BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya Instagram adalah milik dari Perusahaan Burbn, Inc. berdiri pada tahun 2010, perusahaan teknologi startup yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam. Pada awalnya Burbn, Inc. sendiri memiliki fokus yang terlalu banyak di dalam HTML5 peranti bergerak, namun kedua CEO, Kevin Systrom dan Mike Krieger memutuskan untuk lebih fokus pada satu hal saja. Sulit bagi Kevin Systrom dan Mike Krieger untuk mengurangi fitur-fitur yang ada, dan memulai lagi dari awal, namun akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian foto, komentar, dan juga kemampuan untuk menyukai sebuah foto. Itulah yang akhirnya menjadi Instagram. Seiring berjalannya waktu Instagram Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa Facebook setuju mengambil alih Instagram dengan nilai sekitar $1 miliar (wikipedia.com/instagram). Pengguna instagram sendiri di Indonesia telah mencapai 300 juta pengguna di tahun 2014, yang hanya 30% dari penggunanya yang berasal dari Amerika, negara pembuat Instagram ini. Artinya, 70% pengguna Instagram berasal dari negara di luar Amerika, termasuk Indonesia. (jakpat.net : 2015). Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh survey yang dilakukan wearesocialsg diketahui bahwa pengguna media sosial paling banyak masih pada facebook dengan jumlah 1.490 1 2 juta pengguna. Sedangkan Instagram sendiri penggunanya masih sama dengan pengguna Skype dengan jumlah 300 juta pengguna di tahun 2014. Berikut adalah jumlah pengguna media sosial di dunia per Agustus 2015 : Tabel 1. Jumlah pengguna media sosial di dunia per Agustus 2015 Sumber : http://wearesocial.net/ Seperti namanya, Instagram mempunyai karakter "instan", dan juga "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat (wikipedia.com/instagram). Sedangkan karakteristik Instagram menurut penelitian yang dilakukan oleh Eman Wally dan Dr. Swapna Koshy dalam jurnal yang berjudul, “The use of Instagram as a marketing tool by Emirati female entrepreneurs: an exploratory study” dapat diketahui karakter Instagram 3 yang paling penting adalah gratis. Selanjutnya fitur Instagram kedua adalah tidak ada peraturan pemerintah atau pajak pada iklan yang membuatnya media yang paling nyaman untuk digunakan di mempromosikan produk mereka. The most important characteristic of Instagram that made it convenient to use for marketing by small businesses is the fact that it is free of charge. The second Instagram feature that made it suitable for small businesses is that there are no governmental regulations or taxes on the advertisements which make it the most convenient medium to use in promoting their products. (Wally dan Koshy, 2014:12). Berbeda dari yang dituturkan oleh Eman Wally dan Dr. Swapna Koshy di atas, Linnea Berg dan Lisa Sterner dalam jurnal yang berjudul, “Marketing on Instagram (A qualitative study on how companies make use of Instagram as a marketing tool)” mengatakan bahwa salah satu karakter utama instagram adalah real time, jelas terlihat di instagram feed atau tampilan yang terus diperbarui sebagai content yang muncul adalah yang terbaru. Karakteristik yang kedua adalah keberadaan hashtags atau tagar yang memungkinkan informasi statistik kecil dari instagram yang berguna untuk menjangkau kelompok pelanggan tertentu. Karakteristik unik ketiga pada Instagram adalah memfokuskan pada jenis konten dibagi yaitu; gambar dan video (Berg dan Sterner, 2015: 1-66). Dengan mengutamakan layanan posting melalui foto dan video, instagram tidak hanya dijadikan media untuk sekadar having fun tetapi juga kini dimanfaatkan oleh banyak pembisnis sebagai lahan mencari keuntungan. Hingga tahun 2015 ini, sudah tidak terhitung lagi jumlah online shop yang menggunakan instagram sebagai medianya. Seperti halnya media sosial lainnya, ternyata 4 instagram juga memiliki faktor – faktor yang sekaligus menjadi kelebihan Instagram. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Betari Kiranasari dapat diketahui dari hasil penelitian tersebut keuntungan menggunakan Instagram dalam aspek kognitif, bisa mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan seperti tren apa yang sedang berlangsung, berita apa yang sedang hangat diperbincangkan, dan sebagainya. Selain itu aspek Integrasi sosial, online seller dapat berinteraksi baik dengan sesama seller maupun dengan buyer. Bisa mendapatkan banyak relasi dan rekan baik secara online maupun offline dengan berjualan menggunakan Instagram. Kemudian Instagram digunakan tidak selalu untuk berjualan semata, melainkan untuk kebutuhan hiburan seperti melihat foto-foto bagus, berbelanja online, dan lain sebagainya. Selain hal yang telah disebutkan di atas, terdapat juga aspek kemudahan akses, biaya relatif, dan lifestyle envy atau dalam menggunakan Instagram tidak hanya sekedar sebagai media sharing, namun sekaligus sebagai media pengukur tingkat kelas sosial dari lifestyle yang ditampilkan di gallery penggunanya (Kiranasari, 2014: 78-79). Penggunaan Instagram sebagai media dalam menampilkan karya dalam gallery penggunanya sendiri telah dilakukan oleh Komunitas Surakarya. Komunitas belajar menulis, lettering dan kaligrafi di Surakarta yang dalam media sosial Instagram bernama Surakarya / @surakarya. Komunitas ini awalnya terbentuk dari beberapa pengurus Surakarya yang tergabung dari komunitas Kaligrafina, Belmenid atau Belajar Menulis Indonesia. 5 Diawali oleh Kaligrafina yang didirikan oleh Prafitriani dan Erwin Indrawan pada Agustus 2014, muncul lah Belmenid, yaitu komunitas ini yang diawali dari obrolan santai empat pendirinya tersebut, akhirnya berkembang di banyak kota di Indonesia. Salah satu pendirinya Hendry Juanda mengatakan, Belmen digagas bersama tiga kawannya yang belum pernah bertemu sama sekali. Mereka adalah Hendry, Nanda, Nduk, dan Kiko. Pada tanggal 19 September 2014, mereka berinisiatif membuat grup Whatsapp yang semuanya punya hobi dan minat yang sama di dunia lettering, kaligrafi, dan tipografi. (Astuti, Tia, detikHOT, 08 Juli, 2015). Arti dari Belajar Menulis tersebut bukanlah menulis cerita, novel atau puisi, namun menulis dengan desain yang berbeda. Menurut Hendry Juanda, menulis itu ada tiga yaitu kaligrafi biasanya menulis menggunakan brush pen lalu ada lettering yaitu menggambar huruf, lettering dan terakhir adalah tipografi di mana pengertian tipografi sendiri yaitu merangkai huruf yang sudah ada. Tujuan membentuk komunitas Belajar Menulis ini menurut Hendry Juanda kedepannya desain itu lebih dihargai karena untuk menghasilkan karya dan untuk membuat karya itu tidak gampang, butuh waktu, pemikiran, konsep