapat dilihat sebagai berikut :
“ Saya menjalin hubungan baik dengan pasien bahkan cukup akrab dengan
pasien yang rutin berobat. Saya menerima dan bersifat terbuka apabila ada pasien
yang mengutaran saran, masukan dan kritik. Karena saya tidak ingin ada yang
ditutup-tutupi, lebih disampaikan dengan baik demi kelancaran pelayanan di
81
Rumkital Marinir Cilandak. Sikap saling menghargai dengan pasien penting untuk
kepuasan pasien”.
Kabagminmed RSMC, Mayor Anis selaku Atasan Frontliner juga
menunjukkan gaya komunikasi yang mengacu pada The Equalitarian Style dalam
kebebasan mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan kepada para pasien maupun
bawahannya yaitu para Frontliner, seperti hasil wawancara berikut ini :
“Tentu saja saya memperbolehkan para pasien untuk mengemukakan
pendapat, termasuk bawahan saya. Karena agar dapat menemukan solusi yang
terbaik sehingga saya dapat menampung semua gagasan atau pendapat dari pasien
atau pendapat dari para bawahan saya itu sendiri”.
Di dalam pengambilan keputusan, setiap Frontliner menunjukkan gaya The
Equalitarian Style artinya bahwa apabila ada kendala atau permasalahan didalam
pelayanan di bagian pendaftaran maka frontliner memiliki kemampuan dalam
menangani setiap kejadian seperti : pasien marah – marah, trouble di sistem antrian,
dokter di poli belum datang, status berkas rekam medis hilang dan sebagainya.
Frontliner mengambil keputusan cepat dan tepat yang dapat diterima pasien. Seperti
hasil wawancara dengan Serda Naeni, salah satu Frontliner berikut ini :
“Kami selaku Frontliner memahami karakter Pasien dan memiliki trik – trik
sendiri dalam menghadapi permasalahan pasien di pendaftaran seperti pasien
anggota marah – marah, status pasien hilang dan lain- lain tanpa menyakiti
perasaan pasien.. Tentunya kami selalu melaporkan ke atasan sesuai hirarki yang
berlaku di RSMC tentang segala kejadian pada hari itu. Prinsip kami bagaimana
82
pasien puas dengan pelayanan kesehatan di RSMC”.
Frontliner yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini
artinya komunikasi berlangsung dua arah, mengharapkan respons dari komunikan,
menerima saran, masukan dan kritik serta memiliki sikap kepedulian yang tinggi.
Sehingga akan menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi diantara frontliner
dengan pasien maupun antar frontliner itu sendiri di bagian pendaftaran Rumkital
Marinir Cilandak.
Penulis melakukan wawancara dengan Tn. Ferry, 40 Th salah seorang pasien
perihal kegiatan berkomunikasi dan kepuasan terhadap pelayanan para Frontliner
Rumkital Marinir Cilandak :
“ Mereka menerima saran dan masukan dari pasien, baik lisan maupun
tulisan. Rumah Sakit ini pun menyediakan kotak saran di customer service “. Saya
cukup puas dengan pelayanan rumah sakit, Cuma ada beberapa yang perlu
ditingkatkan lagi salah satunya dalam hal kecepatan memberi pelayanan, terkadang
sering saya amati pasien dibiarkan menunggu terlalu lama untuk mendapatkan
pemeriksaan dokter terlepas dari pelayanan Frontliner “.
Gaya Komunikasi yang diterapkan oleh Frontliner yang cenderung ke arah
The Equalitarian Style ini cukup memberikan kepuasan terhadap para pasien yang
membutuhkan pelayanan optimal di Rumkital Marinir Cilandak apalagi program
yang belum lama berjalan yaitu BPJS Kesehatan memerlukan waktu pelayanan yang
lebih lama dibandingkan sebelumnya, sehingga sangat memungkinkan banyaknya
saran masukan dan kritik dari pasien.
83
4.3.
Pembahasan
Visi dan Misi Rumkital Marinir Cilandak salah satunya adalah meningkatkan
pelayanan kesehatan yang profesional bagi seluruh prajurit TNI AL, PNS dan
keluarga serta masyarakat umum. Frontliner sebagai garda terdepan rumah sakit yang
terdiri dari unit pendaftaran dan informasi berupaya meningkatkan kepuasan pasien
akan pelayanan kesehatan melalui gaya komunikasi yang diterapkan. Proses
komunikasi yang terjadi di bagian frontliner berlangsung secara komunikasi dua arah.
