Helikopter - WordPress.com

advertisement
Helikopter
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perusahaan Robinson Helicopter (AS) R44, jenis empat kursi pengembangan dari R22.
Westland Lynx. Helikopter ini dapat terbang dengan kecepatan 300km/jam lebih.
Royal Navy Lynx Mk8 helikopter.
MD Helicopters MH-6 Little Bird.
Replika Bell 222 di sebuah musium yang digunakan dalam serial Airwolf.
Helikopter adalah adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar yang
rotornya digerakkan oleh mesin[1]. Helikopter merupakan pesawat udara yang mengangkat dan
terdorong oleh satu atau lebih rotor (propeller) horizontal besar. Helikopter diklasifikasikan
sebagai pesawat bersayap putar untuk membedakannya dari pesawat bersayap tetap biasa
lainnya. Kata helikopter berasal dari bahasa Yunani helix (spiral) dan pteron (sayap). Helikopter
yang dijalankan oleh mesin diciptakan oleh penemu Slovakia Jan Bahyl.
Dibandingkan dengan pesawat bersayap tetap , helikopter lebih kompleks dan lebih mahal untuk
dibeli dan dioperasikan, lumayan lambat, memiliki jarak jelajah dekat dan muatan yang terbatas.
Sedangkan keuntungannya adalah gerakannya; helikopter mampu terbang di tempat, mundur,
dan lepas landas dan mendarat secara vertikal. Terbatas dalam fasilitas penambahan bahan bakar
dan beban/ketinggian, helikopter dapat terbang ke lokasi mana pun, dan darat di mana pun
dengan lapangan sebesar rotor dan setengah diameter. Landasan helikopter disebut helipad.
Daftar isi




1 Prinsip kerja Helikopter
o 1.1 Airfoil
o 1.2 Tail rotor
o 1.3 Rotor Aktif atau Tilt Rotor dan Sayap Aktif atau Tilt Wing
o 1.4 Kursi Lontar pada Helikopter
2 Penemuan Helikopter
3 Pionir pengembang teknologi Helikopter
o 3.1 Leonardo da Vinci (1452-1519)
o 3.2 Sir Goerge Cayley (1773-1857)
o 3.3 Nikolai Egorovich Zhikovsky (1847-1921)
o 3.4 Juan de la Cierva (1895-1936)
o 3.5 Igor Ivanovich Sikorsky (1889-1972)
o 3.6 Mikhail Mil (1909-1970)
o 3.7 Yum Soemarsono (1916-1999)
4 Jenis dan Contoh Helikopter
o 4.1 Large-Helicopters
o 4.2 Mid-Size-Helicopters
o
o



4.3 Light-Helicopters
4.4 Military-Helicopters
5 Sumber
6 Pranala luar
7 Referensi
Prinsip kerja Helikopter
Helikopter bisa terbang karena gaya angkat yang dihasilkan oleh aliran udara yang dihasilkan
dari bilah-bilah baling-baling rotornya. Baling-baling itu yang mengalirkan aliran udara dari atas
ke bawah. Aliran udara tersebut sedemikian deras sehingga mampu mengangkat benda seberat
belasan ton. Teorinya sebenarnya cukup sederhana namun prakteknya rumit.
Airfoil
Pada dasarnya, prinsip dasar terbang dari pesawat bersayap tetap (fixed wing) dengan helikopter
yang dikenal juga pesawat bersayap putar adalah sama. Kunci pembedanya ada pada dua
kekuatan besar yang bekerja terpadu secara vertikal untuk menghasilkan gaya angkat dan daya
dorong yang besar.
Pada pesawat bersayap tetap Kekuatan pertama dihasilkan oleh aliran udara di permukaan
sayapnya yang membentuk sudut datang tertentu dengan flap yakni sayap kecil di belakang
sayap yang posisinya ditegakkan. Sehingga aliran udara mengalir deras ke belakang bisa
diarahkan balik ke atas. Udara yang mengalir di permukaan sayap bagian bawah menekan
permukaan sayap yang relatif datar itu ikut menekan ke atas menimbulkan gaya angkat dan
menyebabkan pesawat terangkat ke atas. Paling kurang 15 persen dari seluruh gaya yang
dihasilkan, dipergunakan untuk mengangkat badan pesawat ke atas.