dan juga filosofi, warna. Hingga saat ini terbentuklah Belajar Menulis di beberapa kota di Indonesia di antaranya Jakarta, Bandung, Solo, Makassar, Papua, dan Surakarta. (Puspita, Putri. CikalNews, 16 Desember, 2014). Sebagai orang awam, penulis mengetahui kaligrafi sebagai seni menulis dalam Islam dan merupakan khasanah kebudayaan Islam. Sedangkan menurut Yaqut Al-Musta’shimi seorang kaligrafer ternama dimasa Sultan Turki Usmani 6 dan diuraikan oleh Naji Zaynuddin dalam kitabnya Mushawar Al-Khath Al-Araby mendefinisikan kaligrafi sebagai seni arsitektur rohani yang lahir melalui perabot kebendaan. Selain itu, M. Ugur Derman juga mengatakan, “calligraphy is a spiritual geomety brougth about with materials tools” yang dapat diartikan dengan kaligrafi adalah suatu ilmu ukur spiritual yang menghasilkan perabot kebendaan (Sirojuddin, 1997: 4 - 5). Karya lettering atau hand lettering sendiri secara sederhana didefinisikan sebagai seni menggambar huruf. Menurut Nugroho salah satu anggota Belmen Semarang, Hand lettering berbeda dengan kaligrafi, atau gravity. Apabila kaligrafi pembuatannya harus menggunakan alat, gravity digambar agar tidak terbaca. Sedangkan Hand lettering merupakan seni menggambar tulisan agar tulisan itu menarik, indah, dan mudah dibaca. Setiap orang yang membuatnya memiliki karakternya masing-masing. Seni hand-lettering sendiri dapat dikembangkan menjadi seni typography. Typhography adalah seni menata handlettering. (Noersativa, Farah Nabila, Suaramerdeka.com, 15 Oktober, 2015). Penulis memillih komunitas Belajar Menulis ataupun pecinta kaligrafi dan tipografi ini di Kota Solo ini mempunyai alasan karena melihat animo dan juga mulai digemari oleh masyarakat. Banyak pula dari anggota komunitas ini mendapatkan tawaran pekerjaan ataupun order untuk jasa seni menulis lettering ini. Tak heran dari beberapa seniman handlettering atau tipografi di Kota Solo pun mendapatkan dampak / efek dari penggunaan media sosial instagram ini. 7 Penggunaan media sosial Instagram sendiri pada akun Komunitas Surakarya digunakan sebagai media dalam menampilkan karyanya atau sebagai mini galeri karya – karya visual yang telah dibuat anggota Komunitas ini dan juga sebagai media untuk mengkomunikasikan kegiatan – kegiatan yang akan ataupun telah dilakukan oleh Komunitas Surakarya dengan tujuan adalah untuk memperkenalkan komunitas ini ke masyarakat luas. Jika dikatakan pengguna akun melakukan pemasaran, jelas itu bukan keseluruhan kegiatan pemasaran yang kegiatannya adalah melabeli harga, menjual produk / jasa, menawarkan produk / jasa, dan juga melakukan promosi. Seiring bertambahnya waktu dan juga mendapati bertambahnya follower hingga ratusan yang antusias dengan karya dari anggota Komunitas Surakarya, penulis mendapatkan data awal bahwa karya yang ditampilkan adalah murni kreasi ataupun hasil latihan pribadi ataupun kolaborasi dari anggota Komunitas Surakarya, dan beberapa permintaan dari rekan nya, bahkan berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, salah satu bahkan beberapa anggota Komunitas ini mendapatkan order dari follower nya di akun instagram pribadi milik mereka. Seperti yang telah dijelaskan di atas Komunitas Surakarya sendiri menggunakan Instagram untuk mewadahi karya dari anggota Surakarya, mempublikasikan kegiatan – kegiatan dari komunitas belajar menulis dan juga mengenalkan Komunitas Belmen (Belajar Menulis) pada masyarakat luas. Namun apakah hal tersebut sudah efektif ? 8 Penelitian ini akan memfokuskan pada efektivitas Instagram sebagai media komunikasi untuk mempromosikan hasil karya seni yang dikhususkan pada karya seni kaligrafi dan lettering pada follower komunitas @surakarya. Efektivitas sendiri menurut Hardjana adalah menyangkut bagaimana penerima melakukan tindakan sesuatu dengan makna yang diinginkan si pengirim (Hardjana, 2000:37). Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas adalah merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. (Mahmudi, 2005:92). Sedangkan menurut Menurut Effendy efektivitas didefinisikan sebagai komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Berdasarkan definisi efektivitas di atas menarik minat penulis untuk mengetahui lebih seberapa jauh komunitas Surakarya telah menggunakan instagram secara efektif yang kemudian dituangkan ke dalam judul penelitian komunikasi : “Hubungan antara Unsur Iklan dan Intensitas Akses terhadap Efektivitas Instagram Sebagai Media Promosi Karya Seni Kaligrafi dan Lettering (Studi Korelasi antara Unsur Iklan dan Intensitas Akses terhadap Efektivitas Instagram sebagai Media Promosi Karya Seni Kaligrafi & Lettering pada follower Instagram @surakarya) 9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat menuliskan rumusan masalah dari penelitian, yaitu: 1. Apakah terdapat hubungan antara unsur iklan terhadap efektivitas Instagram yang digunakan sebagai media promosi karya seni Kaligrafi dan Lettering ? 2. Apakah terdapat hubungan antara intensitas akses terhadap efektivitas Instagram yang digunakan sebagai media promosi karya seni Kaligrafi & Lettering ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan antara unsur iklan terhadap efektivitas Instagram yang digunakan sebagai media promosi karya seni Kaligrafi dan Lettering. 2. Untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan antara intensitas akses terhadap efektivitas Instagram yang digunakan sebagai media promosi karya seni Kaligrafi & Lettering. 10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai cara pengukuran efektivitas Instagram sebagai media promosi karya seni kaligrafi dan lettering. 2. Manfaat Praktis Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, peneliti berharap, informasi dan data yang didapat melalui penelitian ini, dapat menjadi referensi dan juga evaluasi bagi anggota komunitas Surakarya dalam mempromosikan karya seni kaligrafi dan lettering. 11 E. Landasan Teori 1. Komunikasi Menurut Lasswell dalam Onong Uchjana Effendi (2003:12), komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu, yang dijelaskan dengan menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah : a. Komunikator (source) adalah pihak yang menyampaikan pesan. b. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. c. