ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA TUSUK YANG TERPASANG VENTILATOR DI RUANG HCU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA I. KONSEP DASAR 1) LUKA TUSUK Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu : 1. Lokasi anatomi injury 2. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan arah tusukan. Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan karena perdarahan (syok hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat digambarkan sbb : Faktor penyebab (penurunan volume cairan) Penurunan arus balik vena Penurunan isi sekuncup Penurunan curah jantung Penurunan perfusi jaringan Adapun tanda dan gejala dari hipovolemic syok mengarah pada berbagai sistem yaitu : 1. Sistem kardiovaskuler : takikardi, penurunan tekanan darah sistolik 2. Kulit : dingin, lembab, pucat, sianotik 3. Sistem Saraf Pusat : ansietas, keresahan, perubahan sensorium, penurunan tingkat kesadaran 4. Sistem Renal : penurunan haluaran urine, gagal ginjal akut atau kronis 5. Sistem Pernafasan : takipnea, peningkatan permiabilitas kapiler pulmonal (ARDS) 6. Sistem Hepatik : penurunan pembentukan faktor-faktor pembekuan, penurunan sintesis proteinprotein plasma, penurunan albumin serum, penurunan kadar glukosa serum 7. Sistem Gastro Intestinal : ileus adinamik, ulcerasi, penurunan absorpsi nutrien, peningkatan masukan toksin dari lumen usus ke dalam aliran darah 8. Sistem vaskuler 2) KONSEP GAGAL NAFAS Definisi : Gagal nafas akut diartikan sebagai kegagaln pertukaran gas dalam paru, ditandai dengan turunnya kadar oksigen di arteri (hipoksemia) atau naiknya kadar karbon dioksida (hiperkarbia) atau kombinasi keduanya. Kriteria diagnosis pada pasien yang bernafas pada udara kamar didapatkan hasil pemeriksaan analisa gas darah : 1. PaO2 kurang dari 50 mmHg 2. PaCO2 lebih dari 50mmHg tanpa ada gangguan alkalosis metabolik primer Gagal nafas dapat diakibatkan oleh bermacam penyakit baik akut maupun kronik; setiap gangguan pada kelima tahap respirasi dapat menyebabkan gagal nafas. a. Patofisiologi Mekanisme yang menyebabkan terjadinya gagal nafas meliputi : 1. Hypoventilasi : keadaan dimana seseorang tidak dapat mempertahankan ventilasi alveolar yang cukup, sehingga terjadi kenaikan kadar CO2 dalam darah 2. Gangguan perfusi dan difusi Adanya emboli di salah satu cabang arteri pulmonali akan meningkatkan ruang rugi karena banyak alveoli yang hanya mengalami ventilasi tanpa perfusi 3. Pintasan intra pulmoner dan gangguan perbandingan ventilasi perfusi Pintasan intrapulmoner (Shunt) diartikan sebagai darah yang memperfusi paru yang tidak mengalami pertukaran gas karena alveoliya tidak terventilasi seperti pada atelectasis b. Tanda dan gejala gagal nafas akut Diagnosa pasti gagal nafas akut ditegakkan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Namun gejala klinis gagal nafas akut dapat ditegakkan dengan mengamati hal-hal sbb : Pola pernafasan : laju pernafasan meningkat, pernafasan dangkal mungkin ada pernafasan cuping hidung dan terlihat otot pernafasan tambahan mulai aktif Warna kulit : pada keadaan awal mungkin masih merah, bila proses berlanjut/bertambah berat kulit berwarna pucat/biru yang menandakan hipoksemia