Kekuatan besar lainnya adalah gaya dorong yang dihasilkan aliran udara yang ada di permukaan
sayap bagian atas yang bentuknya relatif lengkung. Ketika aliran udara yang dihasilkan oleh
mesin mengalir ke belakang dan melalui sayap utama maka aliran udara itu terpecah. Aliran
udara yang mengalir di atas permukaan sayap bagian atas lebih deras dari aliran udara yang
menerpa di permukaan sayap bagian bawah. Tetapi tekanan udara yang mengalir deras di atas
permukaan sayap atas, relatif lebih kecil dibanding dengan tekanan udara di permukaan sayap
bagian bawah yang justru alirannya kurang deras. Perbedaan tekanan udara ini yang
menyebabkan sayap pesawat terangkat ke atas. Untuk membayangkan seberapa besar gaya
angkat itu, secara teori menyebutkan bahwa perbedaan tekanan udara sebesar 2.5 ounce per inci
persegi dapat menghasilkan gaya angkat 20 pound per kaki persegi ( 1 kaki = 20 cm). Bisa
dihitung, kalau luas sayap pesawat 1000 kaki persegi maka gaya angkat yang dihasilkan akan
mencapai 10 ton.
Pada helikopter, fungsi sayap digantikan oleh baling-baling yang setiap baling-balingnya meski
berukuran lebih kecil dari sayap pesawat biasa, namun ketika diputar, curvanya relatif sama
dengan sayap pesawat. Untuk mendapatkan gaya angkat, baling-baling rotor harus diarahkan
pada posisi tertentu sehingga dapat membentuk sudut datang yang besar. Prinsipnya sama
dengan pesawat bersayap tetap, pada helikopter ada dua gaya besar yang saling memberi
pengaruh. Aliran udara yang bergerak ke depan baling-baling menekan baling-baling sehingga
bilah baling-baling terdorong balik ke belakang menghasilkan suatu gaya angkat kecil. Tetapi
ketika ketika aliran udara bergerak cepat melewati bagian atas dan bawah bilah-bilah balingbaling, tekanan udara yang besar di antara baling-baling otomatis akan mengembang ke seluruh
permukaan yang bertekanan lebih rendah, menyebabkan baling-baling terdorong ke atas dan
helikopter pun terangkat. Yang perlu diingat, meski bilah-bilah baling-baling itu hanya beberapa
lembar, namun dalam keadaan berputar cepat, ia akan membentuk suatu permukaan yang rata
dan udara yang menekannya ke atas menimbukan tekanan besar yang akhirnya menghasilkan
gaya angkat yang besar pula. Prinsip ini sama dengan fungsi propeler pada pesawat bermesin
turboprop dan sama pula dengan "kitiran" mainan anak-anak itu.
Beberapa helikopter yang digunakan dalam perang, seperti Mi-26 Hind misalnya dilengkapi
dengan sayap kecil yang disebut canard, fungsi pertamanya untuk meringankan beban rotor
utama dan yang kedua untuk meningkatkan laju kecepatan dan memperpanjang jangkauan
jelajah. Fungsi lain adalah sebagai gantungan senjata, rudal dan lain-lainnya. Dengan
menambahkan sayap pendek ini, maka perbedaan fungsional antara pesawat tetap dengan
helikopter menjadi samar. Pesawat bersayap tetap juga ada yang mampu terbang-mendarat
secara vertikal (Vertical Take-off Landing/VTOL). Contonya, Harrier dari jenis Sea Harrier atau
AV-8 Harrier.