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. d. Komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. e. Umpan balik (effect) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Menurut Laswell di atas dapat dijelaskan bahwa komunikasi adalah proses dimana penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan juga efek tertentu. Atau, pesan (message) yang 12 disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdapat isi (content) dan lambang (symbol). Proses terjadinya komunikasi terdiri dari dua tahap. Yang pertama adalah proses komunikasi secara primer dimana proses penyampian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain melalui lambang (symbol). Dan yang kedua yaitu proses komunikasi secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Karena proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju (Onong Uchyana E, 2003 ; 12-17). 2. Promosi Promosi atau juga dikenal dengan komunikasi pemasaran (marketing communnication) adalah berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk atau brand yang dijual (Kotler dan Keller, 2009:510). Menurut Zimmener, promosi adalah bentuk komunikasi persuasi yang dibuat untuk memberikan informasi kepada pelanggan tentang produk 13 ataupun jasa agar mereka terpengaruh agar mau membeli barang atau jasa tersebut yang mencangkup publisitas, penjualan, perorangan dan periklanan (Rangkuti, 2009: 49 - 50). Menurut J. Stanton, promosi merupakan bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. ”Komunikasi yang dilakukan sponsor bersifat massal karena menggunakan media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, surat pos, papan nama, dan sebagainya” (Swastha, 1999 : 87). a. Personal Selling (Penjualan Pribadi) Dalam personal selling terjadi interaksi langsung, saling bertemu muka antara pembeli dengan penjual. Komunikasi yang dilakukan kedua belah pihak bersifat individual dan dua arah sehingga penjual dapat langsung memperoleh tanggapan sebagai umpan balik tentang keinginan dan kesukaan pembeli. b. Publisitas Publisitas merupakan bagian dari fungsi yang lebih luas, disebut hubungan masyarakat, dan meliputi usaha -usaha untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang menggantungkan antara organisasi dengan masyarakat, termasuk pemilik perusahaan, karyawan, lembaga pemerintah, penyalur, serikat buruh, disamping juga calon pembeli. 14 c. Promosi Penjualan. Promosi penjualan merupakan kegiatan promosi selain periklanan, personal selling, maupun publisitas. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi penjualan antara lain : peragaan, pertunjukkan dan pameran, demonstrasi, kupon harga, produk sampel dan sebagainya mampu mengundang calon pembeli untuk datang. 3. Definisi Iklan Definisi modern advertising juga mencakup faktor penting lainnya, seperti media, audiensi, dan tujuan. Berikut ini definisi versi Sandra Moriarty, dkk dalam buku Advertising (Moriarty, 2011: 9): a. Advertising biasanya dibayar oleh pengiklan, meski beberapa bentuk iklan seperti pengunguman layanan publik dibayar melalui sumbangan atau bahkan gratis. b. Pesannya dibayar, dan sponsornya diidentifikasi. c. Advertising umumnya menjangkau audiensi yang luas, yakni konsumen potensial, entah itu dari kalangan umum atau kekompok tertentu. d. Advertising memberi informasi kepada konsumen dan memberi tahu mereka tentang produk atau perusahaan. Dalam banyak kasus, advertising juga dimaksudkan untuk membujuk dan memengaruhi calon konsumen ataupun konsumen agar melakukan sesuatu. e. Pesannya disampaikan melalui berbagai macam media massa. 15 4. Unsur & Strategi Kreatif Iklan Iklan cetak umumnya mempunyai unsur – unsur utama yang menggunakan istilah – istilah berikut (Madjadikara, 2004: 25-76): a. Headline Judul yang tentu harus ada kaitannya dengan bodycopy-nya b. Visual, Ilustrasi, gambar atau foto orang (model) ataupun foto dari iklan itu sendiri. c. Model Penggunaan model, khususnya selebriti atau public figure untuk menarik perhatian konsumen. d. Bodycopy Teks yang memberikan informasi lebih rinci tentang produk atau jasa yang dijual. e. Caption Caption adalah tulisan pendek yang merupakan catatan atau jelasan singkat tentang gambar atau foto tambahan (di samping visual utama). f. Product shot Foto pforduk yang sekaligus bisa menampilkan nama merk. Product shot ini bisa saja merupakan main visual atau ilustrasi utama dari iklan. g. Baseline Terletak paling bawah di layout iklan. Di bagian ini bisa dimasukkan tagline, slogan, catch phrase atau alamat perusahaan pengiklan. 16 Iklan Audio Visual terdapat dua unsur, yakni audio dan visual. Audio meliputi susunan dari kata-kata yang diucapkan, musik, dan suara-suara lain. Visual adalah bagian yang bisa dilihat (Kasali 1992: 88). Memiliki dua unsur, yaitu audio-visual maka iklan televisi juga memiliki taktik kreatif yang lebih kompleks daripada media lain. Taktik kreatif dalam iklan televisi menurut Burnet (dalam Septiari, 2010: 24-31): a. Audio Elemen audio memepunyai batasan pada suara (voice), music, jingle serta sound effect. Keempat elemen ini menjadi satu kesatuan yang berupaya menciptakan mood yang baik. b. Visual Elemen visual iklan harus menarik perhatian dan menyampaikan gagasan ide kreatif untuk menghasilkan iklan yang efektif. Elemen visual meliputi sesuatu yang dapat dilihat dalam iklan televisi. Elemen visual meliputi: Warna, Alur cerita, Salah satu yang terpenting dalam keputusan strategi kreatif yaitu melibatkan pemilihan daya tarik iklan. Daya tarik iklan adalah strategi yang membicarakan mengenai kebutuhan manusia. Tujuan dari strategi kreatif sendiri adalah untuk mengidentifikasi salah satu daya tarik yang paling kuat dan akan memicu tindakan pembelian. Berikut beberapa daya tarik yang bisa dijadikan alternative. Ada beberapa tipe pesan untuk menimbulkan daya tarik pesan iklan (Uswatun Chasanah, 2015: 68-71) : 17 a. Daya Tarik Pesan Rasional 1) Faktual Berhubungan dengan pengambilan keputusan high involvent yaitu penerima pesan dimotivasi untuk dapat memproses informasi yang menampilkan sisi manfaat produk dan keunggulan produk sekaligus menampilkan argumentasi yang masuk akal. 2) Potongan Kehidupan (slice of life) Pesan iklan menampilkan potongan kehidupan yang banyak ditampilkan di televisi. Misal iklan ibu – ibu dalam mencuci pakaian menampilkan aktivitas ibu – ibu dalam mencuci. 3) Demonstrasi Pesan iklan yang ditampilkan menggambarkan kemampuan produk secara instrumental yang mampu menyelesaikan masalah seperti iklan obat sakit kepala, pembersih lantai, dll. 4) Iklan perbandingan Iklan yang berusaha membandingkan keunggulan produk yang ditawarkan dengan produk lain jenis. b. Daya Tarik Perasaan dan Emosi 1) Rasa takut. Biasanya menimbulkan aspek – aspek negatif berhubungan dengan periklaku atau penggunaan produk tidak tepat. 2) Humor. 18 Memberikan daya tarik emosional karena daya tarik dapat menarik perhatian konsumen. Karena humor dapat membuat penerima pesan memperoleh mood positif, maka probabilitas penerima pesan secara baik dan akan lebih besar. 