15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Komunikasi
2.1.1
Definisi Komunikasi
Komunikasi secara sederhana dapat dimaknai sebagai proses penyampaian
informasi atau pesan oleh seorang komunikator kepada komunikan melalui sarana
tertentu dengan tujuan dan dampak tertentu pula.
Menurut Sihabudin (2011)1 dalam Mulyana dan Rahmat (2006:12),
hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya
dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai
jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan
terisolasi. Pesan-pesan itu muncul lewat perilaku manusia. Ketika kita
melambaikan tangan, senyum, bermuka masam, menganggukan kepala atau
memberikan suatu isyarat, kita juga sedang berperilaku. Perilaku ini merupakan
pesan; pesan-pesan itu digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada
seseorang.
Sebelum perilaku disebut pesan, perilaku harus memenuhi dua syarat.
Pertama perilaku harus diobservasi oleh seseorang, dan kedua perilaku harus
mengandung makna. Artinya, setiap perilaku yang dapat diartikan atau
mempunyai arti adalah suatu pesan.
1
Sihabudin, Ahmad. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2011
15
16
Menurut Sendjaja (2002)2 secara umum terjadinya proses komunikasi
diawali oleh sumber (source) baik individu maupun kelompok yang berusaha
berkomunikasi dengan individu atau kelompok lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi secara umum
adalah suatu proses penyampaian pesan oleh pengirim (komunikator) baik secara
verbal maupun nonverbal kepada penerima (komunikan).
2.1.2
Tujuan Komunikasi
Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah:3
a. Mengubah sikap (To Change Attitude)
b. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (To Change The
Opinnion)
c. Mengubah perilaku (To Change Behavioral)
d. Mengubah masyarakat (To Change The Society)
2.1.3
Fungsi Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana4 mengutip fungsi komunikasi menurut
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson:
1. Untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan
fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri
kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.
2
Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1988.
4
Mulyana, Dedy dan Jalaludin Rakhmat. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung PT. Remaja
Rosdakarya. 2005. Hal: 5
3
17
2. Untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Manfaat Komunikasi menurut MacBride (1977)5 editor buku Many
Voices One World, diuraikan bahwa apabila komunikasi di pandang dari arti yang
lebih luas, maka fungsinya dalam tiap sistem sosial adalah sebagai berikut:
1. Fungsi
Informasi:
yaitu pengumpulan, penyampaian, pemrosesan,
penyebaran berita, data gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang
dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap
kondisi.
2. Fungsi
sosialisasi,
penyediaan
sumber
ilmu
pengetahuan
yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialisasinya
sehingga ia dapat aktif didalam masyarakat.
3. Fungsi motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan
keinginannya.
4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan
untuk
memungkinkan
persetujuan
atau
menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik.
5. Fungsi pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan
5
intelektual,
Sean MacBride. Many Voices One World. 1977
pembentukan
watak
dan
pendidikan
18
keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan, penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan masa lalu perkembangan kebudayaan dengan
memperluas horizon seseorang.
7. Fungsi hiburan, penyebarluasan sinyal atau lambang-lambang, simbolsimbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, dan lain
sebagainya.
8. Fungsi
integrasi,
menyediakan
bagi
bangsa,
kelompok
individu
kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar
mereka saling kenal dan mengerti, menghargai kondisi, pandangan dan
keinginan orang lain.
2.2
Komunikasi Organisasi
Menurut Wiryanto (2005)6 Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada
organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
6
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. 2005
19
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organize, yang secara
harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung. Diantara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada
juga yang menamakannya sarana.
Evert M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang
kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A System
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola
struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik
apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,
faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawabanjawaban bagi pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk
selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi
dengan
memperhitungkan
dilancarkan.
situasi
tertentu
pada
saat
komunikasi
20
2.2.1 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Sendjaja (1994)7 menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi
adalah sebagai berikut:
a.
Fungsi Informatif. Organisasi dapat dipandangsebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaanya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi
di
dalam
organisasi.
Sedangkan
karyawan
(bawahan)
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, disamping
itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b.
Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan
yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
1) Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga
7
Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 1994.
21
memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
2) Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
c.
Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang
lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh
karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
d.
Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan
saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas
dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang
dapat mewujudkan hal tersebut yaitu :
1) Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi.