Kelebihan pesawat bersayap tetap, terutama soal terbangnya karena pesawat berjenis ini
memiliki platform yang lebar sehingga relatif lebih stabil saat melakukan penerbangan. Soal
menerbangkannya, itu persoalan mengatur kemudi guling pada sayap dan stabilizer tegak dan
datar yang ada pada ekornya. Tetapi pada Helikopter tidaklah demikian. Ketika bilah-bilah
baling-baling rotornya menghasilkan gaya angkat rotornya sendiri sendiri bekerja memindahkan
udara di atasnya ke bawah sebanyak banyaknya. Disaat itu berat udara yang dipindahkan
mengurangi berat helikopter sehingga helikopter itu terangkat. Dan bila helikopter itu terangkat,
berarti terjadi keseimbangan berat antara udara yang dipindahkan dari atas ke bawah dengan
bobot helikopternya. Untuk mengoperasikan helikopter itu ada alat kemudi yang biasa
disebutcollective pitch dan cyclic pitch masing-masing berfungsi sebagai pengatur gaya angkat
dan pendorong helikopter untuk melaju ke depan. Begitu sederhana cara kerjanya, tetapi
mentransformasikannya dalam sebuah teknologi sungguh pekerjaan yang sangat rumit.
Tail rotor
Begitu pula halnya dengan konfigurasi rotor, bukan hanya sekedar bisa berputar lalu terbang dan
mengambang. Sebab setap baling-baling diputar akan selalu menimbulkan tenaga putaran yang
disebut dengan istilah umum torque. Untuk menghilangkan atau menangkal tenaga putar yang
bisa menyebabkan badan helikopter itu berputar, maka perlu dipasang antitorque.
Antitorque ini dapat berupa tail rotor atau rotor ekor yang dipasang pada ekor pesawat yang juga
berfungsi sebagai rudder. Konfigurasi ini dapat dilihat pada helikopter umumnya seperti Bell412, Bell-205 atau UH-1 Huey, atau NBO-105, dan AS-330 Puma atau AS-335 Super Puma,
AH-64 APACHE atau Mi-24 HIND. Selin menggunakan tail rotor, masih ada beberapa desai
yang lain. Misalnya yang menggunakan sistem tandem seperti yang digunakan pada helikopter
Boeing CH-47 Chinook atau CH-46 Sea Knight. Kedua rotor tersebut yang bersama-sama
berukuran besar masing-masing ditempatkan di depan dan di belakang badan helikopter.
Keduanya simetris namun memiliki putaran yang berlawanan arah . Maksudnya untuk saling
meniadakan efek putaran yang ditimbulkan satu sama lain, intermesh dalam bahasa populernya.
Cara lain adalah dengan konfigurasi egg-beater. Konfigurasi rancang bangun seperti ini
digunakan pada helikopter Ka-25 Kamov buatan Rusia atau Kaman HH-43 Husky. Kedua
baling-baling yang sama besarnya itu diletakkan dalam satu poros, terpisah satu sama lain
dimana yang satu diletakkan di atas rotor lainnya. Keduanya berputar berlawanan arah.
Maksudnya untuk menghilangkan efek putaran atau torque.
Selain ketiga cara di atas, dibuat juga konfigurasi tanpa rotor ekor. Helikopter ini desebut
NOTAR (No Tail Rotor) ini memiliki sistem yang sedikit berbeda dengan sistem yang ada
dimana memanfaatkan semburan gas panas dari mesin utama yang disalurkan melalui tabung
ekor. Contohnya adalah helikopter MD-902 Explorer.
Rotor Aktif atau Tilt Rotor dan Sayap Aktif atau Tilt Wing
Tinggal landas dan mendarat ala helikopter tetapi berkarakter terbang macam pesawat bersayap
tetap merupakan konsep yang dianut oleh helikopter jenis ini. Cara paling mudah adalah
menggabungkan konsep kerja pesawat helikopter dengan pesawat bersayap tetap dalam satu
wujud.
Prinsip kerjanya secara teknis bila rotor utama diarahkan ke atas maka gerakan vertikal yang
dilakukan helikoter dapat dilakukan sedangkan saat rotor diarahkan ke depan atau ke belakang
(sebagai pursher atau pendorong) maka karakter terbang seperti pesawat tetap dapat diperoleh.