3) Animasi Penggunaan animasi untuk iklan sarapan pagi, coklat,susu, permen, dan makanan lain, yang berfungsi untuk menghindarkan rasa bosan konsumen dengan animasi yang menarik perhatian penonton. 4) Seks Penggunaan tema seks memang sangat ampuh untuk menarik perhatian penonton, bahkan untuk produk yang tidak berhubungan dengan seks, tapi daya tarik ini sering kali di protes oelh masyarakat karena dirasa kontroversial. 5) Musik Penggunaan musik ini akan menimbulkan kharisma, wibawa dan kesan tersendiri bagi produk iklannya. 6) Fantasi Penggunaan fantasi diyakini bisa menimbulkan perhatian dari penonton, apalagi untuk anak – anak dimana masa perkembangan anak yang masih sering berfantasi. 5. Media Promosi Media adalah saluran – saluran komunikasi dalam menyampaikan pesan pengiklan kepada khalayaknya. Organisasi – organisasi media menjual 19 ruang (dalam media cetak) dan waktu (dalam media siaran). Media Periklanan yang paling sering digunakan oleh pengiklan adalah televisi, koran, majalah, radio, reklame luar ruang dan tempat transit, serta tanggapan langsung, meskipun Internet mulai menjadi pesain (Lee & Johnson, 2007 : 230). Untuk menentukan media yang tepat dalam melakukan promosi. Perusahaan biasanya memiliki tujuan – tujuan yang bisa juga disebut dengan tujuan pemasaran. Berikut adalah lima tujuan yang dianggap penting dalam menentukan perencanaan media (Lee & Johnson, 2007: 227) : a. Jangkauan Proporsi khalayak sasaran mana yang harus melihat, membaca, atau mendengar pesan iklan selama satu periode tertentu (misalnya sebulan). Jangkauan adalah ukuran seberapa banyak (atau persentase) anggota – anggota berbeda d ari khalayak sasaran yang bersinggungan dengan pesan sang pengiklan setidaknya sekali dalam periode tertentu. b. Frekuensi Seberapa sering khalayak sasaran bersinggungan dengan iklan selama periode ini (misalnya, setidaknya dua kali seminggu). Frekuensi mengukur rata – rata berapa kali orang – orang dalam khalayak sasaran menerima – lewat melihat, membaca, atau mendengar pesan pengiklan selama satu periode tertentu. 20 c. Bobot Seberapa banyak pengiklan total yang diperlukan selama satu periode tertentu untuk mencapai jangkauan dan frekuensi yang dikehendaki. Bobot pesan adalah ukuran khalayak sasaran kombinasi yang dijangkau oleh pesan pengkiklan dalam satu rencana media tunggal. d. Keberlanjutan Hal ini melibatkan bagaimana periklanan dialokasikan dengan berjalannya waktu. Para pengiklan mempunyai tiga alternative umum berkaitan dengan alokasi anggaran sepanjang kampanye: jadwal berkelanjutan, periodic, dan tak tentu. e. Biaya Berapa biaya termurah yang digunakan dalam mencapai tujuan – tujuan lain, para perencana media harus memecahkan isu – isu biaya ketika mereka berupaya mengalokasikan anggaran periklanan yang biayanya efektif, sambil tetap memenuhi tujuan – tujuan lain. 6. Media Sosial Definisi media sosial menurut Boyd adalah sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul berbagi, berkomunikasi, dam dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Sedangkan Van Dijk media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas atau berkolaborasi. Atau bisa dikatakan media sosial adalah medium (fasilitator) online yang menguatkan 21 hubungan, berinteraksi, bekerja sama antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial secara virtual (Nasrulah, 2015: 11). Media sosial sendiri adalah salah satu media baru dalam berkomunikasi yang banyak digunakan di era modern ini. Pada dasarnya new media atau media baru digunakan untuk memudahkan para penggunanya. Penciptaan media baru selalu berkembang pada setiap jaman atau trend nya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan juga keinginan dari penciptanya untuk lebih mempermudah dalam segala hal. Seperti yang telah kita ketahui media baru (internet) pada era sekarang ini memegang keseluruhan dalam rangkaian komunikasi yang terintegrasi. Rice mengindentifikasi media baru (internet) yang sama-sama memiliki kesamaan saluran tertentu, dan kurang lebih dibedakan berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan konteks seperti berikut (McQuail, 2011 : 156): a. Media komunikasi antarpribadi. Meliputi aplikasi chatting, webcam dan surat elektronik. Secara umum peran pembentukan dan penguatan hubungan lebih penting dibandingkan dengan isi pesan itu sendiri. Dari bentuk ini, pengguna dapat menguatkan hubungan antarpribadi mereka dengan lawan bicara. b. Media permainan interaktif. Media ini terutama berbasis komputer dan video game, ditambah dengan peralatan realitas virtual. Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas dan mungkin dominasi dari kepuasan proses atas penggunaan. 22 c. Media pencarian informasi. Ini adalah kategori yang luas. Internet diposisikan sebagai perpustakaan besar dengan sumber data dan aksesibilitas yang belum pernah ada sebelumnya. Banyaknya jumlah halaman situs internet merupakan sumber data yang benar-benar melimpah. Laksana buku dalam sebuah perpustakaan yang menyimpan ribuan informasi, maka situs internet pun dapat berperan sebagai buku. Keberadaan mesin pencari telah menjadi sangat penting sebagai alat penelusur informasi bagi para pengguna. d. Media partisipasi kolektif. Penggunaan internet sebagai ajang berbagi dan bertukar informasi, gagasan dan pengalaman, serta untuk mengembangkan hubungan pribadi yang aktif. Situs jejaring sosial termasuk di dalam kelompok ini. e. Substitusi media penyiaran. Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten yang di masa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan denganmetode lain yang serupa. Menonton film dan acara televisi atau mendengarkan radio dan musik adalah kegiatan utama. 7. Keterdedahan atau Intensitas Terpaan media atau keterdedahan (exposure) adalah intensitas keadaan khalayak di mana terkena pesan-pesan yang disebarkan oleh suatu media (Effendi 1990:10). Sedangkan menurut Hazim Intensitas adalah keadaan atau 23 kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha tertentu (Nurkholif Hazim, 2005: 191). Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya (KBBI, 2003: 287). Intensitas terdiri dari kata intensif yang menurut KBBI adlaah secara sungguh-sungguh dan terus menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal (KBBI, 2003: 287). Berdasarkan pemaparan diatas bisa jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Keterdedahan menurut Shore dalam adalah kegiatan mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum memberikan sejumlah perhatian kepada suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan media sebagai perantara (Kurniawan, 2015: 30). Menurut Rosengren dan Erick menyatakan bahwa aspek keterdedahan dapat diukur berdasarkan waktu yang digunakan dalam menggunakan media, jenis-jenis media yang diikuti, dan hubungan yang terdapat antara individu yang mengonsumsi informasi baik dengan isi media maupun dengan media (Kurniawan, 2015: 30). 