yang bertambah berat. Tensi/laju nadi : umumnya nadi cepat, bila ada aritmia mungkin disebabkan hiperkarbia (dan hipoksia) Nadi yang melemah dan bertambah lambat menandakan keadaan bertambah parah, yang memerlukan tindakan segera. Tekanan darah, pada keadaan yang masih ringan mungkin masih dalam batas normal. Bila keadaan bertambah berat, tekanan darah mula-mula naik karena pelepasan katekolamin, bila tekanan darah mulai turun hal ini harus segera diatasi karena ini merupakan tanda perburukan. Gagal nafas dengan tanda-tanda yang nyata sangat mudah dikenali. Yang sulit adalah awal dari adanya gagal nafas, yang luput dari pengawasan ketat yang mungkin dalam waktu relatif singkat dapat memburuk. Pengawasan/observasi ketat memegang peranan penting sehingga bila therapi konvensional tidak menolong dan keadaan memburuk, dapat segera diambil tindakan lain seperti intubasi dan pemakaian alat bantu nafas/ventilator. c. Penatalaksanaan dan pengobatan Dasar pengobatan dibagi yang non spesifik dan spesifik, umumnya diperlukan kombinasi keduanya. Pengobatan non spesifik ditujukan langsung untuk memperbaiki pertukaran gas, seperti pemberian oksigen, pembersihan jalan nafas dan fisiotherapi dada serta usaha-usaha lain untuk menurunkan kebutuhan oksigen seperti menurunkan panas badan dan pemberian sedasi. Sedangkan pengobatan spesifik ditujukan kepada penyebab gagal nafas ; bila gagal nafas disebabkan karena adanya benda asing di bronkhus maka dilakukan bronkoskopi untuk mengatasi sumbatan karena benda asing tersebut juga melakukan pungsi pleura dan WSD pada efusi pleura yang masif dll. d. Indikasi ventilasi bantu/artifisial Pada keadaan yang ekstrem seperti penderita apneu atau pernafasan yang amat lemah, indikasi ventilasi bantu/artifisial mudah ditegakkan. Namun pada keadaan di lapangan sering dijumpai kasus yang sulit bagi kita untuk memutuskan apakah sudah merupakan indikasi untuk ventilasi artifisial, sebab penundaan alat bantu nafas yang berlarut dapat berakibat fatal. Sebaliknya tindakan terlalu dini dan agresif tidak selalu menguntungkan bahkan dapat merugikan. Beberapa patokan untuk menentukan indikasi ventilasi adalah : Parameter Indikasi 1. Mekanik - Laju napas Lebih 35/menit - Volume tidal Kurang 5 ml/kgBB - Kapasitas vital Kurang 15 ml/kgBB - Tekanan inspirasi Kurang 25 cmH2O maksimal 2. Oksigenasi - PaO2 Kurang 60 mmHg (FiO2 = 0,6) 3. Ventilasi - PaCo2 Lebih 60 mmHg - Vd/Vt Lebih 0,6 Nilai Normal 10 – 20 (dewasa) 5–7 65 – 75 75 – 100 75 – 100 (udara kamar) 35 – 45 0,3 e. f. Pemakaian alat bantu nafas (respirator/ventilator) bukanlah untuk menggantikan fungsi paru dan jantung, melainkan hanya berfungsi sebagai alat ventilasi yang memompakan udara/oksigen ke dalam paru dengan takanan positif. Fungsinya lebih bersifat mempertahankan agar penderita tetap hidup sambil menunggu proses reparatif badan dapat mengambil alih fungsi ventilasinya kembali. g. Obat yang dipakai pada gagal nafas Pada penderita gagal nafas karena asma, diberikan obat bronkhodilator baik per infus maupun per inhalasi, pada keadaan berat biasanya ditambahkan kortikosteroid. Untuk infeksi biasanya diberikan antibiotika ber spektrum luas. Untuk penderita dengan