Gerakan rotor seperti ini tidak perlu melibatkan sayap.
Sebenarnya pengembangan rotor aktif ini masih diliputi kegamangan, masalahnya adalah sistem
tadi bisa saja disebut pesawat bersayap tetap karena memiliki sayap yang berlumayan besar,
sekaligus memiliki ekor pesawat yang berkonfigurasi dengan pesawat bersayap tetap biasa.
Akhirnya konsep ini disebut dengan konsep hybrid. Contoh helikopter ini adalah V-22 Osprey.
Selain konsep rotor aktif, ada pula konsep sayap aktif, dimana yang digerakkan bukanlah rotor
seperti pada rotor aktif melainkan sayap pesawatnya. Sementara mesin tetap pada kedudukannya.
Contoh helikopter ini adalah TW-68 yang dirancang oleh Ishida Corporation, Jepang, Rancangan
ini disebut-sebut sebut sebagai memiliki rancangan yang lebih ringkas dibandingkan dengan
rotor aktif hanya sayangnya keberlanjutannya tidak begitu terdengar.
Kursi Lontar pada Helikopter
Dibandingkan pada pesawat biasa khususnya pesawat tempur, pesawat helikopter umumnya
tidak dilengkapi dengan kursi lontar. Hal ini disebabkan karena masalah menghadapi rotor
helikopter saat meluncurkan kursi lontar sekaligus umumnya helikopter terbang lebih rendah
sehingga lebih rentan. Namun demikian pada helikopter Rusia, Kamov Ka-50 Hokum yang
menggunakan kursi lontar yang dirancang khusus seperti Zvesda K-37-800. Langkah kerjanya
adalah ketika kursi lontar diaktifkan, maka rotor diledakkan dan lepas dari kedudukannya,
kemudian kedua sisi atas kaca kokpit membuka dan roket penarik aktif yang menarik pilot dan
kirsinya keluar dari badan heli. Meski dirasa rumit, Helikopter masa depan akan dilengkapi
dengan kursi lontar
Penemuan Helikopter
Sebenarnya, perjalanan helikopter menjadi bentuk yang dikenal pada saat ini memakan kurun
waktu yang cukup panjang. Dalam perjalanannya, juga melibatkan perkembangan teknologi dan
juga para penemu serta pengembang helikoter.
Helikopter pertama yang menerbangkan manusia adalah Helikopter Breguet-Richet, tahun 1907.
Heli ini terbang di Douai, Perancis pada 29 September 1907. Helikopter ini masih memperoleh
bantuan dari empat orang yang memegangi keempat kakinya. Upaya ini tidak memperoleh
catatan baik sebagai helikopter pertama yang terbang bebas. Walaupun demikian, helikopter ini
membuktikan keberhasilan teori terbang vertikal yang saat itu masih dianggap sebagai teori. Ini
merupakan mesin pertama yang bisa terbang dengan sendirinya membawa seorang pilot secara
vertikal sebagai akibat daya angkat sayap putarnya. Heli ini menggunakan mesin Antoinette
berkekuatan 50 hp.
Terbang heli sesungguhnya dilakukan oleh Paul Cornu menggunakan heli bermesin ganda
Antoinette 24 hp di Lisieux, Perancis pada 13 November 1907. Penerbangan berlangsung 20
detik hingga ketinggian 0,3 Meter. Sedangkan Helikopter berjenis Gyroplane pertama diraih oleh
C4 Autogiro buatan Juan de la Cierva. Autogiro terbang pertama pada 9 Januari 1923. Rahasia
sukses pada pengadopsian sistem flapping hinges joint the blades to the rotor head. Sementara
helikopter yang sukses terbang pertama dilakukan oleh jenis Fock Wulf FW-61 berotor ganda
yang didesain oleh Professor Heinrich Focke pada tahun 1933-1934. Helikopter ini melakukan
terbang perdananya pada 26 Juni 1936 dan ditenagai oleh mesin Siemens-Halske Sh 14A
bertenaga 160 hp. Heli ini diterbangkan oleh Ewald Rohlfs. Heli ini mencatat rekor terbang
sejauh 122,35 km dan lama terbang satu jam 20 menit 49 detik. Pada waktu lain ia terbang
hingga ketinggian 3427 meter dan rekor kecepatan 122 km/jam.