8. Kelebihan & Kekurangan Instagram Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata "insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat 24 menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan gabungan dari kata instan dan telegram. (id.wikipedia.org). Fitur-fitur dalam media sosial Instagram ini adalah indikator yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Bambang Dwi Atmoko dalam bukunya Instagram Handbook menyatakan indikator dari media sosial Instagram yaitu Hastag, Geotag, follow, share, like, komentar dan mention (Atmoko, 2012:53). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Betari Kiranasari dapat diketahui instagram memiliki sedikit kelemahan, kelemahan tersebut dilihat dari sudut pandang online seller, yaitu instagram tidak mempunyai fitur yang secara khusus diperuntukkan para online seller ataupun online buyer. Dari hasil penelitian tersebut keuntungan menggunakan Instagram dalam aspek kognitif: a. Mudah untuk mendapatkan pengetahuan tentang trends yang sedang hangat, b. Dapat berinteraksi baik bagi seller maupun dengan buyer. c. Mendapatkan banyak relasi dan rekan baik secara online maupun offline. 25 d. Kebutuhan hiburan seperti melihat foto-foto bagus, berbelanja online, dll. e. Kemudahan akses, f. Biaya relatif terjangkau, dan g. Lifestyle envy atau tidak hanya sekedar sebagai media sharing, namun sekaligus sebagai media pengukur tingkat kelas sosial dari lifestyle yang ditampilkan di gallery penggunanya (Kiranasari, 2014: 78-79). 9. Iklan Internet Aspek yang berkembang dari pemasaran pada era media sosial adalah iklan (advertising). Menurut Tuten, kehadiran internet memberikan lingkungan virtual baru bagi praktik – praktik pemasaran. Tiga aspek yang bisa dilihat dari kehadiran media sosial terhadap pemasaran tradisional adalah sebagai berikut (Nasrullah, 2015: 160) : a. Jenis media yang digunakan Dalam penelitian ini, salah satu bentuk media dalam komunikasi pemasaran yang khususnya sebagai media promosi adalah Media Sosial. Media promosi adalah suatu sarana untuk mengkomunikasikan suatu produk, jasa, image, perusahaan atau yang lain untuk dapat lebih dikenal masyarakat lebih luas. Media promosi juga sebagai sarana untuk komunikasi seperti teks atau gambar foto (Pujiryanto, 2005:15). b. Iklan sebagai komunikasi berbayar Produksi iklan dan pemanfaatan media sosial juga cenderung membutuhkan biaya yang lebih murah. Tidak hanya itu, target terhadap 26 calon konsumen juga bisa ditentukan berdasarkan prosedur dari perangkat yang ada di media sosial. Kehadiran media sosial memberikan pilihan kepada pelaku pemasaran di era digital merubah dari iklan berbayar menjadi iklan berdasarka pengalaman pengguna yang cenderung berbiaya kecil dan kadang tanpa biaya sama sekali. (Nasrullah, 2015: 161). c. Komunikasi satu arah dalam iklan Menurut Tuten (2008) pengguna media sosial yang sebagai konsumen juga bisa mempromosikan sebuah produk yang disebutnya sebagai CGM atau consumer generated media. Secara tradisional, praktik pemasaran dalam iklan komunikasi yang digunakan adalah satu arah. Kehadiran media sosial secara khusus memberikan arah komunikasi yang lebih interaktif. Iklan dalam media sosial merujuk pada tipe CGM yang merupakan konten yang bisa dan menjadi perbincangan diantari pengguna, dimana hubungan antarpengguna adalah hubungan pertemanan atau dalam jaringan (Nasrullah, 2015 : 164). Friendvertising atau istilah untuk menunjukkan komunikasi yang terjadi diantara bentuk – bentuk kounitas sosial secara online. Konsep tersebut menunjukkan bahwa adanya pelemahan pengguna media massa sebagai sumber dari periklanan itu disebabkan karena adanya hubungan pasif yang terjadi antara pengiklan – media – konsumen. Hubungan yang ada di media sosial pengguna yang ada di dalam jaringan terdekat 27 memiliki interaksi dan komunikasi yang lebih intens (Nasrullah, 2015 : 164). Secara sederhana dapat diketahui berdasarkan penjelasan di atas bahwa target atau objek dari iklan pemasaran adalah khalayak. Semakin besar jumlah dan luas wilayah khalayak yang disasar dalam program pemasaran, semakin terbuka peluang untuk memasarkan produk serta kesempatan produk dibeli oleh khalayak. Semakin banyak produk / jasa itu diserap oleh khalayak secara otomatis pula nilai sebuah produk akan semakin tinggi layaknya nilai jual, nilai prestige, dan nilai guna. Khalayak dalam media sosial pun semakin luas dan semakin global. Khalayaknya pun tak hanya sebagai konsumen namun juga mempunyai kekuatan dalam pemasaran atau sebagai media iklan itu sendiri (Nasrullah, 2015: 168). Menurut Nasrullah, berikut adalah tabel perbandingan Marketing Tradisional dan Marketing di Media Sosial (Nasrullah, 2015: 168) : Tabel 2. Perbandingan Marketing Tradisional dan Marketing di Media Sosial Marketing Tradisional Marketing di Media Sosial Khalayak Sebagai konsumen dan target pemasaran Sebagai sekaligus konsumen berperan dalam menyebarkan ke Jumlahnya terbatas, khalayak berkaitan dengan demografi (friendvertising) pembaca media lain 28 Jumlahnya yang cenderung tak terbatas. Biaya Pemasaran Memerlukan biaya untuk Biaya bisa diminimalkan, membuat iklan atau membayar bahkan durasi. kasus biaya tidak diperlukan. Target Konsumen Terbatas Jenis Media beberapa Tidak terbatas Tergantung jenis iklan, apakah Sangat beragam dan jenis audiom visual, atau audio visual iklan bisa muncul bersamaan. Waktu Terbatas dengan dan masa disesuaikan Tidak terbatas. Sebuah tayang iklan iklan bisa diakses kapan tersebut di media massa. dan di mana saja karena suda menjadi dan tersimpan di database. Kebutuhan akan Cenderung memerlukan biaya Biaya biaya bisa ditekan dan terkadang menjadi anggaran seminimal mungkin. tetap dan dalam jumlah besar. 10. Pengukuran Efektivitas Periklanan Menurut Shimp, pengukuran periklanan merupakan aspek penting dari manajemen periklanan, dengan menevaulasi hasil yang telah diperoleh sudah 29 memungkinkan untuk menentukan apakah tujuan – tujuan yang telah ditetapkan sedang atau sudah dicapai. Ini memerlukan ukuran dasar yang harus ditetapkan sebelum iklan itu ditayangkan (Shimp, 2003: 363). Apabila periklanan ingin sukses, iklan haruslah menggerakkan konsumen dari satu tujuan ke tujuan berikutnya, seperti orang menaiki tangga selangkah demi selangkah hingga mencapai puncaknya. Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang, persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik (Shimp, 2003: 360). Sedangkan menurut pakar komunikasi, Rhenald Kasali iklan yang bagus paling tidak memenuhi kriteria rumus yang disebut AIDCA. Rumus itu merupakan singkatan dari dari elemen-elemen: Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (kebutuhan), Conviction (keinginan), Action (tindakan) (Kasali, 1995: 83-86). a. Definisi Efektivitas Efektivitas sendiri menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas adalah merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. (Mahmudi, 2005 : 92). 30 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Efektif itu sendiri mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas ialah keaktifan, daya guna dan kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (KBBI, 2003 : 219). Efektivitas atau bisa disebut juga efektif, apabila tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya tercapai. Soewarno mengatakan efektivitas adalah pengukuran tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Caster I. Bernard bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207). Sedangkan menurut Menurut Effendy (1989) efektivitas didefinisikan sebagai komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Drucker dalam Bram (2005: 4) juga berpendapat, efektivitas merupakan suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, maka efektivitas dapat didefinisikan dengan melakukan pekerjaan yang benar. b. Efektivitas dalam Komunikasi Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Pengertian tersebut hanya merupakan salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi. Secara umum, komunikasi efektif apabila rangsangan yang disampaikan dan 31 dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Mulyana, 2000 : 22 – 23). Sedangkan Hardjana, berpendapat bahwa efektivitas adalah menyangkut bagaimana penerima melakukan tindakan sesuatu dengan makna yang diinginkan si pengirim. Definisi efektivitas menurut komunikasi yaitu: 1) Penerima atau pemakai Penerima pesan merupakan objek yang diharapkan untuk menerimapesan tersebut. 2) Isi : antara yang diterima atau tersalur vs yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. 3) Ketepatan waktu: antara sesuai jadwal vs menyimpang jadwal pesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi. 4) Media: antara saluran yang digunakan vs saluran yang dimaksud. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan. 5) Format : antara struktur yang diterima vs yang dikirim. Terdapat kesesuaian format antara yang dimaksudkan oleh pengirim dengan penerima. 32 6) Sumber : orang yang melakukan vs orang yang bertanggung jawab Kejelasan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat (Hardjana, 2000 : 37). c. Pengukuran efektivitas Efektivitas iklan menurut Rangkuti adalah dapat dilihat dari hasil pengukuran iklan dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Supaya iklan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, pesan yang disampaikan oleh iklan tersebut dibuat sedemikian rupa agar dengan mudah diserap dan dimengerti oleh masyarakat, untuk itu perlu mengevaluasi efektivitas periklanan. Perencanaan dan pengendalian periklanan yang baik sangat tergantung pada ukuran efektivitas periklanan. Efektivitas periklanan dapat diukur dari (Rangkuti, 2009, p. 337): 1) Dampak atau pengaruh komunikasi dari suatu iklan, yaitu potensi pengaruhnya pada kesadaran, pengetahuan dan preferensi. 2) Dampak atau pengaruh terhadap penjualan, yang lebih sulit diukur daripada dampak komunikasi karena penjualan dipengaruhi oleh banyak faktor selain iklan seperti tampilan produk, harga, ketersediaan dan tindakan pesaing. Menurut Anggraeni efektivitas komunikasi pemasaran dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan motivasi. Karateristik individu tersebut dapat mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan (Anggraeni, 2012). 33 d. AIDA Salah satu strategi dalam melakukan promosi produk batik adalah pelaku usaha harus merancang sebuah desain pesan yang persuasif kepada konsumen. Salah satu model yang dapat mengukur sebuah pesan antara lain model AIDA dan model EPIC. Pada model AIDA, menurut Kusumastuti sebuah pesan dikatakan baik atau berhasil apabila pesan tersebut telah memenuhi tahapan yang ada dalam karakteristik model komunikasi AIDA yaitu attention (perhatian), interest (minat), desire (keinginan), dan action (tindakan). Sementara pada model EPIC, menurut Durianto dkk dalam Riyantoro dan harmoni efektivitas sebuah pesan promosi dapat diukur dengan model ini dengan mengukurnya pada empat dimensi EPIC yaitu Empathy (Empati), Persuation (Persuasi), Impact (Dampak), dan Communication (Komunikasi) ( Kusumawati, 2009 :45). Efektivitas adalah hasil akhir berhasil atau tidaknya strategi yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil yang semakin dekat dengan sasaran yang diinginkan menunjukan derajat efektivitas yang semakin tinggi. Efektivitas media promosi dalam penelitian ini adalah karya seni kaligrafi dan lettering yang berkaitan dengan penjualan dapat diukur melalui model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Setiap tahap AIDA membutuhkan strategi media yang berbeda. Adapun secara rinci aspek-aspek AIDA adalah sebagai berikut (Morisan, 2010) : 34 1) Attention Pesan atau iklan haruslah menarik perhatian khalayak sasarannya, untuk itu pesan atau iklan memerlukan bantuan lain seperti ukuran (size untuk media cetak atau durasi air time untuk media penyiaran), penggunaan warna, tata letak, jenis huruf yang ditampilkan, serta berbagai suara khusus untuk iklan radio dan televisi. Hal yang pokok dan sangat perlu untuk diperhatikan adalah bahwa perhatian calon konsumen harus didapatkan. 2) Interest Setelah perhatian akan pesan sudah berhasil direbut, persoalan yang dihadapi adalah apakah konsumen memiliki minat dan keingintahuan lebih. Untuk itu mereka harus dirangsang agar mau membaca dan mengikuti pesan-pesan yang disampaikan 3) Desire Setelah konsumen tertarik akan promosi yang dilakukan konsumen harus dibuat tertarik dan terdorong untuk menginginkan barang yang ditawarkan. Keinginan tersebut dapat dimunculkan dengan memberikan informasi mengenai keuntungan yang akan didapat dengan membeli produk yang bersangkutan. Selain itu, keinginan juga timbul karena adanya proses pertukaran, di mana apabila konsumen membeli produk tersebut maka yang mereka peroleh akan sebanding atau lebih baik dari harga yang telah mereka bayarkan. Salah satu contohnya adalah dalam melakukan sebuah promosi batik 35 Indonesia produsen dapat menjelaskan kualitas dan keaslian dari kain yang mereka tawarkan sehingga konsumen merasa tidak segan untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli produk dengan kualitas yang baik. Contoh lainnya jika menggunakan media sosial produsen dapat memasang testimoni dari konsumen yang telah membeli sebelumnya sehingga keinginan membeli konsumen lebih tinggi dengan adanya testimoni tersebut karena meningkatnya kepercayaan konsumen. 