ventilator, diberikan sedativ seperti diazepam (valium), dormikum dan golongan narkotik untuk menekan pernafasan dan bila perelu obat pelumpuh otot seperti pavulon dll agar penderita dapat mengikuti/seirama perbafasannya dengan alat ventilator tersebut. h. PENGKAJIAN Initial Klien Umur Agama Alamat Pendidikan Pekerjaan Tanggal Masuk RS Tanggal Pengkajian Diagnosa Medis : Tuan M.Y. : 20 Tahun : Islam : Cengkareng Timur, Jakarta : SMA : Karyawan : 29 November 1998 : 1 Desember 1998 : Post Op Laparatomy ec. Luka tusuk tembus abdomen 3) Perjalanan Penyakit Pasien masuk ke IGD tanggal 27 November 1998 Pk. 17.25 WIB dimana sekitar 20 menit sebelumnya pasien terkena trauma tusuk di perut kemudian dilakukan operasi laparatomy tanggal 29 November 1998 dengan lama operasi 4 ½ jam dengan tindakan pembedahan : - Laparatomi eksplorasi - Nefrektomy kiri - Splenektomy jahit dua lapis gaster, jejenum dan mesenterium - Drain pada ginjal kiri Hasil Laboratorium : a) Tanggal 30 November 1998 WBC 3,5 RBC 3,47 HGB 10,0 PLT 36 HCT 29,1 Trombocyt 36.000 Ureum darah 30 mg/DL Creatinin urine 1,15 mg/DL Urinalisa Sedimen + Kejernihan jernih Leukocyt 1 – 3 /LPB Eritrosit >100/LPB Kristal ( - ) Berat jenis 1010 .pH 5 Glukosa 2+ Protein ( - ) Keton ( - ) Bilirubin ( - ) Urobilinogen 0,1 Nitrit ( - ) b) Analisa Gas Darah Tanggal 30 November 1998 Pk. 06.49 Ventilator control TV : 450 FiO2 : 40% .pH 3,84 PCO2 37,7 PO2 163,4 HCO3 22,2 TCO2 23,3 BE – 2,3 SBE – 2,2 SAT 99,2 SBC 22,4 c) Analisa Gas Darah Tanggal 1 Desember 1998 Pk. 05.14 Ventilator Assist Control RR 12, TV 450 FiO2 40% PH 7,508 PCO2 38,3 PO2 117,3 HCO3 30,5 TCO2 31,7 BE + 6,9 SBE + 6,8 SAT 98,7 SBC 30,7 Na 138 K 3,9 Cl ( - ) d) Analisa Gas Darah Tanggal 2 Desember 1998 Ventilator SIMV FiO2 35% PH 7,455 PCO2 34,7 PO2 127,8 HCO3 23,2 TCO2 24,2 BE – 0,3 SBE – 0,3 SAT 98,8 SBC 24,1 Na 136 K 3,9 e) Hasil Laboratorium Darah 2 Desember 1998 Ht 24 vol % Hb 8,7 gr/DL Leuko 12.700 Trombo 105.000 Pengukuran CVP : Tgl. 1-12-1998 + 11 cmH2O, Tgl 2-12-1998 10,5 cmH2O f) Cairan Infus Tanggal 1-12-1998 KaEM MG3 500 cc Pan Amin 600 : 500 cc RL FFP 2 x 300 cc g) Cairan Infus Tanggal 2-12-1998 KaEM MG3 Pan Amin Tranfusi Darah 500 cc FFP 2 x 300 cc RL h) Cairan Infus Tanggal 3-12-1998 KaEM MG3 Pan Amin RL FFP 3 x 300 cc i) Obat-obatan Tanggal 30 s/d 2-12-1998 Cimetidine 3 x 1 Alinamin F 3 x 1 Vit K 3 x 1 Kemicitin 3 x 1 gr ( Tanggal 3-12-1998 diganti dengan Penicillin Prokain) Novalgin 3 x 50 mg 4) Pemeriksaan Fisik Kesadaran : Compos Mentis Kepala : Simetris Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Hidung : terpasang NGT, cairan warna coklat tua Mulut : terpasang ETT, mukosa kering Leher : kelenjar getah bening tidak membesar Dada : auskultasi paru, ronchi basah ringan +/+, wheezing (-) ; auskultasi jantung BJ I, II murni, gallop (-) Abdomen Ekstremitas : luka laparatomy, balutan rapi, kering, bising usus (-) : tangan kanan terpasang triway infus, CVP KaEM MG3, RL, Pan Amin ; kaki kanan terpasang infus NaCl spooling tranfusi 5) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Gangguan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produk mukosa akibat adanya benda asing pada trachea (intubasi) 2. Resiko tinggi gangguan deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan, puasa 3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, NPO 4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma abdomen, luka operasi, prosedur invasif (CVP, kateterisasi, ETT) 5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan 6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya ETT 1. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn. M.Y DI RUANG HCU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA N Dx. Perawatan o 1 Gangguan . pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produk mukosa akibat adanya benda asing pada trachea (intubasi) Tujuan Intervensi Kebersihan 1. jalan nafas dapat terjaga 2. Kaji kepatenan 1. jalan nafas pasien 3. Catat adanya batuk yang berlebihan, 3. peningkatan dispneu, bunyi alarm, adanya sekret pada ETT, peningkatan ronchi Monitor sistem humidifikasi dan 4. temperatur Suction sesuai kebutuhan 5. Ajarkan tehnik batuk efektif, nafas Evaluasi pengembangan dada, dan kaji suara 2. nafas kedua belah paru Ditandai dengan : - - - sistem alarm berbunyi suara nafas : penumpuka n sputum terdengar suara nafas menurun (pada obstruksi jalan nafas/kolaps paru) pasien gelisah usaha nafas klien meningkat : 4. 5. 6. Rasional Implementasi Evaluasi Obstruksi dapat 1. Mengkaji kepatenan S : disebabkan dari jalan nafas O: penumpukan sekresi, 2. Mengevaluasi Sianosis (-) perdarahan, spasme jalan pengembangan dada CVP : + 11 cm nafas dan mengkaji suara H2O, N : Pengembangan dada nafas. Hasil : 72x/menit, TD : yang simetris dan suara pengembangan dada 108/65 mmHg, nafas yang seimbang dalam batas normal, RR : 18 x/menit pada kedua belah paru suara nafas (ventilator 12) menunjukkan ETT auskultasi ronchi Kulit hangat berada tepat dan tidak basah ringan +/+ Analisa Gas ada obstruksi. Obstruksi 3. Mencatat adanya Darah : PH 7,455 paru (akibat pneumonia, batuk yang ; PCO2 34,2 ; atelektasis) dapat berlebihan, bunyi PO2 127,8 ; menimbulkan suara alarm, sekret ETT, HCO3 23,2 ; SAT ronkhi dan wheezing peningkatan ronchi. 98,8 Pasien yang diintubasi Hasil : batuk A : Masalah mengalami batuk yang berlebih (-), bunyi teratasi tidak efektif sehingga alarm (-), sekret P : penumpukan sekret ETT (+) sedikit, Tetap observasi terjadi peningkatan ronchi adanya sekret (-) Jaga kepatenan 4. Memonitor sistem jalan nafas Pengentalan sekret humidifikasi dan Observasi analisa dapat timbul akibat temperatur. Hasil : gas darah sistem humidifikasi humidifikasi cukup, kurang temperatur 37^C Suction tidak boleh 5. Melakukan suction rutin karena banyak sesuai kebutuhan. memiliki efek negatif Hasil : sekret (+), - penggunaan otot tambahan pernafasan (+) AGD : P CO2 meningkat, P O2 dan PH menurun dalam pursed lip 6. breathingbila pasien kooperatif 7. Ubah posisi secara periodik 7. 