Pionir pengembang teknologi Helikopter
Leonardo da Vinci (1452-1519)
Leonardo da Vinci sebenarnya mengembangkan konsep terbang vertikal yang sebelumnya
merupakan mainan anak-anak dari dataran Cina, tidak jelas sebenarnya sejak kapan mainan
anak-anak ini dikembangkan disana dan siapa inisiatornya atau penemunya. Pada tahun 1483
Leonardo da Vinci mengembangkan konsep sekrup terbang.
Sir Goerge Cayley (1773-1857)
Sir George Cayley dikenal sebagai insinyur dan inovator dalam navigasi udara dan
aerodinamika. Salah satu yang dikenalkannya adalah istilah angle of attack dalam dunia
penerbangan. Dalam sejarah, dia merupakan sosok yang mengembangkan pesawat sayap tetap
dan pesawat layang atau glider namun demikian dia mengembangkan sayap putar atau
helikopter. Helikopter yang diperkenalkannya merupakan kompilasi dari bahan kayu, bulu,
gabus dan kawat.
Pada 1842, Cayley mendesain helikopter lebih baik , khususnya ketika mengetahui bahwa
putaran baling-baling dapat menimbulkan petaka sehingga memerlukan penangkalnya. Teori
penangkal ini juga dikemukakan olehnya. Agar bisa terbang, helikpter ini menempatkan dua
rotor yang bergerak berlawanan arah. Meski helikopter rancangannya belum berwujud dengan
helikopter yang mengudara, konsep helikopternya dipakai oleh Kamov dari Rusia dan Focke dari
Jerman.
Nikolai Egorovich Zhikovsky (1847-1921)
Zhukovsky mengawali karier di dunia penerbangan dengan menekuni matematika,
hidrodinamika dan aerodinamika. Zhukovsky kemudian menemukan terowongan angin pertama
di dunia untuk menguji teknologi aerodinamika. Terjun dalam pengembangan helikopter pada
tahun 1910 dan pada Perang Dunia I mengembangkan banyak pesawat terbang dan helikopter
Juan de la Cierva (1895-1936)
Cierva mengembangkan helikopter setelah pesawat pembom bersayap ganda buatannya jatuh
pada tahun 1919, alasannya adalah kestabilan helikopter dianggapnya lebih tinggi. Dalam
membangun rancangan helikopternya, Cierva mengabaikan berbagai teori yang berkembang
sebelumnya, dengan menggunakan rancangan-rancangan baru buatannya yang didasarkan pada
teori yang dikembangkannya lewat berbagai eksperimen. Hasinya adalah Autogiro yang
merupakan konsep pesawat gado-gado antara pesawat terbang umumnya sehingga bisa
melakukan terbang landas secara vertikal, yang setengah pesawat terbang dan setengah
helikopter. Autogiro Cierva terbang pada 1923. Lima tahun kemudian Cierva melakukan
penerbangan keliling Eropa dengan Autogiro sejauh lebih dari 5000 km seraya berpromosi.
Upayanya tidak sia-sia karena Autogiro rancangannya banyak diminati sejumlah industri di
Eropa. Cierva meninggal dalam kecelakaan Autogiro di Croydon pada tahun 1936.
Igor Ivanovich Sikorsky (1889-1972)
Sikorsky menaruh minat pada penerbangan dengan merancang berbagai pesawat model di
antaranya berupa helikopter sejak usia dini. Pada awalnya dia masuk Naval Academy di St.