22
2) Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi
selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun
kegiatan
darmawisata.
Pelaksanaan
aktivitas
ini
akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
2.3
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-
orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosio,
ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi8 (Tubbs, Moss: 1966)8.
Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa (khususnya
sosiolinguistik), sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi.Dari keempat
disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas
budaya, khususnya psikologi lintas budaya.Pertumbuhan komunikasi antar budaya
dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan-perusahaan
yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene Negara-negara yang
ditujunya memiliki aneka ragam budaya.
8
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss.Human Communication : Konteks-konteks Komunikasi. Bandung. Remaja
Rosdakarya. 1966. Hal. 236-238
23
Mulyana Deddy & Rakhmat Jalaluddin (dalam Komunikasi Antar Budaya,
2006: 20)9 menyatakan komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan
adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya
lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapka kepada masalah-masalah
yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan
haus disandi balik dalam budaya lain.
McLuhan (dalam Infante et. Al, 1990:371)10 menyatakan bahwa dunia saat
ini telah menjadi “Global Village” yang mana kita mengetahui orang dan
peristiwa yang terjadi di negara lain hampir sama seperti layaknya seorang warga
negara dalam sebuah desa kecil yang menjadi tetangga Negara-negara lainnya.
Perubahan sosial adalah hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi antar
budaya adalah dengan makin banyaknya perayaan-perayaan budaya sebuah etnis
dalam
sebuah
negara.
Perbedaan
dalam
sebuah
negara
menciptakan
keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara memandang dunia. Keanekaragaman
tersebut menciptakan pola-pola komunikasi yang sama di antara anggota-anggota
yang memiliki latar belakang sama dan mempengaruhi komunikasi diantara
anggota-anggota daerah dan etnis yang berbeda. Perusahaan-perusahaan yang
memiliki cabangnya di luar negeri, tentunya merupakan syarat mutlak bagi para
karyawan untuk memiliki bekal pengetahuan yang cukup mengenai situasi dan
kondisi budaya yang akan dihadapinya (intercultural competence), salah-salah
jika mereka gagal berkomunikasi dengan budaya yang dihadapinya, perusahaan
hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Gudykunst and
9
Mulyana Deddy & Rakhmat Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya. 2006. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal. 20
10
Fred E. Jandt. Intercultural Communication, An Introduction. 1998. London. Sage Publication.Hal. 36
24
Kim (2003:17) mengkonsepkan fenomena komunikasi antar budaya sebagai
“…sebuah transaksional, proses simbolik yang mencakup pertalian antar individu
dari latar belakang budaya yang berbeda” kata kuncinya adalah proses. Dalam
wacana orang Swedia istilah kultumote (literally cultural encounter) seringkali
diartikan pada beberapa singgungan (atau pertentangan) antar budaya (seperti
dalam literature, gaya komunikasi, gaya manajemen, adat istiadat, dan orientasi
nilai). Namun demikian, beberapa pertemuan biasa dianalisis tanpa seharusnya,
dapat dipandang dan dianalisa sebagai sebuah proses yang kompleks, budaya
adalah sebuah lingkup studi yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu
lainnya (seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, pendidikan, studi media,
antropologi budaya dan manajemen).
Adapun hubungan antara budaya dan komunikasi yang di jelaskan oleh
Mulyawan Deddy & Rakhmat Jalaluddin (dalam Komunikasi Antarbudaya. 2006:
24)11.Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk
memahami komunikasi antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah
orang- orang belajar berkomunikasi.Seorang Korea, seorang Mesir atau seorang
Amerika lainnya.Perilaku mereka dapat mengandung makna, sebab perilaku
tersebut dipelajari dan diketahui; dan perilaku itu terikat oleh budaya.Orang-orang
memandang dunia mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan labellabel yang dihasilkan budaya mereka.
Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang
mirip pula terhadap suatu objek sosial atau suatu peristiwa. Cara-cara kita
11
Deddy Mulyana & Rakhmat Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya. 2006. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal. 20
25
berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang
kita gunakan, dan perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan
respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi terikat oleh budaya,
sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik
dan perilaku komunikasi individu-individu yang diasuh dalam budaya-budaya
tersebut pun akan berbeda pula.
Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antarbudaya adalah sebuah hal
yang sangat penting saat ini.Pendatang sementara secara kolektif disebut sebagai
sojournes atau biasa kita kenal dengan istilah ekspatriat, yaitu sekelompok orang
asing (stranger) yang tinggal dalam sebuah negara yang memiliki latar belakang
budaya yang berbeda dengan negara tempat mereka berasal.Oberg (1960)
menggunakan istilah sojournes untuk mengindikasikan kesulitan-kesulitan yang
muncul dari pembukaan lingkungan yang tidak dikenal. Kesulitan yang dialami
oleh sojourners tidak sama. Beberapa variable utama mencakup jarak antara
budaya tempat mereka berasal dengan budaya tempat pribumi, jenis keterlibatan,
lamanya kontak, dan status pendatang dalam sebuah negara (cf. Bochner, 1982)
berdasarkan hasil beberapa penelitian mengatakan bahwa tinggal di negara orang
lain tidak secara otomatis menggiring pada sikap positif terhadap negara tersebut.
Bukti dalam penelitian seringkali muncul yang negatifnya dibandingkan dengan
yang positifnya selama tinggal di negara orang lain, setidaknya di kalangan
pelajar (Stroeb, Lenkert, & Jonas, 1988).
26
2.3.1
Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Tujuan komunikasi antarbudaya adalah:12
a. Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
b. Mengkomunikasikan antar orang yang berbeda budaya
c. Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi
d. Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh
perbedaan budaya.
e. Meningkatkan keterampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi
f. Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif
Ada beberapa alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya, antara
lain:13
a. Membuka diri memperluas pergaulan;
b. Meningkatkan kesadaran diri;
c. Etika/etis;
d. Mendorong perdamaian dan meredam konflik;
e. Demografis;
f. Ekonomi;
g. Menghadapi teknologi komunikasi; dan
h. Menghadapi era globalisasi. (Alo Liliweri, 2003).
12
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss.Human Communication:Konteks-konteks Komunikasi. Bandung:Remaja
Rosdakarya. 1996. Hal 236-238
13
Alo.Lilliweri.Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2003. Hal. 11-12, 36-42
27
Komunikasi antarbudaya menurut Samovar dan Porter merupakan
komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya
suku bangsa, etnik, dan ras, atau kelas sosial.Komunikasi antar budaya ini
dapat dilakukan dengan negosiasi, pertukaran symbol, sebagai pembimbing
perilaku budaya, untuk menunjukkan fungsi sebuah kelompok.Dengan
pemahaman mengenai komunikasi antarbudaya dan bagaimana komunikasi
dapat mewujudkan perdamaian dan meredam konflik ditengah-tengah
masyarakat.Dengan komunikasi yang intens kita dapat memahami akar
permasalahan sebuah konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman,
komunikasi dapat mengurangi eskalasi konflik sosial. Menurut Charles E
Snare bahwa usaha meredam konflik dan mendorong terciptanya
perdamaian tergantung bagaimana cara kita mendefinisikan situasi orang
lain agar kita dapat mencapai perdamaian dan kerjasama. Dalam berbagai
kasus politik E Snare mengatakan “Kita perlu mengerti bagaimana letak
bingkai rujukan para actor politik dan darimana pikiran mereka berasal”.
Jadi, dengan mempelajari komunikasi antar budaya berarti kita
mempelajari (termasuk membanding) kebiasaan-kebiasaan setiap etnis,
adat, agama, geografis dan kelas sosial di masyarakat kita. Dengan
pemahaman tersebut kita mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan
tersebut dengan komunikasi antar budaya, guna menyelesaikan konflik
melalui dialog yang baik antara lain dengan identifikasi perspektif budaya.
28
2.3.2
Hakikat Komunikasi Antarbudaya
A.
Enkulturasi
Enkulturasi
mengacu
pada
proses
dengan
mana
kultur
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari
kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar,
bukan melalui gen. orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama
dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
B.
Akulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang
dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.
Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di AS (kultur tuan
rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini.
Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari
kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu.
Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
2.3.3
Fungsi Komunikasi Antarbudaya
A.
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui
perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
1.
Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku
komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial
29
perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan
nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri
maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama,
maupun tingkat pendidikan seseorang.
2.
Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi,
antar kelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi
adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antar
komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan
utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan
komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya
kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat
meningkatkan integritas sosial atas relasi mereka.
3.
Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah
pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
4.
Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan
diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.
Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi
menciptakan hubungan
yang komplementer dan hubungan
yang
30
simetris.Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak
mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai
stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan
komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.Sebaliknya
hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin
pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang
lainnya.
B.
Fungsi Sosial
Fungsi sosial adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui
perilaku komunikasi yang bersumber dari orang lain.
1.
Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan.Praktek komunikasi
antarbudaya diantara komunikator dan komunikan yang berbeda
kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi
antarbudaya
fungsi
ini
bermanfaat
untuk
menginformasikan
“perkembangan” tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan
oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan
peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam
sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
2.
Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan
atas perbedaan diantara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol
31
melalui
pesan-pesan
yang mereka
pertukarkan,
keduanya
saling
menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan
makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks
komunikasi termasuk komunikasi.
3.
Fungsi
Sosialisasi Nilai
Sosialisasi
memperkenalkan
merupakan
nilai-nilai
fungsi
kebudayaan
untuk
suatu
mengajarkan
masyarakat
dan
kepada
masyarakat lain.
4.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi
antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan “Hawaian” di taman
kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu Hawai. Hiburan
tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
2.3.4
Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
Prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya adalah
a. Terdapatnya golongan ningrat sebagai budaya yang tertinggi
Hal ini terlihat dari adanya ketimpangan pemilihan calon gubernur yang
mengharuskan dari keturunan darah biru
b. Relativitas bahasa
Gagasan umum bahwa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling
banyak disuarakan oleh para antropologis linguistic pada akhir tahun 1920an dan di sepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa
32
mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia
sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya,
tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan
bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan
berpikir tentang dunia.
c. Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya.Makin besar perbedaan budaya, maka
perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat
nonverbal.Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin
besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan
ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi,
lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham,
makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing)
d. Mengurangi ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan
ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha
mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan,
memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidak-pastian
dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan
upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara
lebih bermakna.
33
e. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri
(mindfulness)
para
partisipan
selama
komunikasi.Ini
mempunyai
konsekuensi positif dan negatif.Positifnya, kesadaran diri ini barangkali
membuat kita lebih waspada, ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang
mungkin terasa tidak peka atau tidak patut.Negatifnya, ini membuat kita
terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
f. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara
berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih
akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan
salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi
komunikasi antarbudaya.
g. Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya kita berusaha memaksimalkan hasil
interaksi.Tiga
konsekuensi
yang
dibahas
oleh
Sunnafrank
(1989)
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya.
Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka
perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya
itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda
akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya
dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda. Kedua, bila kita
mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan
34
komunikasi kita.Bila kita memperoleh hasil negative, kita mulai menarik
diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita membuat prediksi tentang
mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif dalam komunikasi,
anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang
anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda
kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif
dan berusaha tidak melakukan apa yang menurut anda akan memberikan
hasil negatif.
2.4 Komunikasi Antarbudaya Dalam Organisasi Profit
Teori Komunikasi Organisasi :
a. Organisasi Sosial
Istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi sosial
(Frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang; kecenderungan
mengawali kontak, arah pengaruh antara orang-orang, derajat kerja
sama, perasaan tertarik, hormat dan permusuhan serta perbedaan
status) dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial orang-orang
yang disebabkan oleh situasi sosial mereka, alih-alih oleh karakteristik
fisiologis atau psikologis mereka sebagai individu.14
Berlo (1960) menyarankan bahwa komunikasi berhubungan
dengan organisasi sosial melalui tiga cara:
14
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. H. 41
35
Pertama, sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi. Keterangan
perilaku dan tekanan menyesuaikan diri dengan norma-norma
dihasilkan lewat komunikasi diantara anggota-anggota kelompok.
Kedua, sistem sosial mempengaruhi bagaimana, ke, dan, dari
siapadan dengan pengaruh bagaimana komunikasi terjadi diantara
anggota-anggota sistem. Status sosial dalam sistem, misalnya,
meningkatkan kemungkinan berbicara kepada orang-orang yang punya
status setara dan mengurangi kemungkinan komunikasi dengan orangorang yang berstatus jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah.