Komunikasi dua arah terjadi secara vertikal, horizontal dan diagonal baik itu
komunikasi dengan atasan, rekan sesama frontliner maupun kepada rekan sejawat di
rumah sakit seperti dokter, perawat, laborat, radiografer bahkan kepada cleaning
service.
Komunikasi Verbal dan Non Verbal terjadi di dalam kegiatan pendaftaran
pasien baik pada saat pasien datang, melaksanakan kegiatan transaksi, maupun selesai
pendaftaran. Komunikasi verbal mengacu kepada aturan yang ditetapkan TNI AL
seperti salam penghormatan untuk pasien militer yang lebih tinggi pangkatnya dan
tata cara menerima telepon. Penggunaan bahasa secara formal diterapkan kepada
seluruh pasien dalam proses kegiatan pendaftaran dengan suara yang cukup jelas
didengar.
Komunikasi non verbal yang terjadi dilihat dari senyuman dan ekspresi wajah
ketika menerima kunjungan pasien. Kontak mata menatap langsung kepada pasien
kemudian memperhatikan gesture pasien apakah pasien merasa puas dengan
penjelasan frontliner. Dari hasil penelitian dapat terlihat isyarat wajah dari pasien
84
yang merasa bosan dan kelelahan akibat antrian yang cukup lama , hal ini desebabkan
prosedur BPJS yang tergolong rumit dibanding sebelumnya.
Dari hasil penelitian, komunikasi berlangsung secara dua arah, artinya
frontliner mengharapkan feedback dari pasien dalam penerimaan penjelasan
mengenai informasi yang disampaikan. Kegiatan berkomunikasi dilakukan secara
terbuka dan dalam suasana yang padat pasien namun tetap rileks.
Gaya Komunikasi merupakan perilaku komunikasi yang diterapkan Frontliner
dalam suatu organisasi Rumkital Marinir Cilandak yang bertujuan untuk
mendapatkan timbal balik dari pasien terhadap pesan organisasional yang
disampaikan. Hal ini berkaitan dengan pelayanan prima (service excellent) melalui
kegiatan komunikasi antar pribadi dimana sebagai Frontliner harus mempunyai
kemampuan mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan kepada
pasien untuk mencapai tujuan tertentu demi berlangsungnya kegiatan pelayanan
kesehatan yang kondusif di Rumkital Marinir Cilandak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya komunikasi yang diterapkan oleh
Frontliner Rumkital Marinir Cilandak cenderung kearah The Equalitarian Style
dengan memperhatikan komunikasi dua arah sehingga terjadi timbal balik dan
keterbukaan dalam menerima saran, pendapat dan masukan dari pasien. Gaya
komunikasi ini adalah yang paling ideal diantara gaya komunikasi yang lain seperti
The Structuring Style, The Dynamic Style dan The Withdrawal Style.
Peneliti menyimpulkan bahwa gaya komunikasi yang dilakukan oleh
frontliner mampu menimbulkan kepuasan bagi pasien, hal ini dapat dilihat dari
85
wawancara dengan pasien yang dibahas didalam bab IV yang menyatakan
kepuasannya walaupun ada beberapa kendala yang dihadapi dalam proses
pendaftaran pasien. Frontliner menerima saran, masukan dan kritik serta memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan pasien.
Komunikasi verbal dan non verbal yang ditunjukkan para Frontliner terhadap
pasien, cukup membuat pasien puas dengan pelayanan yang diberikan artinya ada
respons yang baik dari komunikator maupun komunikan. Komunikasi dua arah
dengan suasana yang rileks membuat pasien merasa nyaman untuk sekedar bertanya
kembali apabila ada yang kurang jelas atau memberikan kritik dan saran.
Seperti yang disampaikan pasien Tn. Ferry dari hasil wawancara, memang ada
beberapa kendala seperti lamanya antrian, dokter yang dituju terlambat datang, berkas
rekam medis hilang dan lainnya tetapi hal – hal tersebut dapat tertutupi oleh
maksimalnya pelayanan Frontliner dalam meningkatkan kepuasan pasien melalui
gaya komunikasi yang diterapkan yaitu mengutamakan komunikasi antar pribadi
berlangsung secara dua arah sehingga ada respons yang positif dari pasien.
Download