Petersburg yang kemudian mengundurkan diri dan pergi ke Paris untuk mendalami ilmu teknik
dan penerbangan. Setelah dari Paris, dia kembali ke Kiev, Ukraina dan mengembangkan
helikopter namun gagal. Revolusi Bolshevik memaksa Sikorsky hijrah ke Paris dan selanjutnya
menetap di Amerika Serikat.
Pada tahun 1939 dia menerbangkan helikopter pertamanya VS-300 dan selama
pengembangannya, helikopternya mencatat berbagai rekor penerbangan. Sampai memasuki abad
ke-21 ada sekitar 40.000 helikopter buatan Sikorsky terbang diberbagai belahan dunia ini.
Sikorsky S-76C milik LG Electronics, Korea Selatan
Mikhail Mil (1909-1970)
Seperti halnya Sikorsky, Mil menaruh minat pada penerbangan diusia dini. Dia memenangkan
kompetisi pesawat model pada usia 12 tahun. Ia kemudian masuk ke Insitut Aviasi di
Novocherkassk, Uni Soviet dan mengembangkan autogiro pertamanya dengan pengawasan dan
bimbingan Kamov dan Skrzhinsky. Setelah lulus pada 1931, dia masuk ke pusat aerodinamika
Rusia TsAGI, dan disinilah melakukan penelitian pada aerodinamika helikopter dengan
penekanan pada stabilitas dan desain rotor.
Pada tahun 1947, Mil diangkat menjadi kepala desain helikopter yang baru dan memunculkan
helikopter GM-1 yang dikenal menjadi Mi-1 Hare. Sukses Hare menuntun pengembangan
helikopter selanjutnya yang sangat terkenal seperti Mi-4, Mil Mi-6 Hook, hingga Mi-8 dan Mi17 yang terkenal, serta heli serang-angkut Mi-24
Yum Soemarsono (1916-1999)
Yum Soemarsono dikenal sebagai bapak helikopter Indonesia. Berbeda dengan penemu dan
pengembang helikopter lainnya, dia mengembangkan helikopter sendiri berdasarkan pengalaman
dan intuisi serta keterampilannya yang tidak diperoleh dari pendidikan tinggi. Rancangannya
berupa Rotor Stabilizer dibuatnya hanya berdasarkan intuisi.
Helikopter pertama rancangannya adalah RI-H yang selesai pada tahun 1948 namun tidak sempat
diterbangkannya karena lokasi pembuatannya di Gunung Lawu dibom Belanda pada saat
Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Heli kedua adalah YSH yang dirancang bersama Soeharto dan
Hatmidji, selesai pada tahun 1950 dan melayang setinggi 10 cm di lapangan Sekip Yogyakarta.
Sementara Helikopter ketiga adalah Seomarcopter yang berhasil terbang ketinggian 3 meter
sejauh 50 meter dengan mesin berdaya 60 hp pada 1954. Helikopter kepik yang ironisnya
mengalami kecelakaan dan menyebabkan kehilangan tangan kirinya dan sekaligus menewaskan
asistennya, Dali. Nama kepik sendiri adalah nama pemberian presiden Republik Indonesia
pertama Soekarno.
Kehilangan tangan kirinya membuatnya menemukan suatu alat yang dinamakan throttle
collective device untuk mengganti tangan kirinya yang putus, sehingga penerbang cacat masih
mampu menerbangkan helikopter. Alat ini digunakan untuk mengangkat dan memutar collective,
salah satu kemudi yang terletak pada sisi kiri penerbang. Semula hanya didesain untuk helikopter
jenis Hiller, namun kemudian dikembangkannya untuk dipakai pada helikopter Bell 47G dan
Bell 47J2A, hadiah dari Solichin GP. Meski alat ini kemudian diminati oleh pabrik helikopter
Bell di Amerika Serikat, tidak ada kejelasan selanjutnya mengenai pengembangan alat ini dan
sekaligus juga hak patennya. Beliau meninggal pada 5 Maret 1999.