Ketiga, pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat membantu
kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa
mengetahui lebih banyak daripada peranan-peranan yang mereka
duduki dalam sistem. Seperti yang diringkas Berlo, “meskipun kita
tidak mengenal seseorang sebagai seorang individu, meskipun kita
belum berkomunikasi dengannya untuk
memastikan sikapnya,
pengetahuannya, keterampilan komunikasinya, kita masih dapat
membuat prediksi yang cukup akurat berdasarkan pengetahuan
mengenai jabatannya dalam satu atau lebih sistem sosial”.15 Sistem
sosial mempunyai aneka macam bentuk, struktur dan hasil. Ada
elemen – elemen tertentu pada sebuah sistem sosial, diantaranya adalah
motivasi, nilai-nilai, norma-norma, komunikasi dan kepemimpinan
15
Ibid, h.43
36
yang mencapai bentuk tertentu dan yang selaras satu sama lain, hingga
sistem sosial yang bersangkutan mendapatkan kualitas tertentu.16
b. Organisasi Formal
Sebuah organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan
dengan
baik.
Struktur
ini
menerangkan
hubungan-hubungan
otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas, dan tanggung jawabnya.
Organisasi-organisasi formal menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi
bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran-sasaran organisasi
formal dinyatakan eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan
jabatan, serta prasyarat – prasyarat lainnya terurutkan dengan baik dan
terkendali. Organisasi-organisasi formal tahan lama, dan terencana.17
Istilah komunikasi formal dapat kita gunakan dalam arti bahwa
pola-pola kerja dan hubungan-hubungan pribadi disusun secara sadar
dan diakui secara resmi.18
Pendapat
bahwa,
“...organisasi
formal
sesuatu
perusahaan
mempengaruhi kondisi-kondisi soal pekerjaan, yang sebaliknya
memegang peranan penting dalam hal memotivasi para karyawan
untuk menghasilkan kinerja yang bertambah baik, atau bertambah
buruk. Apakah yang kiranya dimaksud dengan organisasi formal?
Organisasi formal adalah apa yang tercantum diatas kertas (hubungan
16
17
18
J. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (Jakarta: rajawali Pers, 2006), h. 34
Ibid, h.9
Ibid, h.80
37
logical yang dinyatakan oleh peraturan-peraturan dan kebijakankebijakan perusahaan yang bersangkutan)..”19
Organisasi formal yang secara popular disebut birokrasi. Untuk
memperoleh suatu perspektif yang tepat mengenai analisis Max
Webber mengenai birokrasi atau organisasi formal, kita perlu
menyadari bahwa ia mengembangkan teori tentang organisasi sebagai
suatu tipe ideal.20
Konsep dasar adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin
penting yaitu evolusi genetic, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi
lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organism
selama masa hidupnya, dimana organism tersebut berusaha menguasai faktor
lngkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif
dan level gerak yang terus menerus.
Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori
sistem, baik secara biological, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John
Bennet21. Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat
evolusionari
menyesuaikan
yang
diri
senantiasa
melihat
manusia
dengan
lingkungan
alam
biologis/genetic maupun secara budaya.
19
20
21
Ibid, h.77
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 44
John Bennet,249-250
selalu
berupaya
sekitarnya,
baik
untuk
secara
38
Sedangkan Roy Ellen22 membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe. Antara
lain adalah:
1. Tahapan phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetic individu
lewat seleksi alam
2. Modifikasi fisik dari phenotype / ciri-ciri fisik
3. Proses belajar, dan
4. Modifikasi cultural
Modifikasi budaya bagi Ellen menjadi supreme atau yang teratas bagi
homo sapiens, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasi dikatakannya
sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan dengan
kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak
terbatas. Sehingga kemudian fokus perhatian adaptasi menurut Roy Ellen
seharusnya dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya.