4) Action Action adalah tindakan konsumen, pada tahap ini the real experience tercipta. Proses interaksi langsung antara konsumen dengan sales channel, transaksi, delivery, konsumsi, hingga after sales service merupakan satu kesatuan pengalaman yang benar-benar harus senantiasa dijaga agar sesuai bahkan melebihi ekspektasi dari konsumen. F. Kerangka Pemikiran Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Komunitas Surakarya menggunakan Instagram untuk mewadahi karya dari anggota Surakarya, mempublikasikan kegiatan – kegiatan dari komunitas belajar menulis dan juga mengenalkan Komunitas Belmen (Belajar Menulis) pada masyarakat luas. Namun apakah Instagram @surakarya dalam mempromosikan karya seni kaligrafi & lettering telah efektif ? 36 Promosi melalui media sosial Instagram yang dilakukan oleh Komunitas Surakarya dengan menggunakan Instagram untuk mempublikasikan kegiatan – kegiatan dari Komunitas Belajar Menulis dan mengenalkan Komunitas Belmen chapter Solo atau Komunitas Surakarya atau berkomunikasi dengan follower nya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti merancang kerangka pemikiran yang dituangkan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagan 1. Kerangka Pemikiran Unsur Iklan (X1) 1. Desain Visual 2. Caption 3. Product Shot Efektivitas Instagram sebagai Media Promosi (Y) 4. Daya Tarik 1. Attention 2. Interest Intensitas Akses (X2) 1. Frekuensi Akses 3. Desire 4. Action 2. Lama waktu mengakses Sumber : Data Olahan Peneliti G. Hipotesis Hipotesis pada dasarnya adalah jawaban dari rumusan masalah. Kalau rumusan masalahnya dinyatakan dengan kalimat tanya, maka hipotesis dinyatakan dengan kalimat pernyataan. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 37 1. Terdapat hubungan signifikan antara unsur iklan terhadap efektivitas Instagram yang digunakan sebagai media promosi karya seni Kaligrafi dan Lettering 2. Terdapat hubungan signifikan antara intensitas akses terhadap efektivitas Instagram yang digunakan sebagai media promosi karya seni Kaligrafi & Lettering H. Definisi Konsep Konsep adalah istilah yang digunakan atau abstraksi dari fenomena yang dirumuskan atas generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989 : 33 – 34). Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai konsep – konsep yang digunakan, maka peneliti menjabarkan konsep yang digunakan sebagai berikut: 1. Unsur dalam iklan Berdasarkan pendapat Agus S. Madjadikara terdapat beberapa unsur dalam iklan, yaitu Headline, Visual, Model / Talent, Bodycopy, Caption, Product shot, Baseline penulis memasukan indikator Visual dan Caption, Product shot dan Daya tarik dalam penelitian ini dengan 38 mempertimbangkan kesesuaian unggahan / posting yang dilakukan oleh akun instagram @surakarya selama penelitian ini berlangsung. 2. Intensitas Akses Instagram Menurut Rosengren dan Erick menyatakan bahwa aspek keterdedahan dapat diukur berdasarkan waktu yang digunakan dalam menggunakan media, jenis-jenis media yang diikuti, dan hubungan yang terdapat antara individu yang mengonsumsi informasi baik dengan isi media maupun dengan media (Hafids, 2015: 30). Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis memasukkan Variabel Intensitas akses yang indikatornya adalah frekuensi akses dan lama waktu mengakses instagram khususnya instagram @surakarya. 3. Efektivitas Instagram sebagai Media Promosi Efektivitas atau bisa disebut juga efektif, apabila tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya tercapai. Soewarno mengatakan efektivitas adalah pengukuran tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Caster I. Bernard bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992: 207). Efektivitas adalah hasil akhir berhasil atau tidaknya strategi yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil yang semakin dekat dengan sasaran yang diinginkan menunjukan derajat efektivitas yang semakin tinggi. Irfan (2014) mengungkapkan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efetivitas media promosi dalam penelitiannya, yaitu pesan 39 persuasi, dan preferensi positif dari konsumen yang telah melakukan transaksi sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengukuran model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) sebagai tolak ukur apakah akun instagram @surakarya untuk mempromosikan karya kaligrafi & letteringnya dengan efektif. I. Definisi Operasional Menurut Prof. Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono definisi operasional adalah pengartian sebuah variable dalam istilah yang bisa diamati, bisa diuji, atau bisa dijadikan angka. Pada umumnya untuk bisa menentukan konsep – konsep yang perlu didefinisikan secara operasional, kita bisa melihat pada judul penelitian ( Djiwandono, 2015 : 15). 1. Unsur dalam Iklan (X1) a. Desain Visual b. Caption c. Product Shots d. Daya tarik 2. Intensitas Akses Instagram (X2) Berikut adalah yang akan digunakan untuk indikator oleh penulis : a. Frekuensi Akses b. Lama waktu mengakses 40 3. Efektivitas Instagram (Y) Berdasarkan kerangka pemikiran, penulis merancang variable dependen (Variable Y) yaitu efektivitas media sosial Instagram sebagai media promosi yang dijabarkan kedalam empat butir pertanyaan. Adapun pertanyaan tersebut terkait isi pesan ataupun content karya yang diunggah akun instagram @sukarya yang meliputi : a. Attention b. Interest c. Desire d. Action 41 J. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam bentuk penelitian kuantitatif. Pendekatan Kuantitatif (Zuldafrial, 2012:4) adalah suatu strategi pemecahan masalah dalam penelitian dengan menggunakan analisis statistik berdasarkan data yang kuantitatif yang dikumpulkan melalui angket ataupun questioner dari subjek penelitian. Pendekatan ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi deskriptif, asosiatif, hubungan simetris, sebab-akibat, dan komparatif mengenai masalah yang diteliti dari objek penelitian, hal ini tak jauh seperti pendekatan kualitatif. Berdasarkan tujuannya, pada penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori atau eksplanatif, eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan antara dua atau lebih variabel. Melalui penelitian penjelasan diketahui bagaimana korelasi antara dua atau lebih variabel baik pola, arah, sifat, bentuk maupun kekuatan hubungannya. (Silalahi, 2009: 30). 