8. Anjurkan pasien untuk minum banyak sesuai kondisi Meningkatkan warna putih, encer kemampuan 6. Mengubah posisi mengeluarkan sekret secara periodik secara efektif, 7. Melakukan postural menimbulkan retarged drainase ekspirasi sehingga menurunkan kolaps paru Meningkatkan drainase sekret dan ventilasi ke seluruh bagian paru, menurunkan resiko atelektasis Meningkatkan keenceran sekret 8. Kolaboratif 1. Lakukan bronkhial washing, fisiotherapi dada Kolaboratif : (perkusi, 1. Membantu vibrasi,postural mengencerkan, drainase) meningkatkan mobilisasi 2. Berikan sekret sehingga mudah bronkhodilator dikeluarkan /mukolitik sesuai indikasi. Evaluasi 2. Meningkatkan efektifitasnya. keenceran sekret dan melebarkan jalan nafas 2 Resiko tinggi . gangguan deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan, puasa. Gagguan 1. Monitor tanda vital, 1. Perubahan tanda vital 1. Memonitor tanda vital, CVP, Tekanan Darah, deficit CVP ; catat menandakan Suhu. Hasil : TD 104/62 volume perubahan tekanan perkembangan penyakit, mmHg, N 79x/menit, S cairan tidak darah, observasi CVP untuk mengetahui 37^C, CVP 7 cmH2O terjadi kenaikan temperatur defisit volume cairan dan 2. Mempalpasi nadi respon terhadap therapi perifer, capillary cairan pengganti. Demam refill, warna kulit, terjadi karena peningkatan temperatur. Hasil : S:O: Tanda vital TD 107/65 mmHg, N 70x/menit, S 37,2^C, CVP +10 ½ cmH2O Intake 3640 cc, A. FAKTOR RESIKO : TROMBOSITOP ENIA 2. 3. 4. 5. 6. 7. II. metabolisme dan nadi perifer (+), output 3825 cc, kehilangan cairan capilarry refill < 2’’, balance (+) 185 Palpasi nadi perifer, 2. Kondisi deficit cairan warna kulit tidak cc catat capillary refill, menyebabkan tidak cyanosis, temperatur Capilarry refill < warna kulit, adekuatnya perfusi organ dingin 2”, mukosa mulut temperatur dan mungkin 3. Memonitor output cukup, turgor menyebabkan syok urine, balance kulit baik. Monitor output 3. Penggantian cairan cairan. Hasil : urine Perdarahan drain urine, ukur dan berdasarkan jumlah cairan output 1650, balance 5 cc, NGT (-) estimasikan yang hilang (+) 65 cc, intake Dicoba minum kehilahangan cairan 2790 cc, NGT 300, Aqua 4 x 100 cc / dari lambung, Drain 275, IWL 500 NGT drainase luka atau 4. Perubahan berat badan Kembung (-), diphoresis merupakan tanda tidak Kolaboratif : distensi abdomen Timbang berat akurat dalam perubahan 1. Memonitor hasil (-), mual (-) badan tiap hari, intra vaskular laboratorium. Hasil : Hasil hitung balance tgl 30-11-1998 Hb laboratorium : Hb cairan, catat adanya 5. Mukosa mulut dan bibir 10,0 gr%, Ht 291.00, 8,7 g/DL, Ht 24 oedema pada cenderung kering trombosit 36.000, vol%, trombo tungkai elektrolit Na 130, K 105.000, Na 136, Berikan perawatan 3,9 K 3,9 mulut, memandikan 6. Meningkatnya agregasi 2. Memberikan pasien setiap hari platelet mungkin cairan infus sesuai A : Tidak terjadi dan berikan lotion menyebabkan emboli indikasi. KaEM masalah, tapi Kaji adanya dispneu, sistemik MG3, Pan Amin, resiko tinggi cyanosis, 7. Koreksi yang terlalu cepat RL, FFP, NaCl mungkin terjadi meningkatnya terhadap kekurangan (sppoling tranfusi) kecemasan, gelisah cairan menyebabkan 3. Memberikan P: Monitor tanda-tanda gangguan tranfusi (FFP) 2 x Tetap observasi batuk produktif, kardiopulmonary, 300 cc balance cairan dispneu, crakles terutama untuk cairan 4. Memberikan Monitor koloid vitamin K 3 x 1 amp. trombosit Monitor status Kolaboratif : hemodinamik KOLABORATIF 1. Balance metabolik 1. Monitor hasil laboratorium Hb, Ht, Trombosit, elektrolit, glukosa, PH, PCO2 2. Berikan cairan 2. infus sesuai