2.5
Adaptasi Antarbudaya
Ellingsworth (1983) dalam Sunarwinadi23 mengemukakan bahwa
proses komunikasi antarbudaya berpusat pada adaptasi. Bila suatu situasi
nampak menguntungkan atau menunjang salah satu pihak, maka pihak yang
tidak diuntungkan akan lebih menunjukkan tingkah laku adaptif. Adaptasi
antarbudaya adalah permasalahan mengenai pembelajaran, pengembangan
representasi diri, peta, dan imej budaya yang tepat, dimana diciptakan oleh
adanya hubungan dua orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat, yang
22
Roy Ellen
Sunarwinadi. 1993:28
23
39
didalamnya seseorang menjadi anggotanya. Brent T.Ruben dan Lea
P.Stewart24 mengatakan Adaptasi budaya juga melibatkan persuasi yang
diberikan berkat pendidikan keluarga, lembaga agama, dan sekolah dimana
bertujuan untuk memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan peraturan yang
dianggap perlu dalam masyarakat.
Mengingat seseorang cenderung mudah dan secara menyeluruh
beradaptasi terhadap budaya sendiri, maka ketika orang tersebut masuk ke
dalam budaya baru yang baru dan berbeda, seringkali mengalami kejutan
budaya atau culture shock.
2.5.1
Langkah-Langkah Pengadaptasian Budaya (Stages of Cultural
Adaption)
Young Y.Kim, dalam Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart25
menguraikan
dan
menggambarkan
langkah-langkah
dalam
proses
pengadaptasian sebuah budaya, sebagai berikut:
Fase-fase dalam proses pengadaptasian budaya :
a. Fase Perencanaan, adalah fase dimana seseorang masih berada pada
kondisi asalnya dan menyiapkan segala sesuatu, mulai dari ketahanan
fisik sampai kepada mental, termasuk kemampuan komunikasi yang
dimiliki untuk dipersiapkan, yang nantinya digunakan pada kehidupan
barunya.
24
Brent T.Ruben dan Lea P.Stewart.1998:346-349
Brent T.Ruben dan Lea P.Stewart (2006 : 342)
25
40
b. Fase 1, adalah sebuah periode dimana daya tarik akan hal-hal baru dari
seseorang perlahan-lahan mulai berubah menjadi rasa frustasi, bahkan
permusuhan, ketika terjadi perbedaan awal dalam hal bahasa, konsep,
nilai-nilai simbol-simbol yang familiar.
c. Fase 2, adalah fase recovery, dimana seseorang mulai menyelesaikan
krisis yang dialami pada fase 1,. Penyelesaian ini ditandai dengan
proses penyesuaian ulang dari seseorang untuk mulai mencari cara,
seperti mempelajari bahasa, simbol-simbol yang dipakai, dan budaya
dari penduduk setempat.
d. Fase 3, Resolution,tahap terakhir dari proses adaptasi budaya ini
berupa jalan terakhir yang diambil seseorang sebagai jalan keluar dari
ketidaknyamanan yang dirasakannya. Dalam tahap ini ada beberapa
hal yang dapat dijadikan pilihan oleh orang tersebut, seperti :
 Flight : ketika seseorang tidak tahan dengan lingkungannya yang
baru dan dia merasa tidak dapat melakukan usaha untuk
beradaptasi yang lebih dari apa yang telah dilakukannya. Pada
akhirnya dia akan memutuskan untuk meninggalkan lingkungan
tersebut.
 Fight : ketika orang yang masuk pada lingkungan dan
kebudayaan yang baru dan dia sebenarnya merasa sangat tidak
nyaman, namun dia memutuskan untuk tetap bertahan dan berusaha
menghadapi segala hal yang membuat dia merasa tidak nyaman itu.
41
 Accommodation
: kata lainnya adalah kompromi. Pada tahap
ini seseorang mencoba untuk menikmati apa yang ada pada
lingkungannya yang baru. Awalnya orang tersebut mungkin merasa
tidak nyaman. Namun karena dia sadar bahwa memasuki budaya
dan lingkungan yang baru memang akan menimbulkan sedikit
ketegangan, maka dia pun berusaha berkompromi dengan keadaan
baik eksternal maupun internal dirinya.
 Full Participation
: ketika seseorang sudah mulai merasa enjoy
dengan lingkungannya yang baru dan pada akhirnya bisa mengatasi
rasa frustasi yang dialaminya dahulu. Pada saat ini, orang mulai
merasa nyaman dengan lingkungan dan budaya baru. Tidak ada
lagi rasa khawatir, cemas, ketidaknyamanan ataupun keinginan
yang sangat kuat untuk pulang ke lingkungannya yang lama.
Download