42 2. Populasi dan Sample a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri – cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan antara populasi sampling dengan populasi sasaran (Zuldafrial, 2012 : 75). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah follower akun Instagram @surakarya pada tanggal 19 Oktober 2015 terdapat 329 follower. Gambar 1. Akun Instagram @surakarya Sumber: Instagram @surakarya 43 b. Sample Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan perwakilan. Menurut Suharsimi Arikunto (1991) Jika sampel populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil keseluruhan. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dari 100, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih (Zuldafrial, 2012 : 77). Teknik yang digunakan untuk penarikan sampel adalah teknik random sampling. Pada teknik ini penarikan sampel secara acak dipilih sedemikian rupa sehingga tiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk berada di dalam sampel (Silalahi, 2009: 259). Sedangkan, sampel dari populasi dalam penelitian ini diambil menggunakan dengan rumus Slovin (Kriyantono, 2006:162) : N n= 1 + Ne2 Keterangan n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, kemudian e dikuadratkan. Batas kesalahan yang ditolerir ini bagi setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10% (Umar dalam Kriyantono, 2006:162). Dalam penentuan sampel penelitian ini, mentolerir kesalahan sebesar 10%. Maka hitungannya adalah sebagai berikut : 44 n= 329 1 + (329)(0,1)2 N n= 1 + Ne2 n= 329 1 + 3,29 n= 329 4,29 n = 76,69 dibulatkan menjadi 77 3. Jenis Data a. Data Primer Sugiono menyatakan data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 77 sample dari 329 follower dari account @surakarya (Sugiyono, 2008 : 225). Data primer didapat peneliti langsung dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner atau angket yang bersifat tertutup. Cara yang digunakan peneliti dalam menyebarkan kuesioner adalah dengan bantuan internet yaitu melalui google docs secara online kepada follower dari akun instagram @surakarya kemudian diminta untuk mengisi kuesioner tersebut. 45 b. Data Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Kriyantono, (2006:42) mendefinisikan data sekunder sebagai data yang diperoleh dari sumber data kedua atau sumber sekunder. Data sekunder sifatnya melengkapi data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan internet, dimana data didapatkan dari literatur, buku, sumber internet maupun wawancara kepada Komunitas Surakarta sebagai pemilik akun @surakarya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. 4. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Menurut Kriyantono uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi antara masing – masing pertanyaan dengan skor total. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid. Metode yang digunakan adalah Korelasi Pearson Product Moment (Kriyantono, 2006: 173). Teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi atau kekeuatan derajat hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antar variable dengan interval lain. Pada teknik ini digunakan tanpa melihat apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel lain. 46 (Kriyantono, 2006: 173). Pada penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program computer SPSS (Statistical Program for Social Science). b. Uji Reliabilitas Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran yang relatif konsisten apabila alat ukur digunakan berulangkali (Kriyantono, 2006 : 143). Dalam penelitian ini, pengukuran reliabilitas menggunakan metode Croanbach’s Alpha. Reliabilitas instrument yang skor nya mempunyai rentang antar beberapa nila dalam bentuk skala 1 -5 dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha (α) dengan ketentuan bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliable apabila nilai alpha (α) > 0,6. 5. Teknik Pengumpulan Data Maleong mendefinisikan analisis data adalah proses structural atau mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dalam penelitian kuantitatif berupa penghitungan uji statistik sehingga hasilnya berupa angka-angka (Kriyantono, 2006 : 165). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik survey, yaitu pengumpulan data primer dengan melakukan tanya – jawab dengan responden melalui kuesioner. 47 6. Teknik Analisis Data a. Distribusi Frekuensi Analisis data dilakukan menggunakan tabel distribusi frekuensi agar memudahkan untuk dibaca, dianalisis dan diinterpretasikan. Tabel distribusi frekuensi berguna untuk mendistribusikan data yang telah didapat ke dalam ketegori dan kemudian dihitung besarnya frekuensi data pada setiap kategori. Distribusi frekuensi memperlihatkan seberapa banyak responden dalam kategori penelitian. Kuesioner yang sudah terisi, selanjutnya didata mengenai jawaban dari para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian dipresentasekan (Bungin, 2010:172) dapat menggunakan rumus: N fx x100% N Keterangan: fx = Frekuensi individu N = Jumlah kejadian Rumus Mean (nilai rata-rata) Bungin (2010: 175). N fx N Keterangan: ∑fx = Jumlah presentase N = Jumlah pernyataan/pertanyaan 48 b. Uji Statistik Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik statistik karena penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Karena dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal maka peneliti menggunakan rumus analisis korelasi Tata Jenjang Spearman dengan bantuan program SPSS (Statistical product and Service Solutions) Rumus analisis Rank Spearman sebagai berikut (Sugiyono, 2008: 231): Dimana : rs = Koefisien Korelasi Spearman ∑d2 = Total Kuadrat selisih antar ranking n = Jumlah Sampel Penelitian Untuk koefisien korelasi atau mengukur derajat hubungan berpedoman pada ketentuan sebagai berikut 0,00 – 0,199 = sangat rendah 0,020 – 0,399 = rendah 0,40 – 0,599 = sedang 0,60 – 0,799 = kuat 0,80 – 1,000 = sangat kuat 49 Koefisien Determinasi Setelah mengetahui koefisien korelasi antara variabel, kemudian menentukan koefisien determinasi. Menentukan koefisien determinasi dimakssudkan untuk mengetahui seberapa variasi perubahan dalam satu variabel (dependen) disebabkan oleh perubahan dalam variabel lain (independen). Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi rho atau rs2. Uji tingkat signifikansi Uji Signifikansi dari Spearma’s rs dilakukan dengan formula : rs Z = _____ S Dimana: S = standar error dari rho, yaitu 1 / rs = hasil koefisien korelasi.