Jenis dan Contoh Helikopter
Large-Helicopters

















Agusta Westland AW101 VIP
Agusta Westland AW139
Agusta Westland VH-71A / US101 Marine One
Bell 412
Eurocopter AS332 Super Puma
Eurocopter AS365 Dauphin
Eurocopter EC155 B1
Eurocopter EC175
Eurocopter Super Puma EC225
Kamov Ka-32A
Kamov Ka-62
Kazan Mi-17 II
Kazan Mi-38
MIL Mi-26
Sikorsky S-76C ++
Sikorsky S-76D
Sikorsky S-92
Mid-Size-Helicopters
















Agusta Westland AW109 Power
Agusta Westland AW119 Ke
Agusta Westland Grand
Bell 210
Bell 407
Bell 427
Bell 429
Bell 430
Eurocopter AS355
Eurocopter EC 135 P2i
Eurocopter EC130
Eurocopter EC135
Eurocopter EC145
HAL Chetak
HAL Dhruv
Kaman K-Max





Kamov Ka-226 Sergei
Kazan Ansat
MD 600N
MD Explorer
PZL Kania
Light-Helicopters

























Bell 206
Bell 206 Jet Ranger
Enstrom 280FX Shark
Enstrom 480B
Enstrom F28F
Eurocopter AS350
Eurocopter AS350 B3
Eurocopter EC120
Kamov Ka-115
Kazan Aktai
MD 500E
MD 520N
MD 530F
MIL Mi-34 Hermit
PZL Swidnik SW-4
Robinson R22 Beta II
Robinson R44 Clipper I
Robinson R44 Raven II
Robinson R66
Rotorway A600 Talon
Rotorway Exec 162F
Sikorsky Schweizer 300c Utility
Sikorsky Schweizer 300CBi Training
Sikorsky Schweizer 333
Sikorsky Schweizer S-434
Military-Helicopters










Agusta Westland AW101 Merlin
Agusta Westland AW109 LUH
Agusta Westland AW129 Mangusta
Agusta Westland AW149
Agusta Westland Future Lynx
Agusta Westland Super Lynx 300
AH-1Z Viper
Bell ARH-70
Bell Boeing V 22 Osprey
Boeing AH-64D Apache Longbow












































Boeing CH-47F Chinook
Boeing HH-47 CSAR-X
Boeing MH-47G Chinook
Denel AH-2 Rooivalk
Eurocopter AS 532 AL Cougar
Eurocopter AS550 C3 Fennec
Eurocopter AS565 Panther
Eurocopter AS565 UB
Eurocopter Cougar
Eurocopter EC 635
Eurocopter EC 725 Caracal
Eurocopter Fennec
Eurocopter Tiger
Eurocopter Tiger UHT
Eurocopter UH-72A Lakota
HAL Dhruv ALH
Huey Helicopter
Kaman SH-2G Super Seasprite
Kamov Ka-27 PV
Kamov Ka-31
Kamov Ka-50 Hokum
Kamov Ka-52 Alligator
Kamov Ka-60
MD 500 MG Defender
MD MH-6M Little Bird
MIL Mi-26TP Halo
MIL Mi-28N Havoc
MIL Mi-35 / 24D
MIL Mi-8 Hip
NHI NH90 NFH
NHI NH90 TTH
OH 58D
PZL W-3A Sokol
Sikorsky CH-53E Super Stallion
Sikorsky CH-53K
Sikorsky H-92 Superhawk / CH-148 Cyclone
Sikorsky HH-3F Pelican
Sikorsky MH-53E Sea Dragon
Sikorsky MH-60R Seahawk
Sikorsky S-70B Seahawk
Sikorsky S-70i Black Hawk
Sikorsky SH-3 Sea King
Sikorsky Uh-60 M Black Hawk
UH-1Y Venom
Download