indikasi - Cairan isotonis seperti NaCl 0,9, Dextrose 5% - Cairan 0,45%, RL Cairan koloid : Dextran, Plasma, Albumin Darah : whole blood (tranfusi darah) - 3 Resiko . gangguan pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, NPO Gangguan pemenuhan nutrisi tidak terjadi membutuhkan Cairan : isotonis merupakan kristaloid yang memberikan perbaikan sirkulasi secara tepat, RL adalah hipotonis, koloid untuk mengoreksi kekurangan konsentrasi protein plasma, darah diberikan bila terindikasi kehilangan darah yang aktif. 1. Mereview faktor individual yang berefek terhadap kemampuan pencernaan makanan. Contoh : keadaan puasa (NPO), nausea, ileus paralitik. 2. Timbang berat 2. Mengidentifikasi status badan, catat intake cairan sama pentingnya dan output untuk memastikan kebutuhan metabolik 3. Menentukan kembalinya Auskultasi peristaltik usus 2 – 4 hari bising usus, palpasi setelah operasi abdomen, catat 4. Untuk meningkatkan adanya flatus kerjasama pasien dalam Identifikasi hal diet protein dan makanan yang vitamin C membantu 3. disukai atau yang perbaikan dan 3. 4. 1. elektrolit koreksi Mempengaruhi intervensi pilihan 1. Memonitor indikasi pemberian nutrisi. Hasil : NGT warna coklat tua, bising usus (+) lemah, klien masih NPO Mencatat intake dan output. Hasil : intake 2790 cc, output 1725 cc Mengaulkutasi bising usus, flatus. Hasil : bising usus (+) lemah, flatus (-) S:O: NGT cairan bening, perdarahan (-) 2. Muntah (-), kembung (-) 3. Bising usus (+) Program pemberian cairan per NGT 4 x 100 Kolaboratif : cc 1. Menjaga kepatenan Cairan infus : NGT (500 2. Memberikan cairan KaEMG3 cc), Pan Amin infus KaEm MG3, Pan Amin, RL (500 cc) 4. Memberikan vitamin K per IV Memberikan Cimetidine A : Gangguan 5. tidak disukai pemeliharaan jaringan pasien, beri dorongan untuk memilih makanan 5. Sindroma mal absorbsi yang tinggi protein dapat terjadi setelah atau vitamin C operasi usus kecil Observasi membutuhkan evaluasi adanya diare selanjutnya dan modifikasi diet. Contoh : diet rendah lemak Kolaborasi : 1. Menjaga dekompresi terhadap lambung, usus Kolaborasi : halus dan meningkatkan 1. Menjaga kepatenan istirahat atau dari NGT penyembuhan dari usus 2. Mengoreksi imbalance cairan dan elektrolit 2. Berikan infus cairan seperti albumin, 3. Masalah intestinal dapat lipid dan elektrolit menyebabkan absorbsi 3. Berikan vitamin dan cairan terganggu terutama vitamin K 4. Antiemetik untuk secara parenteral mencegah muntah, 4. Berikan obat-obat antasida untuk lain sesuai indikasi menurunkan formasi - Antiemetik asam untuk mencegah - Antasida/histami erosi mukosa dan n inhibitor kemungkinan ulkus (antagamed) 5. Konsultasi dengan 5. Menentukan kebutuhan ahli diet diet pasien 6. Berikan cairan, 6. Dimulainya pemberian bertahap dari cair cairan dan diet adalah 3x! nutrisi terjadi tidak P: Tetap observasi indikasi pemberian makanan per NGT Tetap/ teruskan pemberian parenteral cairan sesuai indikasi Timbang BB bila memungkinkan Observasi hasil laboratorium darah (albumin, glubolin, glukosa, BUN) sampai full diet sesuai dengan toleransi setelah NGT dicabut penting untuk mengembalikan fungsi normal intestinal dan untuk meningkatkan intake nutrisi yang adekuat